Jujur masa kecil gue ga seneng-seneng amat tapi ga suram juga. Mmm gimana ya biar ga bingung? Oke mari kita menyebutnya "mainstream". Karena masa kecil gue dan lo yang lagi baca dan hampir semua anak-anak di dunia isinya cuma tidur, makan, main, mandi, dan buang air.
Tapi pernah mikir ga sih? Betapa indahnya hidup saat itu...***
Gue dilahirkan di sebuah puskesmas kecil pinggir jalan raya desa Sindangkerta, Indramayu, Jawa Barat. Mungkin kalian ga bakalan bisa liat puskesmas itu di google maps karena tempatnya yang "amat sederhana" walaupun deket sama jalan raya. Apa hubungannya sama jalan raya? Entah kenapa menurut gue setiap tempat yang deket jalan raya harusnya bagus, bersih, dan terawat karena akses transportasinya mudah. Tapi yang anehnya tempat lahir gue ga begitu guys, dan gue jadi bingung kenapa pemerintah daerah ga berusaha buat ngebenah puskesmas itu supaya lebih "cantik"? Oi penguasa kemana perginya uang pajak yang kita bayar untuk fasilitas kesehatan? Jangan coba-coba korupsi loh ya... Inget kalian bisa jadi "berduit" kaya sekarang itu semua gara2 rakyat yang milih kalian. Jadi jangan sok berkuasa dan berfoya-foya pake uang kami. Tujuan kalian kerja dan digaji itu supaya kami, rakyat yang memilih kalian hidup sejahtera. Ya... Kalau bahasa kasarnya sih kalian itu ibarat "kacung" yang melayani dan melindungi kami, rakyat, dalam bidang politik & hukum. Sooo jangan sombong kalau sudah jadi pemimpin, oke? 😁
Back to the story
Kok gue jadi ngomongin politik gini sih -_-Gue selalu merinding kalau liat puskesmas itu. Ga tau. Merinding aja ngebayangin mak (read: ibu) yang mempertaruhkan nyawa buat ngelahirin seonggok daging jadi (read: gue, anaknya). Soalnya nanti gue juga gitu guys. Ada fase dimana gue menikah lalu melahirkan bayi, dan itu yang ngebuat gue merinding. Sumpah ini serem. Lebih serem dari cerita hantu.
Kata mak, gue tumbuh jadi anak yang sehat. Kelewat sehat malahan karena badan gue bongsor (read: tinggi besar) mempunyai pipi tembem dan muka bulat serta rambut pirang kaya rambut jagung. Ortu gue juga bingung kenapa rambut gue jadi pirang. Sampe gue sempet dikira anak orang yang tertukar di puskesmas gara2 di keluarga cuma gue satu-satunya yang punya rambut pirang.
Masa kecil gue yang "mainstream" gue habiskan dengan main-main. Dengan sodara, dengan catur yang sampe sekarang ga bisa gue mainin, dengan kucing, burung, capung, kendaraan di pinggir jalan yang lewat, dan dengan odong-odong. Sumpah gue pernah sampe nyuruh baba (read: bapak) lari-lari ngikutin odong-odong yang lagi keliling kampung gara2 gue ga mau ditinggal sendiri naik odong-odong. Yang lebih mirisnya pas itu lagi hujan. Jadi baba gue lari maraton ngikutin odong-odong sambil hujan-hujanan. Dan setelah itu gue ga diceritain lagi bagaimana nasib baba gue setelah maraton keliling kampung sambil hujan-hujanan. Yaaa palingan dia(?) sakit. Kalau ga sakit flu yaaa demam.
So sweet kan?
Itulah salah satu pengorbanan kecil keluarga gue demi gue.
Demi apapun pengorbanan keluarga itu lebih manis daripada pengorbanan kampungan yang dilakukan oleh pacar/gebetan yang katanya "atas nama cinta".
Nah sekarang gue tanya, apakah pacar/gebetan kalian pernah berkorban sampe nyakitin diri sendiri demi kalian?
Tapi gue yakin guys, pasti keluarga kalian pernah berkorban buat kalian. Bahkan sampe nyakitin diri sendiri. Tanpa kalian ketahui...
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA (Saya Maunya Apa?)
HumorSebuah jurnal yang berisi bacotan seorang anak SMA labil yang sedang mencari jati diri Nikmatin aja ya gengs Salam Peace✌Love ❤ and Gawl 👯