"Raia...Raia, main yuk...." teriak dua anak kecil di depan sebuah rumah bernuansa coklat klasik.
"Iya sebentar...." sahut seseorang dari dalam rumah. Lalu, seorang anak perempuan berlari keluar rumah dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Jadi 'kan kita nyari jangkrik di lapangan?" tanya anak perempuan itu.
"Jadi!" Alaric dan Bobi berseru bersamaan dengan seringaian manis khas anak-anak.
Ketiga anak itu berlari menuju lapangan yang sepi, mereka mencari gelas minuman bekas lalu berpencar.
"Ehhh...aku dapet nih, gede lagi!" teriak Alaric kecil dengan bangganya, sedangkan Raia dan Bobi terpancing untuk menghampirinya.
"Wihhh...dapet dimana Ric?" anak yang di panggil Ric menunjuk ke arah tempat ia mendapatkan jangkriknya.
Kedua temannya langsung berlari ke tempat yang di tunjukkan Alaric.
Saat mereka sedang asik-asiknya mencari jangkrik, terlihat sebuah kilatan di langit.
JGER!
"Yah sebentar lagi ujan... gimana nih? Kita pulang aja?" tanya Raia gelisah. Wajahnya terlihat kecewa.
"Masa pulang sih Rai, baru sebentar." timpal Bobi mengeluh.
"Kalau ujan-ujanan, nanti dimarahin mama, Bob!" kata Raia menegaskan. Belum sempat mereka memutuskan untuk pulang atau tidak, hujan pun turun dengan lebat.
"Yahh... ujan, ujan...udah yuk pulang aja!" tandas Alaric memutuskan. Dia menggandeng tangan Raia lalu meninggalkan Bobi.
"Lah kok di tinggal? Tungguin dong!!" Bobi mengejar Alaric dan Raia. Tapi tanpa sengaja, ia tergelincir di kubangan lumpur dan terjatuh.
"BUAHAHAHA..." Raia dan Alaric tertawa keras, sedangkan Bobi memandang mereka dengan tatapan kesal. Saat Raia dan Al menghampiri untuk membantunya, Bobi melemparkan lumpur ke mereka.
"Yah Bobi mah...kotor kan bajunya!" protes Raia mengeluh kesal. Bobi hanya menyeringai jahil, Raia dan Alaric mendekati Bobi sepakat untuk mendorongnya kembali ke kubangan lumpur itu. Alhasil, mereka berakhir perang lumpur di sana.
Mereka pun menyudahi perang lumpur itu saat mereka lelah dan teringat kalau mereka telah memutuskan untuk pulang saat hujan tiba. Mereka bertiga hanya bisa berdoa semoga agar mereka tidak mendapat ocehan dari Mama mereka.
Kisah masa kecil yang menyenangkan bukan? Tapi itu hanya ada dimasa lalu. Sejak kejadian itu, semuanya berubah. BENAR-BENAR berubah. Angka tiga itupun berubah menjadi dua.
[]

YOU ARE READING
Parallel
HorrorKalau kamu tahu betapa teririsnya hati ini saat menyaksikan kematian orang tuaku, mungkin kamu tidak akan berani menemuiku lagi. Aku sangat membencimu. Karena kamu salah satu penyebab kematian mereka.