Upacara kelulusan SMA seharusnya menjadi salah satu saat yang paling membahagiakan dan berkesan bagi siapa saja, karena itu adalah saat dimana seseorang telah tumbuh semakin dewasa dan semakin dekat menuju mimpi yang ingin diraih. Tapi bagiku upacara kelulusan SMA justru menjadi akhir dari kebahagianku karena ditinggalkan orang yang sangat kucintai...
Sudah bertahun-tahun lalu sejak hari itu tapi tidak ada banyak perubahan di sini. Pohon sakura di dekat gerbang yang menjadi simbol sekolah ini masih berdiri kokoh seperti dulu, bunga sakura masih setia menghiasi setiap musim semi yang datang, langit di atas sana juga tetap sama, tidak berubah seperti halnya hatiku.
Di bawah pohon sakura ini pernah terucap janji, di bawah pohon sakura ini pernah terdapat dua orang yang saling mengikat jari kelingkingnya, di bawah pohon sakura ini pernah menjadi tempat dimana aku dan dia saling menceritakan mimpi dan cita-cita yang salah satunya adalah bahwa aku dan dia bisa selalu bersama.
Tapi sekarang hanya aku sendiri yang berdiri di bawah pohon sakura ini, bernostalgia dengan masa lalu.
"Lama tidak bertemu, Kanami."
Suara itu... apakah memang kenyataan atau hanya ilusiku? Aku menoleh ke asal suara. Ternyata benar. Dialah Kazuya, orang yang pernah mengucapkan janji di tempat ini bersamaku.
Aku hanya dapat membelalakkan mata dan menutup mulutku dengan telapak tanganku saat melihatnya. “Kau... apa yang terjadi?” Dia sekarang menggunakan kursi roda.
“Kakiku? Kecelakaan. Sudah lama sekali,” jawabnya dengan tenang. Tatapan matanya masih teduh seperti dulu tapi aku menangkap segores kesedihan disana walaupun dia kini sedang tersenyum padaku.
“Kenapa kau tidak mengabariku?”
“Untuk apa? Kukira kau membenciku.”
Mungkin yang dia maksud adalah membencinya karena telah meninggalkanku. Kuakui bahwa aku pernah membencinya karena telah mengingkari janji dan meninggalkanku begitu saja. Tiba-tiba menghilang dan hanya mengirimiku sebuah surat perpisahan yang merupakan kenangan terakhir darinya.
“Yah... tapi aku tidak pernah bisa sungguh-sungguh membencimu Kazuya.” Karena aku tahu bahwa aku masih mencintainya.
“Maafkan aku Kana...”
Aku baru saja akan menjawab ketika seorang gadis menghampiri kami. “Ayah, aku mencarimu dari tadi!” seru gadis itu pada Kazuya. Ternyata dia sudah menikah.
“Kana, dia anakku. Nami, ayo beri salam pada bibi.”
“Ah selamat siang!” Gadis itu tersenyum dan membungkukkan badannya padaku.
Aku berusaha tersenyum. “Anakmu cantik sekali, pasti ibunya juga cantik.”
Kazuya tertegun “Dia...”
“Ibu!” Sebuah suara memotong kalimat Kazuya. Izuka, anakku dan suamiku Tetsu mengikuti di belakangnya. Tersenyum padaku. Aku pun sudah menikah.
“Pemberian penghargaan akan segera dimulai. Kenapa ibu masih disini? Aku ingin ibu melihatku.” Sekarang aku sedang menghadiri upacara kelulusan Izuka. Aku tidak menyangka bahwa anak Kazuya juga bersekolah disini.
“Kau sedang apa di sini sayang?” tanya Tetsu setelah berada di dekatku.
“Aku... bertemu dengan teman lamaku,” jawabku sekenanya.
Setelah saling memberi salam, Kazuya pergi bersama anaknya. Bayangannya semakin jauh, aku tidak tahu apakah aku dapat melihatnya lagi, tapi setidaknya aku bisa tenang mengetahui bahwa dia sekarang bahagia bersama keluarganya walaupun aku bukan bagian dari kebahagiaannya lagi.
...
YOU ARE READING
The Promise
Short Story“Kita hidup di dunia yang tidak bisa memutar kembali waktu dan menarik apa yang sudah terjadi. Waktu... mengubah semua perasaan dan kenangan menjadi masa lalu, mengubah janji menjadi air mata dan mengubah sumpah menjadi sakit hati. Kadang orang yang...