Desa Yang Menyejukkan

13 2 0
                                    


Desa Yang Menyejukkan

Setelah menempuh perjalanan dari pelabuhan Gilimanuk bali menuju Desa Pelaga yang ditempuh melalui jalur darat menaiki angkutan umum, kedua sahabat itu sekarang tengah berjalan kaki menyusuri jalan pedesaan. Udara pegunungan begitu segar disini, desa tempat paman Sadam tinggal ini begitu eksotis, dengan topografi yang berbukit-bukit serta berundak-undak membuat siapapun yang menetap disana merasakan suatu kehebatan ciptaan tuhan, tak hanya udara dan pemandangan yang bagus tapi masyarakat di desa pelaga juga bercocok tanam sayur mayur dari dulu masyarakat bali terkenal dengan budaya nya yang selalu menjunjung tinggi nilai warisan nenek moyangnya. Bali dan tempat ini akan sangat baik untuk Putra.

Dari desa Pelaga ke ibukota bali Denpasar berjarak kurang lebih 45 km, lagipula Putra tak begitu tertarik dengan keramain, bagi putra menyepi dan merenungi sesuatu di tempat yang berudara bagus adalah hal yang digemarinya.

*****

Tibalah Sadam dan Putra dihalaman sebuah rumah, rumah nya terlihat asri dengan beberapa pohon di depan rumah, ada juga bale tempat yang asik kelihatannya, bale itu ada didepan rumah cukup luas untuk nongkrong dan ngopi disitu.

Dan ternyata paman Sadam sedang di teras rumah, sedang merokok dan bersantai, Putra tau dari Sadam kalau paman nya itu adalah seniman ukir kayu dan dia adalah petani untuk tanaman semusim, kini seniman itu sedang menikmati sore di diteras rumah.

Putra perhatikan paman Sadam ini belum terlalu tua, walaupun jelas tak muda lagi namun dari raut wajahnya seperti tanpa beban, santai dan ramah.

"Wa Arta !" Sadam seperti penuh drama memanggil pamannya seraya langsung memeluk. Oiya wa itu adalah paman dalam bahasa Bali.

"uiy Sadaaam, sudah lama tak berkunjung kau nak, bagaimana kabar mu? Ayah ibu sehat?"

"Sehat wa, mama dan ayah titip salam, ini ada oleh-oleh dari mama" Sadam pun menyerahkan bungkusan yang dibawanya ke Pamannya

Putra tersenyum melihat Paman Sadam.

"Ini?" Paman Sadam menunjuk Putra dengan ekspresi sebuah tanya.

"Ini teman Sadam paman, kenalin, namanya putra, dia lagi mau refreshing, mau liburan di Bali" Sadam bercanda sambil menaik turunkan alisnya

"Putra paman" Putra pun memperkenalkan diri

Yaudah masuk dulu, bersih-bersih, kamar kalian juga sudah dibereskan, nanti Made yang antar kalian ke kamar, Made ini anak nya paman Arta yang bungsu, anaknya yang lain semuanya pergi merantau dan sudah berkeluarga setahun sekali mereka pulang, dua anak perempuan, begitu cerita dari sadam, jadi tinggalah si bungsu Made namanya.

Kini Sadam dan Putra sudah membersihkan diri dan berganti baju, mereka berdua dikamar, kamar sederhana dengan nuansa tradisional bali yang begitu terasa, lilin aroma theraphy dipojok kamar juga memberi wangi yang menenangkan. Makan malam sudah disiapkan waktunya makan malam. Hari pertama di Bali disambut udara baik.

'Semoga perjalanan ini awal di pulau dewata ini akan memberikan sesuatu untuk hatiku' Putra bergumam dalam hati.

*****

Pagi di desa yang asri ini, Sadam masih tidur, Sadam untuk ukuran seorang backpeacker termasuk rajin tidur.

"Jauh banget, kalau mau tidur musti ke Bali, banguuun woyyy" Kata bangun woy di awal kalimat terdengar lebih nyaring, namun ternyata tak berguna, justru selimut yang tadi nya sedikit melorot kebawah kasur ditarik kembali kebagian atas sehingga kini Sadam terlihat seperti ulat bulu dengan lapisan selimut, sadam lanjut tidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamu, Titik Terang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang