Pangeran. [01]

54 7 2
                                    

Kamu tahu? bahwa mencintai seseorang itu sangat membahagiakan
Tak perduli pada siapa dan apa akibatnya nanti
Dan ternyata benar, mencintaimu membuatku bahagia
Walau hanya bisa kulakukan dari jauh
Namun, tak apa. Bukan kah bahagia itu sederhanakan?
Sesederhana ketika melihatmu tertawa sampai matamu membentuk seperti bulan sabit
Hehe

***

"Raraaaaa!!" Sebuah teriakan menginterupsi perempuan yang sedang bergulat manja dengan handphonenya. Kemudian dengan sedikit helaan nafas ia memalingkan wajah.

"Jangan teriak bisa? Lama-lama telinga gue rusak. Mau lo gantiin?" ucapnya sambil mengusap telinga.

Perkataan perempuan bernama Rara itu hanya ia balas dengan cengiran oleh gadis itu.

"Lo mah. Tau gak? Barusan gue ketemu sama dia Ra. Sumpah ya demi matahari yang rela menyinari setiap hari gue, tapi dia yang paling bersinar." Celotehan panjang lebar dari seorang gadis mungil dengan masih menggunakan tas berwarna pink kesukaannya, membuat Rara menggelengkan kepala.

Entah apa yang ada di pikiran gadis mungil itu. Hanya bertemu, oke diulang HANYA BERTEMU. Tapi dia sesenang itu? Bagaimana jika ternyata ia disapa? Atau bahkan lebih dari itu? Tak bisa di pikirkan.

"Ya Allah. Agisya! Lo itu baru ketemu. Bahkan dia gak ngelakuin apa-apa. Gimana kalo dia nyapa lo, atau bahkan ngajak lo jalan? Sumpah ya."

Perempuan mungil bernama Agisya itu hanya mengangkat bahu acuh dan segera duduk di samping kanan Rara -sahabatnya.

"Kalo dia nyapa gue, gue bakalan senyum secantik mungkin dan kalo dia ngajak jalan ya gue terimalah."

Oke, itu suatu pertanyaan yang Rara sesali telah bertanya pada Gisya.

Sudah tidak aneh lagi bagi Rara mendengar celotehan Gisya setiap kali ia bertemu,melihat, atau apalah itu yang berhubungan dengan laki-laki yang selama 1 tahun terakhir ini Gisya sukai.

"Kenapa gak jujur aja sih Ya, gak cape liatin dia mulu dari jauh? Tau dia jadian sama orang aja nangis kejer-kejer." Dengan tenang dan tanpa rasa bersalah kalimat itu keluar dari mulut manis Rara.

Gisya atau Yaya -sebutan dari orang-orang terdekat Gisya, hanya mencebikkan bibirnya mendengar kalimat yang sering sekali Rara ucapkan. Namun ingat, Gisya sudah terbiasa dengan mulut pedah Rara. Meskipun mereka baru bersahabat ketika masuk SMA.

"Gak ah. Merhatiin dari jauh juga cukup." ucapnya enteng.

"Gak capek Ya?"

Gisya hanya tersenyum manis mendengar pertanyaan yang dilontarkan Rara.

****

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Semua siswa tak menyia-nyiakan waktu yang mereka miliki terlebih hanya untuk membaca atau memperhatikan sesuatu yang tak penting.

Tidak dengan Gisya, ia setia berdiri di pinggir lapang, memperhatikan seorang laki-laki yang sedang lincah memainkan bola basket berwarna merah itu.

Teruntuk Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang