Hari itu cassidy mengantar grams ke rumah sakit. dia ingin memakai mobil untuk membawa sepedanya ke bengkel. Begitu selesai mengantar grams, dia langsung mencari bengkel terdekat dari rumah sakit. cassidy menghentikan laju mobilnya di depan sebuah bengkel bernama Loaded yang bersebelahan dengan sebuah kedai kopi. Bengkel itu tidak cukup besar, tapi sepertinya cukup profesional. Cassidy membawa masuk sepedanya ke dalam bengkel itu. dia di sambut oleh seorang cewek pendek dengan dandanan gotik. cewek itu menanyakan masalahnya dan menyuruhnya menunggu, sementara dia memanggil seorang montir. Tidak lama kemudian seorang pria setengah baya berkulit gelap dengan wajah dan tangan belepotan oli muncul. Pria itu melihat keadaan sepeda cassidy dan menyipitkan mata.
“kau apakan sepedamu?” pria itu bertanya dengan suara paraunya.
“aku terjatuh dan sepedanya tertabrak pohon” , pria itu tampak mengangguk-angguk ketika cassidy menjawab pertanyaannya.
“kerangkanya masih bisa di perbaiki tapi ban depannya harus di ganti total. Kembalilah dua atau tiga hari lagi untuk mengambilnya”, ucap pria itu sambil mengambil sepeda dari tangan cassidy.
“terima kasih”. Ada kelegaan dalam kata-kata cassidy saat mengetahui sepedanya masih bisa di perbaiki.
Saat di rumah tadi, cassidy memutuskan untuk segera pulang setelah membawa sepedanya ke bengkel. Tapi, begitu keluar dari toko—cassidy tidak langsung menuju mobilnya—dia berdiri di depan toko itu dan melihat sekeliling. Dia sadar kalau sekarang dirinya sudah berada di kota New York yang terkenal dengan keramaiannya. Memang tempatnya berdiri sekarang ini bukanlah Time Square atau Fifth Avenue yang terkenal itu dan juga bukan Manhattan—tapi cassidy bisa melihat betapa sibuknya jalanan dan juga orang-orang yang lalu lalang di depannya. kebanyakan dari mereka sibuk dengan ponsel masing-masing, ada yang berjalan santai dengan ponsel di telinga sambil senyum-senyum sendiri bahkan ada yang menelpon dengan berteriak sambil menyebutkan kata-kata saham. Cassidy berasumsi kalau pria yang baru saja lewat di depannya itu bekerja di bursa saham atau semacamnya. Pria setengah botak itu berhenti dan masuk ke dalam kedai kopi di sebelah bengkel, lalu keluar dengan gelas yang terbuat dari styrofoam di tangan dan berlalu pergi. Cassidy memutuskan untuk masuk ke dalam kedai itu dan memesan secangkir latte yang di tuang kedalam gelas yang sama. Setelah selesai membayar, cassidy berbalik untuk pergi—tidak tahu ada seseorang berdiri di belakangnya—cassidy menabrak orang tersebut. Dia menumpahkan minuman yang baru di pesannya ke jaket pria yang tengah menelpon itu dan ke sweaternya sendiri. Pria yang ditabraknya itu mundur beberapa langkah karena menghindari minuman yang tumpah.
“maaf”, ucap cassidy bersungguh-sungguh. Dia meletakkan gelas lattenya yang sudah tinggal setengah di dekat kasir. Cassidy mengambil tisu dan mencoba membersihkan noda latte pada jaket kulit pria itu.
“tidak apa-apa, kau tidak perlu melakukannya”, pria itu berkata sambil menutup ponselnya. “seharusnya aku yang minta maaf karena sudah membuatmu menumpahkan minumannya. Maksudku, aku lebih tinggi darimu jadi seharusnya aku bisa menghindar”.
Cassidy baru menyadari kalau pria yang ditabraknya itu tinggi besar. Walaupun tinggi cassidy diatas rata-rata remaja Amerika tapi tingginya masih sebatas bahu pria itu, lebih sedikit.
“aku benar-benar minta maaf, sir”, ucap cassidy benar-benar menyesal.
Pria itu tertawa saat mendengar cassidy memanggilnya sir. Dia mengindikkan bahunya kemudian tersenyum. Cassidy bisa melihat lesung pipi di kanan dan kiri pipi pria itu saat dia tersenyum.
“apa aku terlihat setua itu?”, tanya pria itu pada cassidy. Cassidy setuju dengan pria itu, dia merasa si pria berumur kurang dari empat puluh tahun—antara tiga puluh enam atau tiga puluh tujuh tahun. Dia menyesal sudah memanggilnya dengan sebutan sir dan lebih menyesal karena sudah menumpahkan minuman ke jaket kulitnya yang kelihatan mahal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saints and Sinners: The Prophecy
Teen FictionCassidy Foster adalah seorang remaja yang sedikit sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. saat dia kesulitan mencari teman, cassidy malah bertemu dengan ethan dan cyril—dua orang cowok yang masing-masing punya rahasia sendiri. Ethan,seorang manus...