Hujan menggerimis lagi siang ini, burung beo di rumah pak Edi di samping sekolah yang biasanya mendendangkan lidahnya kini diam sibuk menghangatkan badan dengan bulu-bulu hijau tebalnya, menyembunyikan kepalanya di balik kedua sayapnya yang menelungkup. Sepinya siang ini sungguh terasa, matinya suara gebrakan langkah kaki, dan kini hanya gemericik nada gerimis hujan yang tidak mampu melesak ke jalanan hitam beraspal yang berisik selama matahari berselimut mendung awan. David mengulurkan tangannya di bawah ujung genting sekolah yang sudah tua, merasakan tetes-tetes tangis awan yang menggebu.
“Sampai kapan hujan ini akan terus menyuarakan tangis? Aku ingin pulang..” David menatap kumpulan awan abu-abu kehitaman di lintasan langit.
“Sebentar lagi…” suara merdu dan halus menjawab pertanyaan David, cewek itu juga ikut mengulurkan tangannya merasakan butiran awan menetes-netes tak kunjung meredup untuk berhenti membicarakan tangisannya.
“Kedengeran ya? Kamu siapa???” David menoleh padanya.
“Entahlah…”
Cewek itu tersenyum kecil lalu pergi meninggalkan David dengan langkah kaki yang pelan namun pasti. Menginjakkan setiap jemari dan telapak kakinya dengan pasti di atas teras sekolah sedangkan sepatunya dipegang di tangan kanan. David memandangi cewek itu dengan sedikit heran tapi penuh dengan rasa penasaran. Beberapa menit kemudian hujan pun reda, David mengangkat alis kirinya, “Hah? Kok bisa tepat banget prediksi tuh cewek..”
****
“Hallo, dengan siapa-dimana?” David mengangkat gagang telepon yang dari tadi berdering mengganggunya yang sedang menyiapkan beberapa tumpukan buku di atas meja. Buku yang berisi tentang masalah cinta, sifat-sifat seseorang berdasarkan bintang-tanggal lahir-shio, dan masih banyak lagi. “Ya benar, ini David … Baik, silakan saja datang ke rumahku di Jl. Sabun Cuci Nomor 77, Kecamatan Sikat Gigi, Provinsi Ember Mandi, Negara Sangat Wangi. Ditunggu kedatangannya … Sama-sama..”
David mengambil sebuah buku di tumpukan paling atas bercover gambar hati dengan sayap putih di kedua sisinya, merah jambu warna covernya, di bagian atas tertulis sebuah judul yang berwarna sangat mencolok ‘Melelehkan Hati Cewek Cuek’. Hmm.. akhirnya ada job juga setelah seminggu cuma duduk di sofa cokelat muda ini, batin Niko dengan senyuman mengarah ke setumpuk buku di depannya, David menepuk sofa kesayangannya itu saksi bisu kerja kerasnya ketika memutar otak kanan-kiri memecahkan masalah cinta seseorang. Beberapa buku telah diselesaikan David selama satu jam duduk di sofa, secangkir kopi yang beberapa menit lalu dibuatkan oleh pembantunya sudah habis tinggal butiran-butiran halus di dasar gelas bening itu. Klotak! Tak sengaja kaki kanan David menyenggol gelas yang ditaruh di sebelah tumpukan buku, waktu serasa melambat saat gelas itu hendak jatuh ke lantai. Dengan sigap kaki kiri David menendang gelas itu ke atas dengan tidak terlalu keras, David berdiri lalu ditangkapnya gelas itu dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya memegang sebuah buku. Hap! Akhirnya gelas terselamatkan, tiba-tiba ada dua bulatan mata di dalam pandangan David, David berkaca-kaca antara kaget, senang, dan bingung. Ternyata ada seorang cewek di kamarnya yang sekarang tepat di depannya.
“Flora??”
David kaget karena Flora yang tidak lain adalah pacarnya, entahlah masih bisa dikatakan sebagai pacar atau bukan, karena Flora beberapa bulan lalu menghilang begitu saja tanpa ucapan selamat malam pada David.
“Oh bukan, ternyata hanya halusinasiku saja.. Flora aku kangen kamu.. kamu pergi gitu aja tanpa sebab melarikan diri dari cinta yang udah aku jaga selama ini..”
I never wanna say good bye, the sun never wanna see you cry (dering telepon).
“Ya dengan siapa-dimana? Ini cewek yang barusan meneleponku tadi? Besok sore kamu ngga bisa ke sini? Ehm.. baiklah aku bakal datang besok.. jam 9? Okay jam 9..”