5

1.2K 87 5
                                    

Gadis itu menatap cemas Wonwoo yang baru saja keluar dari ruang Prof Seo. Ia memainkan jemarinya gelisah.

"Bagaimana?" tanyanya penasaran. Wonwoo tersenyum. Ia mengacak surai Yiseul. "Responnya bagus. Tinggal kita tunggu hasilnya." Yiseul menghela nafas panjang. Namun tetap saja, hatinya tidak tenang. Ini menyangkut masa depan Wonwoo di universitas ini.

Wonwoo terkekeh melihat reaksi gadis itu. Ia melepas kacamatanya dan mulai melangkah. Yiseul menyusul langkah panjang Wonwoo dengan kesusahan. "Sekarang bantu aku menyelesaikan tugasku," Yiseul menarik lengan Wonwoo dan melangkah menuju perpustakaan.

Pria itu menghela nafas. "Aku capek. Tidak bisakah aku istirahat--oke," pria itu langsung merubah kalimatnya begitu Yiseul memberinya tatapan tajam.

Keduanya melangkah masuk menuju perpustakaan, dan langsung menempati tempat duduk di sudut ruangan. Yiseul membuka netbooknya sembari mengumpulkan buku buku resensinya. Ia menyerahkan netbooknya pada Wonwoo. Yiseul menghela nafas lelah.

"Bacalah. Dan tolong bantu aku mengeditnya kalau ada yang kurang," Wonwoo mngerutkan dahinya membaca deretan huruf di layar netbook Yiseul. Tak lama kemudian ia bangkit dari tempat duduknya. "Kau mau kemana?" tanya Yiseul cepat. "Akan kucarikan resensi yang lain. Tunggu sebentar," balas Wonwoo lalu menghilang dibalik rak buku. Yiseul kembali berkutat dengan pekerjaannya. Tak lama kemudian ia merasa Wonwoo kembali.

"Bagaimana? Sudah menemukan bukunya--"

Tenggorokan Yiseul terasa tertohok melihat orang didepannya yang sedang tersenyum manis padanya.

Bukan dia bukan Wonwoo.

Dia adalah pria di club itu. Yiseul terdiam, lidahnya terasa kelu. Ia langsung menurunkan kepalanya, tak berani menatap pria di hadapannya.

Mingyu menyeringai menatap gadis di depannya itu. Lihat, bertapa takutnya dia melihatku batinnya.

"Kau ingat aku?" tannya Mingyu memecah keheningan. Yiseul buru buru menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak, aku rasa anda salah orang," jawabnya kaku.

Mingyu mendecakkan lidahnya. "Hee... benarkah? Kau Kang Yiseul bukan?"

Bagaimana dia tahu namaku?

Mingyu mengulas senyum melihat reaksi Yiseul ketika Mingyu menyebutkan namanya.

"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu--"

"Yiseul-ah?"

Mingyu mendecih.

Dasar pengganggu.

Yiseul menoleh cepat ke arah Wonwoo yang membawa tumpukan buku resensi di pelukannya. Pria itu melirik sekilas pada Mingyu yang sedang menatapnya sebal. "O-oh, oppa kau menemukan bukunya?" ujar Yiseul terbata sambil diam diam berusaha mengepak barang barangnya. Sebisa mungkin ia tidak ingin menatap Mingyu.

Yiseul bangkit dan meraih buku di pelukan Wonwoo. "Terimakasih sudah mencarikannya untukku oppa. Maaf, sepertinya aku harus pulang dulu." Tanpa menunggu jawaban Wonwoo Yiseul melangkah pergi. Jantungnya berdentum dentum tidak karuan. Ia bisa merasakan tangannya basah karena keringat dingin.

Wonwoo menatap kepergian Yiseul kemudian beralih pada Mingyu yang tersenyum manis padanya, meskipun Wonwoo menyadari ada kilat kekesalan pada mata pria jangkung itu.

Wonwoo menarik kursi di hadapan Mingyu. "Kurasa ada yang ingin kau bicarakan dengan Yiseul. Kalau kau mau aku bisa menyampaikan padanya," Wonwoo berusaha membuka percakapan senormal mungkin.

Mingyu mengetukkan jemarinya di meja. "Tidak juga." Wonwoo mengangkat sebelah alisnya ketika Mingyu menyerahkan sebuah amplop besar coklat kepadanya. Ia membuka amplop itu dan sedikit terkejut menemukan dokumen beasiswa dirinya dan Yiseul.

Deep Breath (Kim Mingyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang