EMPAT PULUH : Revenge

223K 17.3K 804
                                    

Lalisa mengerutkan dahinya beberapa kali, alisnya juga sering bertautan tidak menentu ketika ia sedang fokus membaca sesuatu. Di pangkuannya kini terdapat novel Agatha Christie yang berjudul Thirteen Problems, Samudra juga berada di sampingnya. Tetapi sedari tadi Samudra tidak fokus menatap novelnya, ia malah fokus memandang ekspresi wajah Lalisa yang sering berubah-ubah.

Mereka sedang berada di taman belakang sekolah yang tenang seperti biasanya, bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu tetapi keduanya belum berniat untuk pulang. Sebenarnya Lalisa awalnya menolak untuk santai dahulu di sana karena merasa bahwa Samudra masih butuh istirahat, sekarang saja cowok itu memakai jaket. Tetapi keinginan dari cowok keras kepala seperti Samudra tidak bisa dibantah.

Lalisa yang menyadari Samudra terus-menerus memandangnya merasa risi, ia kemudian menoleh dan melototi pacarnya itu.

"Kok malah ngeliatin aku? Nggak dibaca novelnya?" tanya Lalisa berusaha untuk mengalihkan fokus Samudra, tetapi gagal.

"Ekspresi wajah kamu lucu Lis."

Lalisa menaikkan sebelah alisnya karena bingung. "Lucu gimana?"

"Sebentar-sebentar wajah kamu keliatan tegang, terus nggak lama kemudian malah jadi kayak nahan seneng gitu. Aneh tapi lucu," jelas Samudra.

"Ish." Lalisa mencibir, lalu melanjutkan membaca novelnya kembali.

Samudra menarik napasnya dalam, lalu mengembuskan pelan. Cuaca sore itu cerah, dan membuat Samudra merasa tenang, apalagi karena didukung oleh suasana di taman belakang sekolah yang memang damai dan keberadaan Lalisa yang membuat hati Samudra terasa hangat.

Lalisa melirik Samudra sebentar, cowok itu sedang memandang lurus ke depan. Lalisa tidak bisa memungkiri bahwa Samudra itu benar-benar tampan. Apalagi hidungnya yang mancung membuat wajah Samudra terlihat sangat western, di samping sifat posesif dan mudah marahnya Samudra benar-benar boyfriend goals, ia jadi bersyukur dulu Samudra tiba-tiba menembaknya dan memaksa Lalisa untuk menjadi kekasihnya. Kalau dulu perasaannya berbeda. Boro-boro, yang ada malah Lalisa dibuat kesal duluan.

Samudra meregangkan ototnya sebentar, lalu melirik ke arah Lalisa yang juga melihat padanya. Ia tersenyum.

"Mau pulang?" Lalisa menggeleng.

"Belum mau, tapi jangan disini. Serem," jawab Lalisa. Tangannya memasukkan novel ke dalam tas.

"Serem kenapa?"

"Ya serem aja banyak pohon disini, sepi lagi."

"Yaudah ayo." Samudra mengulurkan tangannya, yang langsung disambut antusias oleh Lalisa.

Ketika mereka baru berjalan sekitar 4 langkah datang Kevin dan teman-temannya, yang membuat Samudra dan Lalisa heran adalah benda yang dibawa mereka. Beberapa orang membawa sebuah balok kayu yang panjang.

"Wah.. ternyata kita ganggu ya?" Kevin tersenyum sinis menatap Samudra yang berwajah masam dan Lalisa yang menatap mereka bingung, sesekali ia melirik balok kayu yang dipegang mereka. Untuk apa? Pertanyaan itu terus terbersit di kepalanya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Samudra dingin, Kevin berdecih.

"Gue mau ngehajar lo bangsat!" Kevin melayangkan pukulannya ke arah Samudra, yang dengan mudahnya dihindari oleh cowok itu.

"Mau ngapain sih elo ngehajar gue?" Samudra menarik tangan Lalisa dan menempatkan cewek itu di belakang tubuhnya.

"Tamara," sinis Kevin dengan senyum miring yang tercetak di wajahnya. Samudra mendesah pelan dan memutar bola matanya malas.

"Lo masih mau ngebahas Tamara, Kean Rivano?" Rahang Kevin mengeras ketika Samudra mengucapkan nama aslinya, dengan segera Kevin memberi isyarat agar teman-temannya mulai melaksanakan rencana mereka.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang