Lima

46 6 0
                                    

Sehabis menonton film keluaran Marvel Studio yang terbaru, Nanda dan Reksa sempat keliling mall untuk mencari sepasang sepatu futsal sebagai kado ulang tahun Gio. Teman satu team futsalnya Reksa dan Anthara itu beberapa hari lagi berulang tahun yang ke delapan belas, undangan pesta pun sudah Reksa dapatkan dari jauh-jauh hari. Kado hanya sebagai formalitas saja menurut Reksa, sebenarnya dia bisa saja memberikan hadiah berupa sepatu—atau hal lainnya— kepada Gio kapanpun, tapi nanti jatuhnya lucu. Mumpung sahabatnya itu sedang berulang tahun, apa salahnya memberi kenang-kenangan.

Setelah sekitar satu jam lebih mengitari mall, mereka pun menjatuhkan pilihan pada sepatu futsal ber-embel new product dari Nike yang kata Reksa memang benda itu sebenarnya sudah menjadi incaran Gio sejak kemarin-kemarin, tapi Gio tidak sempat membelinya karena belum hang out ke mall, banyak urusan kata dia. Mungkin urusan keluarga menurut Reksa, lagipula keluarga cowok itu terutama yang dari luar kota sedang kumpul di rumahnya dalam rangka ulang tahun Gio sekaligus menjelang liburan tahun baru. Dan juga, berhubung Papanya Gio adalah anak sulung, jadi wajar saja setiap tahunnya akan didatangi para adik-adik. Apalagi kalau sudah dekat-dekat lebaran, ke empat adik dari Papanya Gio pasti datang semua, ini seolah sudah menjadi kebiasaan setiap tahun.

Kadang Gio sering kesal sendiri kalau saudara besar dari sebelah Papa juga Mamanya sudah kumpul, karena banyak sekali bocah-bocah yang tidak lain sepupunya sendiri dengan senang hati akan berbuat onar di rumah, terutama mengobrak-abrik kamarnya.

Menuju parkiran bertingkat yang berada di lantai tiga, dalam langkahnya Nanda memikirkan kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada Reksa. Ini menyangkut panggilan telfon dari Bundanya Anthara sekitar jam sepuluh pagi tadi yang menyuruh Nanda untuk datang ke rumah. Beliau tahu betul kalau Nanda sangat menyukai pie susu, maka dari itu beliau ingin sekali Nanda menemaninya membuat pie susu di rumah saat sore hari.

Masalahnya, kalau Reksa mengantarnya ke rumah, jelas buang-buang waktu, dan Nanda takut mengecewakan Bundanya Anthara. Jadi, alangkah baiknya kalau sekarang dia langsung saja ke rumah Anthara dari pada kemalaman. Lagipula ini sudah hampir jam setengah lima padahal ajakan Bundanya Antahara sekitar jam empat. Jelas Nanda sudah ngaret parah.

Berbarengan ketika menutup pintu mobil, Nanda menghela nafas berat. Ragu-ragu ia menoleh ke arah Reksa yang mulai menstarter mobil. "Re, gapapa kan kalo aku minta anter ke rumah Antha?" Menggigit bibir bawahnya, Nanda sedikit ragu dengan kalimat yang barusan ia lontarkan.

Dengan sangat jelas Nanda menangkap raut wajah aneh dari seseorang di hadapannya , apalagi saat Reksa mengangkat sebelah alis seperti itu, "Ngapain ke sana?"

"Mau buat pie sama bundanya Antha," Jawab Nanda, nada bicaranya sedikit lebih tegas. "Kan kamu tau sendiri aku suka banget—"

Belum sempat Nanda menyelesaikan kalimatnya, Reksa sudah memotong terlebih dahulu. "Oke, iya." Jawabnya, mungkin Reksa jengkel jika diperhatikan dari nada bicaranya yang bisa dikatakan tidak rela, tapi mau bagaimana lagi. "Pulangnya jam berapa?"

Nanda menatap lurus ke luar kaca di hadapannya, sampai akhirnya cewek itu menoleh karena Reksa kembali bertanya, "Ehmm gak tau juga."

Menghela nafas, Reksa sedikit memelankan laju mobilnya karena kendaraan mulai memadat ketika sudah mendekati loket pembayaran parkir. "Nanti aku gak bisa jemput, abis maghrib ada les soalnya sampe jam sepuluh."

Mengangguk pelan, Nanda mulai merogoh ponselnya sekedar mengecek notif-notif pesan masuk yang tadinya ia diamkan begitu saja. "Iya, tau kok."

****

Sesampai di depan gerbang rumah Anthara, Nanda langsung saja masuk ke dalam, tentunya sesudah melambai singkat pada Reksa sekedar untuk pamit. Sama seperti Anthara yang menganggap rumahnya sebagai rumah kedua cowok itu, maka Nanda pun menganggap rumah Anthara sebagai rumah kedua baginya.

Outer Space (MASIH HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang