Satu

222 22 10
                                    

Kita dipertemukan bukan tanpa sebuah alasan.

****

Seorang gadis berambut ikal yang dikucir kuda terlihat sedang asyik menggowes sepeda warna pink-nya melintasi pinggiran jalanan yang tak begitu ramai oleh pengendara sepeda motor. Ia menggowes sepeda itu dengan begitu cepat, seakan sedang dikejar-kejar oleh waktu. Kentara sekali dari raut wajahnya.

Gadis itu terlihat berumur sekitaran 20 tahunan, karena style nya sangat amat kekanak-kanakan, apalagi dengan dandanan gadis itu dari atas sampai bawah yang tidak lepas dari warna pink kesukaannya itu banyak orang-orang disekitarnya tidak menyangka bahwa ia sudah bekepala dua.

"Astaga, ini sepeda jalannya lemot amat sih ya, apa aku yang lemot? Ah peduli dengan sepeda. Yang jelas aku harus cepet-cepet karena ini udah fix telat banget." Gadis itu bermonolog sendiri dengan meningkatkan gowesan-nya.

Akhirnya gadis itu sampai ditempat tujuannya dari awal. Tertera jelas didepan pintu utama gedung itu dengan huruf besar. Salah satu tempat dimana ia menimba ilmu dan belajar yang terkenal didaerah ini. Gadis itu segera turun dari sepedanya kemudian mencari tempat parkir yang masih tersisa untuk sepeda mininya itu. Sebenarnya ia bisa dan sudah dibolehkan oleh orangtuanya mengendarai sepeda motor sendiri, namun ia lebih menyayangi sepedanya itu. Sebegitu terlambatnya ia sampai mendapatkan tempat parkir di area diujung sekali.

"Gapapa deh ya, daripada ini sepeda kena rongsok sama pemulung". Gumamnya sebelum menyenderkan sepedanya dan berlalu ke ruang dimana ia akan mendapatkan pelajaran tambahan.

Ia berjalan tergesa-gesa menuju ruangannya itu, sampai-sampai ia berlari-lari kecil. Sampai didepan pintu ruangan yang ia tuju, ia diam sejenak dan mulai mengatur nafasnya.

"Huuuhhh , ini langsung masuk apa gimana ya? Udah telat 10 menit lagi ah elah sial amat aku hari ini." Ia merutuk dirinya sendiri dan melihat jam tangan pink pastel yang ada ditangan kirinya.

"Aih sudahlah masuk aja, terserah deh mau diapain nantinya juga," akhirnya ia memutuskan untuk masuk keruangan itu, dan ketukan pertama darinya sukses menghentikan kegiatan belajar mengajar itu yang sedang berlangsung.

"Permisi pak, maaf saya terlambat. Boleh saya masuk?" Tanyanya saat itu juga.

"Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu. Apakah kamu lupa jadwal hari ini dimulai pukul berapa?" Ucap Pak Jarot sambil menatap gadis itu dengan tatapan mengintimidasi.

Pak Jarot terkenal sebagai dosen yang sangat tegas dan disiplin. ia tidak akan membiarkan mahasiswanya terlambat pada mata kuliahnya walaupun itu hanya semenit saja. Dan Pelangi dengan tidak berdosanya terlambat sampai 15 menit.

"Oh ya Tuhan, tak bisakah aku langsung duduk jika boleh atau langsung pergi jika tidak boleh tanpa mendapat tatapan mengerikan seperti ini?" Namun kalimat itu hanya sampai ditenggorokan saja.

"Iya pak maaf, terimakasih." Akhirnya kalimat itu yang meluncur bebas ditenggorokan melody.

Akhirnya gadis itu langsung beranjak dari ruangan itu menuju ke taman kampus. Ia duduk dikursi yang telah disediakan. Taman kampus adalah tempat favoritnya, Karena disana sepi mahasiswa, ia lebih leluasa bersantai dengan kesendiriannya.

Begitu sampai dikursi ia langsung mengeluarkan laptopnya. mengeluarkan handphone dengan karakter patrick dan sebuah buku dari dalam tas ransel pink nya. ia menengok jam ditangan kirinya, masih pukul 10 lebih 20 menit. masih ada sekitar 1 jam setengah sebelum ia masuk pada mata kuliah selanjutnya. ia mulai mempelajari materi mata kuliah itu, kebiasaannya yang masih melekat. karena ia takut jika sewaktu waktu dosen mengadakan kuis dadakan.

Setelah kurang lebih 45 menit ia berkutat dengan buku dan laptopnya, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel. makan siang untuknya sendiri. ia memang tidak biasa dengan suasana ramai disekitarnya, ia lebih senang menyendiri. oleh karena itu ia tidak bisa makan  dikantin yang notabene nya sangat ramai oleh mahasiswa apalagi pada jam makan siang seperti sekarang.

setelah selesai memakan bekal yang dibawanya, melody kemudia memasukkan semua barangnya lalu bergegas menuju kelas. Ia tidak mau lagi diusir seperti tadi.

*****

waktu menunjukkan pukul 14.40. seharusnya mata kuliah melody sudah selesai, tetapi dosen belum juga mengakhiri pertemuannya. Melody sudah tidak tenang ditempat ia duduk, pasalnya ia akan ke toko buku setelah ini, dan toko buku akan tutup di jam 16.30. sedangkan jarak dari kampus ke toko buku sangat lah jauh apalagi jika ditempuh dengan hanya bersepeda. pada situasi seperti ini melody sangat menyayangkan kenapa ia tidak memakai sepeda motor yang ada dirumah saja.

Pada pukul 15.10 kelas akhirnya ditutup dan melody bergegas keluar kelas. ia berlari di kerumunan teman-teman lainnya yang ingin pu;ang juga tentunya. dengan berlari ia menuruni tangga dengan cepat.  ia hanya memikirkan tentang toko buku tersebut. hingga pada tangga terakhir dengan tidak sengaja kaki kanannya berpijak dengan tidak benar dan menyebabkan kaki kirinya tidak seimbang.

Bruukkkk...

"Andai saja aku tidak melewati tangga...!!!" Reflek teriak melody diujung lantai sambil memegangi pergelangan kaki kanannya karena tidak tahu sudah mencapai lantai. Ah sepertinya kesialan melody bertambah satu lagi.

Akhirnya ia melewati pintu utama dengan keadaan kaki yang terpincang-pincang. Area parkir yang sebelumnya ramai dan padat oleh beberapa kendaraan sekarang tinggal beberapa motor saja plus sepeda mini kesayangannya itu dan berada dibagian ujung menambah kesengsaraan melody saja.
Sampai didepan sepedanya yang sangat nyaman ditempatnya itu melody diam tak bergerak beberapa detik.

"Ya Tuhan, ini gimana caranya aku nge-gowes sepeda. Jalan kesini aja masih untung-untungan nyampe," lagi-lagi melody bermonolog. Sampai detik berubah menjadi beberapa menit. Ia tersadar dan melirik jam ditangannya dan menepuk jidatnya.

"Astaga ini kenapa udah jam 4 aja sih,  Terus ini gimana dong ? nggak mungkin juga ke toko buku, yang ada cuma sia-sia. terus pulang gimana? Apa aku dorong aja ? Daripada dipaksa gowes tapi ntar malah jatuh. aku gak mau sakit untuk yang kedua kalinya." Melody bermonolog seperti biasanya dan memutuskan untuk tetap pulang dengan pergelangan kaki yang tidak sehat.

Melody mendorong sepedanya agar ia cepat sampai rumah. Namun dengan keadaan kaki nya yang terkilir dan jauhnya jarak tempat les ke rumahnya, terasa butuh waktu yang lama untuk sampai ke rumahnya. Apalagi saat ini kakinya mulai berdenyut-denyut menambah kesusuhan melody saja, batinnya.

Fokusnya terbelah-belah antara ingin cepat pulang dan sampai dirumahnya dengan selamat tentunya, kakinya yang berdenyut-denyut, dan tentu saja ia memikirkan agar ia tidak dijahati dijalanan yang mulai sepi ini. Ia meramalkan doa-doa didalam hati sambil jalan terpincang-pincang menyusuri jalanan yang sepi itu, sampai tiba-tiba dihadapannya sedang ada beberapa pemuda yang ia tafsir usianya tak jauh dari dirinya sedang bergerumun. seperti sedang berkelahi.

Ia membatu dan mulai gemetar tak karuan, sudah tak memikirkan rasa sakit yang beberapa waktu yang lalu dirasa sangat menyiksanya. Kemudian, saat Melody sedang memerhatikan pemuda-pemuda itu yang sedang beradu otot, bogem sana bogem sini, tinju sana tinju sini. Ada beberapa dari mereka yang wajahnya sudah babak belur.

Kemudian mata melody tertuju pada salah satu pemuda yang juga sedang menatapnya dengan wajah datar. Sudut bibirnya sudah mengalir darah segar dan lebam dipipi kirinya. Melody yang di tatap begitu intens oleh pemuda itu lantas meneguk air liurnya dengan susah payah dan keringat dingin memenuhi jidatnya yang saat ini tidak ditutupi oleh poninya.

Perlahan pemuda itu berjalan mendekat kearah Melody yang saat ini sudah panas dingin.

Dekat dan semakin dekat. Terlihat wajah melody sudah berubah pias melihat saat ini jarak diantara mereka hanya beberapa jengkal saja. Pemuda itu memandang melody tepat dibola matanya. Tubuhnya Perlahan ringan dan pandangan pelangi mengabur kemudian...

Buukkkk....

*****

PEKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang