Tiga Minggu Kemudian …
David menikmati segelas kopi seperti biasa tapi kali ini dia menyeduh kopi di taman depan rumah di bawah merekahnya sinar Dewi Malam, Launa juga sedang bersama dengannya. Launa pergi ke rumah David dengan alasan ingin menanyakan tentang logaritma karena kemarin tidak masuk sekolah saat ada pelajaran matematika tapi sejujurnya Launa ingin memberikan kejutan berupa lukisan wajah David yang beberapa waktu lalu dibuatnya saat David menjenguknya ketika ia sakit flu. Lukisan itu disimpannya di tas. Hari ini adalah satu hari sebelum Hari Valentine atau bisa disebut Malam Valentine, atau istilah kerennya dalam bahasa inggris Valentine Night. Lukisannya merupakan hadiah valentine untuk David sekaligus hari ulang tahun David. Launa tidak bisa memberikan besok tepat di Hari Valentine karena Launa harus menghadiri pernikahan saudaranya.
“Cassanova..” tiba-tiba David begitu saja mengucapkan nama itu.
“Ha? Siapa? Cassa? Kamu suka sama dia Vid?”
“Heh? Emang aku ngomong apa barusan??” David baru tersadar dari lamunannya.
“Kamu baru aja nyebutin nama cewek customer kamu itu, Cassa dari kelas 1-J..”
“Eh apa iya? Ehm.. mungkin.. mungkin aku suka sama dia, tapi bintangku Aquarius sedangkan dia Taurus, ngga cocok di antara keduanya. Iya sih kalo shionya tuh cocok, antara Babi sama Tikus: Karena saling mengagumi, mereka bisa saja menjalin cinta. Aku suka dia.. aku cinta sama dia, tapi.. zodiaknya ngga cocok..”
“Aduh, kumad lagi deh.. bisa ngga sih lu sehari aja ngga ngomongin tentang zodiak.. zodiak.. dan zodiak..”
Meski mencoba tegar dan menutup-nutupi perasaan hatinya di depan sahabatnya itu tapi akhirnya hati Launa berkeping juga. Panah hati merah jambu miliknya yang ingin segera rasanya jatuh tepat di hatinya David kini berbalik padanya dan berubah menjadi meteor panas yang telah jatuh di palung hati. Membuat gempa hati perasaannya dan menjadikan kawah luka.
“Gimana bisa? Aku kan ‘Kid Detective’ yang ngebantu nyelesein masalah cinta dengan zodiak, gimana bisa aku lepas dari zodiak-zodiak itu? Aku juga bingung Na.. bener-bener bingung..”
“Kalo saranku mending kamu perjuangin cintamu tanpa mikir zodiak yang selalu muter-muter di otak ciutmu itu..”
****
Beberapa menit kemudian..
“Vid.. David..”
Tiba-tiba Cassa datang ke rumahnya David, lalu Launa pamit pulang tanpa memberikan lukisan itu pada David. Karena kemungkinannya sangat kecil untuk mendapatkan hatinya David, Launa memilih untuk memendam perasaannya saja daripada persahabatan mereka menjadi berantakan. Mungkin persahabatannya tidak berantakan tapi hatinya sudah hancur berserakan.
“Kenapa? Ada apa?” David takut Cassa kenapa-napa, Cassa menangis di pundak David begitu saja.
“Kamu baik-baik aja kan? Ada apa? Kok tiba-tiba nangis gini..” David mengelus rambut Cassa dengan perlahan.
Cassa hanya terus-terusan terisak tanpa menjawab dengan sepatah katapun pertanyaan yang dilontarkan David. David tambah kebingungan. Setelah suasana mulai tenang dan air mata Cassa berhenti mengalir membasahi pipinya, Cassa mencoba menceritakan pada David.
“Aku udah nglakuin semua metode yang kamu kasih, bukumu udah aku baca semua, resep cinta di kaset film itu juga udah aku lakuin, tapi.. tapi hasilnya nol Vid..!” air mata Cassa mengalir kembali. David tahu kalau hati Cassa pasti lebih menangis lagi dibandingkan tangis kedua matanya.
