Prolog

127 10 6
                                    


"Tidak... Jangan...Vey mohon jangaaan. Jangan sakiti dia. Jangan. Vey janji, Vey akan kasih apapun yang kalian inginkan asalkan jangan sakiti dia. Lepaskan dia. Bebaskan dia. Vey mohooooon."

Keringat dingin mulai membasahi diriku. Air mataku pun tak luput jatuh di pipiku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan temanku dari siksaan para penjahat itu. Tetapi, para penjahat itu sangatlah kuat, terlalu kuat untuk aku lawan. Apalah daya, aku hanyalah seorang gadis kecil yang kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan mereka.

"Sebenarnya apa yang kalian inginkan? Kenapa kalian tega menyakiti dia?!!!" teriakku.

Jujur saja, aku sudah tidak kuat lagi. Rasanya lebih baik aku mati daripada harus melihat temanku sendiri tersiksa. Aku tidak tahu alasan mereka menyiksanya. Tetapi, feelingku mengatakan kalau para  penjahat itu terutama pria berkepala botak menyimpan kebencian yang sangat mendalam pada diri temanku.

"Apa salah dia??!!! Kenapa kalian terus menyakitinya??!!!!!! Vey mohon jangan sakiti dia. Vey mohooon. Dia sangat berarti bagi Vey. Hiks. Hiks. Hiks. Vey mohon kepada kalian. Jangan sakiti dia. Hiks. Hiks." isak tangisku semakin pecah.

'Kau memang gadis bodoh. Bodoh. Kenapa kau tak bisa menolongnya?! Disaat kau kesusahan ia selalu ada untukmu. Ia selalu membantumu. Tapi kau? Apa yang kau lakukan? Kau hanya bisa berteriak dan menangis! Kau memang tak berguna! Dasar bodoh!' rutukku.

Aku sudah tak tahan lagi. Aku muak dengan mereka semua. Aku kumpulkan semua keberanian yang tersisa pada diriku. Tanpa ragu aku langkahkan kakiku mendekati para penjahat itu. Para penjahat itu menatapku tajam. Aku tak peduli dengan tatapan mereka. Yang aku pedulikan sekarang hanyalah keselamatan temanku. Orang yang selama ini aku sayangi.  Aku tak ingin kehilangan dia.

Seraya berjalan, aku ambil botol kaca yang tergeletak sembarang di lantai. Kemudian aku pukul keras botol tersebut ke lantai. Dalam satu pukulan botol itu langsung pecah walaupun hanya bagian bawahnya saja. Sekarang tekadku sudah bulat. Aku tidak takut lagi. Dengan kekuatan penuh aku lempar botol tersebut ke arah para penjahat itu berada.

PRAAAANGGGGG!!!!!!!

Sial. Lemparanku meleset. Akibat ulahku yang ceroboh, para penjahat itu langsung menatapku murka. Tanpa banyak cincong pria botak itu langsung  melangkah maju dengan senyum licik di wajahnya. Senyum yang benar-benar mengerikan.

"Mau kemana lagi gadis kecil? Kau sudah membuat paman marah, sayang. Apakah kau tidak menyesal dengan perbuantanmu? Meminta maaflah kepada paman. Mana sopan santunmu itu? Apakah kedua orang tuamu tidak mengajarimu bagaimana caranya beretika dengan orang yang lebih tua? Heh??" kata pria berkepala botak.

"Tidak! Vey tidak akan pernah meminta maaf kepada paman! Jangan pernah paman menyalahkan Vey! Karena ini semua salah paman SENDIRI!!!!" bentakku.

"Jadi, menurutmu ini salah paman?"

Apakah ini firasat atau bukan tetapi aku merasakan ada keganjilan pada pria botak itu. Pria botak itu menatapku dengan tatapan aneh. Tangan kanannya yang besar bergerak menuju ke jas hitam miliknya. Ia nampak mengambil sesuatu dari balik jas hitam tersebut. Seketika badanku menegang. Bulu kudukku berdiri. Aku tak percaya. Sebuah pistol ada di tangannya.

'A..a..apa? I..i.tu pistol beneran? Ti.dak. Itu tidak mungkin beneran. Itu pasti mainan. Ia hanya mencoba menakutiku.' Batinku.

Langkah pria itu semakin dekat, dekat dan dekat. Aku benar-benar takut. Beberapa langkah lagi ia akan berada tepat di depanku. Aku berusaha mundur menjauhinya. Tetapi, kakiku terasa lemas.

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Empat langkah.

Lima langkah.

Shit! Ia semakin dekat. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa disaat seperti ini otakku tidak bisa bekerja! Mana otakku yang selalu cerdas?! AYO BERPIKIRLAH!!!

'Oh Tuhan, kenapa kami harus bertemu dengan penjahat seperti mereka. Tolong bantu Kami, Tuhan. Kami benar-benar takut. Apakah waktu kami harus berhenti sampai disini saja? Aku mohon bantulah kami, selamatkan kami, Tuhan.'

"Kau kenapa gadis kecil? Apa kau takut? Atau kau penasaran dengan pistol yang paman bawa ini. Paman kasih tau yaaa. Ini pistol asli, sayang." tuturnya.

"Tidak! Vey tidak percaya kepada paman!!!!!" bantahku.

Aku tetap tidak mempercayainya kalau pistol itu asli.

"Paman kan sudah bilang kalo pistol ini, pistol asli, sayang. Paman mana mungkin bohong. Bohong itu dosa, lho. Baiklah. Kalau kau tetap tak percaya pada paman akan paman buktikan kalau pistol ini, pistol asli bukan pistol mainan. Pertama, paman akan buktikan mulai dari kau.  Bersiaplah kau untuk MATI!!!!"

Dorrrrrrr!!!!!!!!

"TIDAAAAAAKKKK!!!!!!!" teriakku.

Aku terbangun dari tidurku. Napasku terengah-engah. Keringat dingin terlihat membanjiri tubuhku. Badanku gemetaran. Aku takut. Sangatlah takut. Aku sendiri tak tau kenapa aku bisa ketakutan seperti itu. Tetapi, yang jelas ada satu pikiran yang tak bisa aku mengerti.

'Kenapa mimpi itu selalu hadir di setiap malamku?'

____________________________________

Menurut kalian ceritanya gimana?
Pleace, Vote and Comment! 😘

IG : ny.aya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang