Kamu tahu hari apa yang paling indah?
Bukan, bukan hari dimana langit dan matahari berpadu seperti sepasang kekasih yang terlihat sangat serasi kala siang hari
Hari ini. Hari ini indah sekali, terutama saat kamu tersenyum untukku
Manis sekali
Apa aku terlalu besar hati?
Peduli apa!***
"Cepetan ganti baju lo Yaya!"
Teriakan itu membuat Gisya tersadar dari lamuannya. Entah apa yang ada di pikiran gadis mungil dengan rambut yang di ikat asal itu. Padahal ini masih di bilang pagi hari.
"Iya sebentar ih." dengan muka di tekuk ia berjalan sembari menghentak sedikit kakinya menuju toilet.
Memang hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga kelas 12 IPA 2. Rara sudah mengganti bajunya sekitar lima menit yang lalu, namun ketika Rara kembali ke kelas ternyata gadis mungil itu hanya melamun menatap lurus ke depan dengan sikut menjadi tumpuannya.
"Lagian lo tuh ya, pagi-pagi udah bengong. Kenapa sih?" tanya Rara ketika Gisya baru saja selesai mengganti bajunya.
"Gak apa-apa kok."
Terdengar helaan nafas pendek Rara di samping Gisya.
"Yaudah ayo ke lapang, gue gamau ya di hukum keliling lapang 5 putaran cuman gara-gara nungguin lo yang ngelamun di pagi buta kayak gini."
Gisya memajuakan bibirnya. "Gitu banget sama sahabat sendiri."
Rara mengangkat bahu acuh dan berjalan meninggalkan Gisya yang sedikit berlari di belakangnya.
Sesampainya di lapangan, mereka memulai pemanasan sesuai dengan intruksi Pak Tirta selaku guru olahraga.
"Pada kali ini materi kita yaitu bola Basket. Mohon kerjasama dan keseriusannya." ucap Pak Tirta setelah seluruh siswa selesai melakukan pemanasan.
Seluruh siswa menjalankan semua intruksi yang di perintahkan Pak Tirta. Saling berpasangan melakukan latihan Chest Pass. Gisya berpasangan dengan Rara. Mereka berdua saling melempar bola, meski Gisya terlihat sangat ogah-ogahan.
"Lempar yang bener dong Ya. Jangan letoy gitu." geram Rara saat Gisya melempar bola sangat pelan.
"Iya iya. Nih."
Sedikit kesal dengan Rara, Gisya melempar bola sangat kencang sampai bola itu keluar dari lapang dan berhenti tepat di belakang kaki seorang pria dengan hoodie hitam yang masih melekat di tubuhnya. Padahal ini sudah masuk jam pelajaran, dan dalam peraturan tidak di perbolehkan memakai pakaian bebas pada jam pelajaran.
"Kenceng sih kenceng tapi gak kayak gitu juga dong." omel Rara -lagi.
Gisya menghembuskan nafas kasar, kalau Rara bukan sahabatnya sudah ia jambak dia.
"Salah lagi gue."
Kemudian dengan enggan Gisya menuju ketempat dimana bola itu berada. Sebelum sampai di tempat, sosok laki-laki memakai hoodie tadi membalikkan badan. Merasa ada sesuatu yang mengenai kakinya, kemudian ia mengambil bola basket itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Sang Pangeran
Teen FictionTeruntuk kamu. Sang pangeran. Aku yang hanya bisa mencintaimu dalam diam. Memperhatikan mu di balik senyumku. Dan menempatkan nama mu di setiap lesap doa ku. Sakit? biarlah menjadi urusanku. Urusan mu hanya cepat sadar dengan apa yang selama ini aku...