Satu

133 29 24
                                    

Alvino Arya Sena, yang sering dipanggil Al atau vino. Memiliki wajah yang tampan dan kulit yang putih sehingga membuat dirinya menjadi populer di kalangan kaum hawa. Al sering sekali mengencani cewek cewek yang menurutnya menarik. Bahkan dia sudah tiga kali berganti pacar dalam seminggu. Setelah dia mulai bosan dia akan langsung membuangnya layak barang yang masih bagus dibeli jika bosan dibuang. Al sudah berubah, tidak ada Al yang berpenampilan cupu, dan tidak ada Al yang memberikan sapaan kepada Orang lain. Dia benar-benar berubah! Dia berubah karna masa lalu nya yang membuat dia menjadi orang yang bejat. Sungguh memalukan, Alvino Arya Sena berubah hanya karna seorang perempuan yang menghianatinya. Pasti bagi kalian semua akan berpikiran begitu sama dengan nya dia sungguh-sungguh membenci Lela tetapi juga mencintainya. Shit! Benar benar memuakkan. Dia akan harus bisa melupakan Lela sekali lagi HARUS.

Tapi ada satu orang yang peduli dengan nya, bahkan menghawatirkannya yaitu Nur Indah Chasanah cewek cantik dan agak tomboy yang begitu mencintai dirinya. Selalu menghawatirkannya walau dia pun tidak pernah peduli sama sekali. Tetapi dia tidak bisa melihat atau merasakan cinta karena cinta nya sudah mati dihancurkan oleh Lela. Baginya cinta itu hanya omong kosong. Cinta hanya menghancurkan segalanya maupun harapan, ataupun kebahagiaan.

o.o

"Sorry, lama ya?"ujar Al sembari membuka mobil
"It's ikay kok,beb"ucap Reva. Reva adalah cewek populer sama seperti Al. Mereka sangat cocok seperti itulah kata teman teman kampusnya. Memang mereka cocok tapi hanya Reva dan semua anak kampus lah yang menggangap nya tidak dengan Al dia hanya ingin bermain main saja tidak peduli apa yang mereka bicarakan, tetapi mereka semua tidak tahu bahwa Al seorang Playboy.
"Kita kemana hari ini?"tanya Al sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Reva.
"Bagaimana kalo kita bersenang senang? Belanja gitu misalnya? Tenang aku akan bayarin semua yang kamu mau"ujar Reva sambil tersenyum manis
"Baikalah"ucap Al sambil tersenyum licik
Al tau, bahwa Reva akan menuruti apapun kemauannya. Tapi tidak dengan dirinya. Jangan harap Al mau memberikan semua yang diminta Reva

    Sampailah Mereka di Pondok Indah Mall. Disana terdapat pakaian-pakaian dan makanan-makanan yang mahal. Reva membelikan pakaian-pakaian untuk Al. Padahal Al tidak meminta tapi Reva sendiri lah yang memaksa nya.
Sekarang, kedua tangan Reva dan Al penuh dengan tas belanjaan. Masing masing memegang dua tas sekaligus.

"Apa lagi, sayang?"tanya Reva tanpa merasa lelah atau bosan. Sebaliknya, Al malah jengah dengan semua ini. Ia mendengus dalam-dalam. Rasanya semua ini tidak cukup.
"Duduk sebentar,ah! Aku capek!" Al berhenti di salah satu kursi di foodcourt. Ia meletakkan semua barang belanjaannya di atas meja. Dia sudah sangat capek karna Reva terus saja belanja tanpa memikirkan rasa lelah. Huft menyebalkan! Dasar perempuan sukanya belanja saja.

"Apa kamu mau aku pijit? Kelihatan nya kamu capek sekali?"tanya Reva menarik kursi dihadapan Al. Cewek itu duduk sejajar dengan Al lalu meraih salah satu kaki Al dan meletakkannya dipangkuannya. Tanpa peduli sekeliling nya, Reva memijat telapak kaki Al. Al jadi merasa tidak enak

"Udah, ah! Aku mau makan aja! Lapar!" Seru Al seenaknya. Baginya, Reva adalah pacar yang bisa dimainkan sesukanya. Tidak lebih. Jika sudah bosan, Al akan memutuskannya. Sama seperti nasib cewek-cewek sebelumnya. Tidak ada yang mampu meluluhkan hati Al. Tidak ada satu pun yang benar-benar membuatnya ingin serius.

"Oke,kamu mau makan apa?"tanya Reva tetap sabar
"Apa saja, yang penting bisa dimakan" Al menurunkan kakinya dari pangkuan Reva
"Baiklah"Reva bangkit dari kursinya. Reva beranjak pergi. Baru beberapa langkah, Al memanggilnya. "Reva, tunggu!"
Reva menoleh
"Aku mau makan mi hot plate!"
Reva hanya menganguk lalu melanjutkan langkah nya. Beberapa menit kemudia Reva datang sambil membawa makanan yang mereka pesan

Tiba-tiba ponsel Al berbunyi saat ia sedang menyatap mie hot plate-nya bersama Reva. Al gelagapan dan mengeluarkan ponsel dari tasnya. Panggilan dari Nara. Teman kampusnya yang kini juga jenah dikencani Al. Al ragu-ragu ingin menjawabnya. Ekor matanya melirik Reva yang masih tidak curiga. Tapi berapa lama Reva bisa tahan tidak curiga? Come on, Nar, tidak bisakah kamu menunggu sampai bulan depan?sampai aku bisa memutuskannya dan kita jalan dengan bebas, batin Al. Tentu saja Al tetap mencari dan mencari, menjalin dengan cewek-cewek manapun yang dia sukai. Bagi Al, cewek-cewek hanya bagaikan onggokan pakaian yang bisa diganti-ganti sesukanya. Buang dan lempar jika ada yang tidak disukanya, simpan sementara untuk yang masih dibutuhkan, dan hunting yang baru untuk menambah koleksi. Sungguh, itu menjadi kepuasan tersendiri, walau Al tidak pernah menemukan kebahagiaan dari semua itu.

   Al buru-buru mereject panggilan dari Nara saat Reva bertanya "Dari siapa?"
"Ridwan. Hehe" sahut Al cepat. Ridwan sahabat Al di kampus.
"Oh, kenapa tidak diangkat?"
"Nggak penting" Al mengangkat bahu, pura-pura cuek dan melanjutkan makan. Reva hanya mengganguk-angguk
Al mencuri-curi kesempatan untuk mengirim SMS pada Nara
Honey,aku masih di tempat Ridwan. Sabar ya,sayang! Setengah jam lagi aku kesana,oke?

Al sudah biasa memainkan peran ini. Kebohongan demi kebohongan. Kebohongan yang satu demi menutupi kencan yang lain. Begitu seterusnya. Rekornya, ia pernah menjalin hubungan dengan lima cewek sekaligus! Akhirnya, kelima cewek itu di putuskan satu persatu saat Al bosan. Begitu ahlinya Al, sehingga belum pernah satu pun cewek-cewek yang di kencani nya curiga apalagi memergokinya.

Ponsel Al berbunyi lagi. Ada balasan SMS dari Nara.
"It's okay. Aku tunggu di rumahmu ya"

Wah, gawat gawat gawat! Reva dan Nara tidak boleh sampai bertemu. Tapi ini juga bukan perkara besar. Al tau bagaimana harus mengatasinya.
"Reva, ayo cepat kita pulang! Mama ku pulang lebih awal. Bisa mati aku! Ayo cepat,cepat! Aku akan menurunkan mu di halte saja ya! Keburu mama ku pulang"Al bicara bertubi-tubi, tidak memberi kesempatan pada Reva. Reva hanya menjawab "oke" dengan wajah sedikit kecewa.

Al tersenyum licik. Ia berjalan di depan membawa barang belanjaannya. Reva mengikuti dengan langkah lunglai di belakangnya.

Rid, semua oke kan? Skenario hari ini, aku belajar di rumahmu

Al sudah mengirim pesan itu pada Ridwan. Pasalnya mereka sudah membahas ini semua sejak semalam. Tak lama muncul jawaban dari Ridwan.

Ya, tadi Nara telepon. Nanyain lo. Gw udah jawab sesuai skenario yang kamu buat jadi tenang aja

Al tau Ridwan tidak akan bisa menolak. Tidak pernah berkata tidak. Ridwan memang bisa dihandalkan. Ridwan sendiri, sesungguhnya jauh di lubuk hatinya, tidak senang membantu Al berbohong seperti ini. Ridwan ingin Al bisa mencintai satu seseorang wanita saja dan berhenti menjadi playboy. Ridwan satu-satunya teman Al yang tahu kebusukan hati Al. Tentang hubungan Al dengan banyak cewek. Ridwan tahu nama-nama pacarnya.  Ridwan tahu jadwal kencan Al padat. Ridwan juga tahu saat ini Al sendang ancang-ancang hendak mendekati Bella, cewek cantik dan pandai, teman satu kampus. Ridwan tahu semuanya!

Never Be The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang