Empat

31 8 1
                                    


Merasa bahwa banyak pasang mata yang menatap ke arahnya, Nanda mencoba tidak perduli. Berjalan seperti orang pincang dengan alas kaki berupa sandal jepit membuat Nanda merasa orang-orang yang kini menatapnya itu sedang mengejek sekaligus menertawakan. Apalagi saat ia mendapati tatapan adik kelas yang mengarah ke kakinya tanpa berkedip, sungguh Nanda jengah. "Apa sihh liat-liat?!" Tanya nya kesal. Reksa yang kini membantunya berjalan lekas menoleh ke arah Nanda dengan tatapan geli. Walau keadaan sakit seperti ini, tetap saja Nanda ya Nanda.

"Udahlah, Nan.." Reksa mengeratkan pegangannya pada kedua lengan Nanda, cewek itu hanya memutar bola mata kesal tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Sebenarnya bukan hanya itu tatapan yang Nanda terima, melainkan wajah melas para penggemar Reksa yang benar-benar kecewa. Tentu saja mereka tidak rela dengan tindakan Reksa terhadap dirinya, apalagi sebagian dari penggemar-penggemar Reksa itu sedikit banyak memandangnya dengan sorot benci dan menantang. Tapi apa hak mereka untuk marah dan tidak terima? Pikir Nanda, namanya juga fans, tahu posisi dong.

Sesampai di kelas, beberapa teman sekelas Nanda sedikit terkejut melihat keadaannya yang bisa dikatakan 'Apes banget lo, Nan.' Ditambah lagi, sandal jepit berwarna ungu muda dan bengkak di pergelangan kaki yang terlihat jelas walau benjolannya sudah mulai kempes, begitu terlihat menyedihkan, pikir mereka.

Orang pertama yang paling histeris siapa lagi kalau bukan Rea, sahabatnya. "Astaga naga!! Nan, kok bisaaa?" Cewek itu dengan mulut terbuka membentuk huruf O sempurna segera berlari terbirit-birit menghampiri Nanda yang baru saja dibantu Reksa untuk mendudukkan diri di kursinya. Bahkan, Rea tidak memperdulikan lagi sapu yang sebelumnya ia gunakan untuk membersihkan sudut kelas. "Ya ampun, itu kaki kenapa benjolannya serem banget? Lo kena kaki gajah ya?"

Sontak Nanda melotot, "Sembarangan banget si kalo ngomong! Mikir dulu kenapa?!" Bentaknya, menyadari ucapan Rea yang sering ngelantur dan sembarang.

Rea mengerucutkan bibirnya, "Ihh sori, marah mulu deh lo. Santaiii dikitt dong,"

Nanda kembali bergumam kesal, entah apa yang ia gumamkan karena tidak ada yang dapat mendengar suaranya. Namun, setelah itu Nanda segera mendongak dan menatap Reksa yang kini memperhatikannya dalam diam. "Makasih udah nganterin ke kelas."

Dengan anggukkan pasti Reksa berkata, "Iya, wajar kok haha." Cowok itu terkekeh kecil saat menyadari ekspresi Rea yang kini melongo ke arahnya. "Rea, nitip Nanda, gue balik." Setelah melempar senyum tanggungnya pada Nanda, cowok itu segera berbalik meninggalkan kelas itu menuju kelasnya sendiri yang berada di koridor ips. Setelah kepergian Reksa, segera Rea menatap Nanda seraya berdecak dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Ampun gue sama elo, the girl who cant be moved. Yakali cowok baek kayak Reksa udah di depan mata gitu masih aja ngarepin si curut." Dengan gemasnya Rea menghentakkan kakinya pada ubin tak bersalah, "Gue tikung ya lo, mau? Kalo lo gak pernah bisa sama Reksa, untuk gue aja Nan."

Benar-benar malas bagi Nanda untuk membahas masalah-masalah seperti ini, terlebih lagi di kelas yang notabenenya sarang teman-temannya berada. Kalau ada yang mendengarnya, tentu saja itu berdampak buruk. "Rea, bisa gak sih gak ngomongin itu? males gue."

"Yeeee! Dibilangin juga, keseeeel gue sama lo." Kali ini Rea menjerit gemas sampai-sampai suara cemprengnya itu membuat geger, alhasil beberapa pasang mata menatap mereka berdua dengan berbagai macam ekspresi. Lalu, masih dengan ekspresi geregetnya, Rea bangkit untuk mengambil sapu kelas yang sempat ia lantarkan begitu saja dan kembali melanjutkan kegiatan menyapunya.

Lain hal nya dengan Nanda, ia malah menelungkupkan wajah di atas meja. Memejamkan mata sejenak, mencoba mengabaikan rasa 'nyut-nyuttan' yang sedikit membekas pada pergelangan kakinya walau sudah hampir sembuh. Susah kalo terkilir, repotnya kebangetan. Entah kenapa tiba-tiba saja pikiran Nanda berlabuh pada pelajaran matematika yang berada pada jam pelajaran pertama untuk hari ini, astaga! Bisa tidak dia cuti menghitung dulu? Capek banget jadi anak Ipa. Harus banyak-banyak sabar.

Outer Space (MASIH HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang