Gadis dengan rambut coklat tua dengan panjang sebahu ini menatap nanar keadaan didepan nya. Tangan mungilnya dengan erat menggenggam bucket mawar berbentuk angka 25 dengn tulisan yang ada pada note nya 'happy anniversary Senna❤️' tidak ada air mata dipelupuk matanya
Dengan senyum smirk khasnya dia menghampiri sang objek yang sedari tadi dia tatap sinis, dua orang dengan lawan jenis yang sedang menggunakan jaket bomber dengan warna senada
"Makan tuh cinta. Mulai sekarang kita P.U.T.U.S!!" Bentaknya kepada kedua orang itu dengan keras sembari melempar bucket mawarnya kehadapan dua orang tersebut
"Mulai sekarang gausah hubungin gue lagi.basi lo bedua" kalimat terakhir meluncur denan mudahnya dari bibir Senna. Setelah itu ia pergi kemana pun kakinya hendak melangkah, setelah menurutnya jauh dari jangkauan dua orang tersebut sang air mata menurunkan hujan dengan deras
Merasakan hal yang sama, langit pun ikut menangis bersama Senna. Ditaman ini, di malam ini, dan dikursi taman ini dia menangis bersama sang langit. Tubuhnya kedinginan karna rintiknya. Ia memeluk tubuhnya sendiri dibawah balutan seragam khas sma darma bangsa. Dingin menusuk kulitnya
Ia memejamkan mata untuk lima detik. Mencoba menetralisirkan semua perasaan yang ada pada dirinya. Taklama ia merasa tidak ada lagi air yang jatuh ke tubuhnya padahal dengan jelas ia mendengar bahwa air hujan masih setia jatuh ketanah hingga tercium bau khas hujan, ia kemudian membuka mata dan menatap kelangit. Diatasnya terdapat payung dengan motif bunga berwarna merah muda. Dan menatap arah samping dan terdapat seorang laki-laki dengan sweater berwarna biru tengah tersenyum hangat.
"Ngapain lo?" Tanya Senna dengan sarkastik
"Nemenin lo" jawabnya.bukannya pulang sang laki-laki malah duduk disebelah Senna dan membiarkan tubuhnya basah
"Gih pulang" usir Senna to the point
"Gue gaakan pulang sampe lo juga ikut pulang. Ini udah sore, gabaik cewe pulang sore dengan keadaan mata sembab sama baju basah gini., nih pake" Sang laki-laki itu malah memberi sebuah kantung berwarna biru muda, lalu memberikannya kepada Senna
"Makasih" Senna menerima kantung itu lalu membuka kantung yang ternyata berisi sweater juga dengan warna biru navy,
"Pulang yuk. Kita kan tetangga beda gang komplek hehehe" ia berdiri lalu mengulurkan tangan kepada Senna. Sepersekian detik kemudian Senna menerima uluran tangan tersebut.
"Payung lo?"
"Udah biarin aja, paling nanti emak gue ngamuk. Tapi bentar doang kok"
"Oh oke. Btw kenapa lo masih ada disini?"
"Tadi gue ada latihan basket.pas lewat taman ada baju sekolahan Darma Bangsa. Gue kira setan. Eh pas dideketin engga"
"Yakali setan macem gini"
"Ya makanya gua deketin. Eh gataunya beneran setan"
"Bangke lo.sono pulang, gue gajadi bareng lo"
"Ah iyaiya maaf. Bercanda Sen"
Tanpa sadar bibir Senna tersenyum tipis.seolah semua beban itu sudah musnah dibawa oleh air yang mengalir
"Nah gitu senyum jangan nangis terus, tuh langitnya ikutan nangis kan"
"Ah sobijak lo"
"Motor lo jauh amat""Tuh didepan, makanya liat pake mata"
"Pake kaki aja lah"
"Ayu naik"
Sore itu bukan menjadi sore yang suram tetapi menjadi awal cerita kedekatan Senna bersama nya. Langit menjadi saksi bahwa mereka berdua pernah berada dalam satu takdir yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Priority
Teen FictionKenyataannya, disini kalian gaakan nemuin cerita yang biasa kalian baca. Disini kalian cuma akan baca kisah seorang gadis yang selalu jadiin doi prioritas, dan berharap doi jadiin dia priorita juga. Tapi kenyataannya diliat aja engga hehee, kata ora...