"Nabilaaa!!! Ini udah siang! Sampe kapan kamu mau terus tidur?!" Mama Nabila menarik selimut Nabila. Membuka gorden, Dan menggoyang goyangkan tubuh Nabila agar segera bangun dan pergi kesekolah.
"Sampe aku mau bangun sendiri, Mam" jawabnya. Mama Nabila sudah tidak kuat lagi jika anaknya terus seperti ini. Dan..
Byur.
Ranjang Nabila basah dengan air. "KEBANJIRAN!" Nabila reflek teriak dan duduk. Mengusap matanya perlahan.
"Mamahhhh gausahh nyiram bila juga dongg, emang aku apa disiram siram huft" Nabila mengusap mukanya yang basah terkena air tadi.
"Liat jam! Sekarang udah jam tujuh kurang seprapat! Kamu mau dihukum lari 100 kali putaran dilapangan? Kamu mau mati kecapean dilapangan?" Mama menatap Nabila dengan tatapan tajam. Mama Nabila adalah salah satu guru yang mengajar disekolah yang Nabila tempati. Alias SMA Nusa Bangsa 3. Kini Nabila menginjak kelas 11. Jarak antara sekolah dan rumah Nabila lumayan jauh, Butuh waktu 30 menit jika berjalan kaki, tapi butuh waktu 20 menit jika naik kendaraan.
Kring Kring Kring
Bel sekolah sudah berbunyi. Hari ini pelajaran pertama adalah Fisika.
"Holla Nab!" sapaan Nadia membuyarkan lamunan Nabila.
"Apaan si, Nad? Lu dateng dateng teriak aja" Gerutu Nabila. Nadia tidak menghiraukan perkataan sahabatnya tadi malah duduk disamping Nabila dan mengambil iPhone 7 yang dibawa Nabila.
"Loh lu enak amat sih Nad maen ambil hp gua aja, Hp mahal tuh sayang kalo dipegang elo, Nanti langsung ancur. Apalagi kalo lo foto dihp gua, Langsung pecah hp gua Nad kasian baru beberapa hari beli nih" Cerocos Nabila. Nadia tertawa keras. Hingga seisi kelas hampir melihat kearahnya.
"Ah apaan si pada ngeliatin gue, gue cantik ya? Ah pada baru tau apa kalo gue cantik dari dulu kali" Ujar Nadia santai. Nabila mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan sahabat nya ini.
"Wey!! Pa Kumis kaga masuk wey! Kita free!!!" teriak Joni sang Kepala suku.
"Serius jon?"
"Emang sikumis kemana jon?"
"Beneran ga nih jon?"
"Eh elu kang tukang boong jon kita udh seneng taunya ada lagi"
"Ah gua gapercaya jon ama lu"
Banyak yang tidak mempercayai perkataan joni. termasuk Nabila dan Nadia.
"Kata lu dia bener ga Nab?" Tanya Nadia disela sela keributan yang terjadi.
"Mana gua tau Nad, tapi kita kekantin aja yu daripada guru gaada kita ga ngapa ngapain?" Ajak Nabila.
✖✖✖
"Lo mesen apaan emang Nab?" Tanya Nadia memakan bubur yang dibelinya.
"Cuman mesen jus, galebih ah. Males gua makan" Jawabnya. Kantin terlihat sepi. Ini masih jam pelajaran. Tak seharusnya Murid berada dikantin saat pelajaran.
"Beruntung banget hari ini si kumis gamasuk" Nadia terkekeh. Nadia fokus kebuburnya, sedangkan Nabila fokus ke jusnya.
'Bugh!'
Meja kantin yang ditempati oleh Nadia dan Nabila digeprak.
"Pa kumis?" Wajah Nabila seakan agak pucat. Tangannya gemetar. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Begitu juga a cape bener gua Nad" Kali ini Nabila duduk dipinggir lapangan dibawah pohon. Terik matahari seakan akan membakar kulit mulus Nabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why should I love him? // (Cameron dallas)
Fanfiction"Kenapa aku harus mencintai dia?" Kata kata itu terus mengitari fikiran Nabila. sejak kapan Nabila menyukai Lelaki tengil nan sombong itu? Sejak Nabila tau, setiap berada didekatnya, Nabila merasa nyaman. itulah sebabnya. Jadi, Happy Readinggggg ga...