-Kazuya

832 16 2
                                    

Aku kembali menoleh ke belakang. Dia sedang tersenyum bersama mereka, anak dan suaminya. Syukurlah, dia terlihat bahagia.

“Bibi itu... dia cinta pertama ayah yang selalu ayah ceritakan padaku kan?”

Aku hanya bisa tersenyum getir mendengar pertanyaan Nami, anak angkatku.

“Kenapa ayah tidak mengatakan yang sebenarnya saja padanya?”

Mengatakan alasan sebenarnya aku meninggalkannya? Bukan karena aku tidak lagi mencintainya, bukan juga karena gadis lain. Tapi kecelakaan itulah penyebabnya. Kecelakaan di hari upacara kelulusan SMA. Itu menyebabkanku lumpuh, aku tidak mau menyulitkannya, aku tidak pantas untuknya. Dia berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik. Dia tidak pernah tahu yang sebenarnya, biar saja dia menganggapku jahat, biar saja dia membenciku. Dari pada dia harus merasa iba dan terjebak bersama orang sepertiku. Mungkin dia akan menerimaku apa adanya jika mengetahui yang sebenarnya, tapi aku hanya tidak mau membuatnya menderita.

Aku memegang tangan Nami yang sedang mendorong kursi rodaku. “Ayah tidak mau menjadi perusak kebahagiaannya.”

“Tapi... ini tidak adil. Untuk ayah ataupun dia. Setidaknya dia berhak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi...”

“Tidak. Lagipula semuanya sudah tidak penting lagi. Dia telah memiliki kehidupannya sendiri. Seperti itulah takdir, tidak semua orang yang saling mencintai bisa bersama.”

Nami tidak berkata apa-apa lagi dan hanya memelukku dari belakang. Setidaknya aku tidak sendiri, aku memiliki Nami. aku menyayanginya walaupun dia hanyalah anak angkatku. Aku tidak sanggup menikah atau mencintai wanita lain lagi selain Kana, bahkan nama anak angkatku aku ambil dari nama belakang Kana: Nami. Kanami...

Aku tahu semua hal terjadi, setidaknya untuk sebuah alasan. Jika senyumnya adalah alasan itu, aku senang walaupun bukan aku yang mengukirnya.

-cherryblossom:)-

The PromiseWhere stories live. Discover now