"Diluar hujan deras Dea, kamu mau kemana? "
melihat anaknya Yang sedang memakai jas hujan bersiap untuk keluar rumah ,padahal hujan diluar sangat deras.
"Dea mau ke toko alat kerajinan mah "
masih fokus dengan kancing jas hujan tanpa menatap ibunya
"Apa ngga nunggu hujannya reda aja, diluar dingin sayang"
perlahan ibunya mendekati Dea yang sudah siap membuka pintu
Dea menghela nafas, Dea tau ibunya menyayanginya tapi tak harus seperti ini kan?lalu ia tersenyum menatap ibunya
"Ma, Dea udah besar . Dea bukan anak kecil lagi yang suka kabur dari mama buat ujan-ujanan. Liat nih Dea pake jas hujan"
Dea tersenyum lalu mencium pipi ibu nya
"Dea pergi dulu ya"
Dea mengedipkan satu matanya yang indah, begitu juga ibunya mengelus rambut Dea penuh kasih sayang
Ibunya tau Dea tak mungkin menuruti perintah ibunya untuk menunggu hujan sampai reda sedangkan diluar semakin menjadi suaranya
"Yaudah hati hati"
Dea bergegas keluar rumah berbaur dengan rintik hujan. Dea suka hujan. Baginya hujan bukanlah suatu hal yang perlu di hindari karna menyebabkan demam atau semacamnya, Dea menganggap sebagai teman, iya teman yang slalu bisa menerima apapun yang sedang terjadi
Di persimpangan jalan, toko alat kerajinan yang dituju Dea sudah terlihat, toko ini didesain dengan tekstur yang indah, pintu yang di cat dengan warna pink dan gorden putih, cantik sekali
Dea mulai mengelilingi rak demi rak toko, mencari sesuatu yang nantinya dibuat kerajinan, Dea mengambil beberapa pernak pernik dan kain wol untuk dirajut ,tak lupa membeli hakpen setelah merasa sudah cukup Dea menuju kasir, tapi...
"Buk"
Tubuh Dea jatuh ke lantai dan semua barang barangnya jatuh berantakan, mata nya mulai tak jelas ruangan serasa terbalik dan kepalanya sangat pusing, sebelum matanya belum benar benar tertutup Dea melihat ada seseorang berlari ke arahnya
"Dea kamu kenapa? Dea.. De.. "
Ah sepertinya Dea tau suara itu, tapi entah siapa, belum sempat melihat wajahnya, Dea sudah tak sadarkan diri dan semuanya menjadi gelap.
***
"Yaudah kalo gitu Landit pamit dulu ya tan"
"Terimakasih sudah mengantar Dea kerumah nak"
"Sama sama tante, saya permisi"
Rasa pusing masih sangat terasa di kepala Dea. Tangannya meraba raba mencari ponselnya
Tapi tak ditemukan, Dea kembali mengingat kejadian yang baru saja terjadi, apa? Ladit? Siapa dia? Apa dia yang menolongku tadi? Kenapa dia tau namaku sedangkan aku tak pernah mendengar nama ladit sebelumnya, apa dia tetangga baru?"Aarrrhh... " kepala Dea semakin pusing dengan banyak pertanyaan diotaknya
"Dea kamu sudah bangun? Masih pusing ngga sayang? "
Dea menyadari mamanya datang "Ma ,mana hape Dea ?
"Ini" mama memberikan ponselnya lalu Dea mencoba melihat beberapa pesan yang belun dibaca, sebenarnya Dea janjian dengan Nelin di toko tadi tapi belum sempat Nelin datang, Dea sudah pingsan.
Betapa terkejutnya saat ada balasan di pesannya bersama Nelin yang mengatakan bahwa sudah membeli peralatan dan pulang duluan, dan Dea tak tau siapa yang membalasnya karna dia merasa tidak membuka ponsel di toko."Kamu tadi pingsan di toko, untung saja ada Ladit yang nolongin kamu, lagian mama udah bilang jangan ujan-ujanan ngeyel kamunya"
Ladit? Siapa sih dia
"Tapi ko mama sebelumnya ngga pernah ketemu dia ya, dia murid baru De? "
Dea semakin penasaran siapa Ladit itu, sejauh ini tak ada murid baru kesekolah
"Oh..iya mah murid baru seminggu yang lalu"
jawab Dea asal karna memang bener bener ngga tau Ladit siapa, biar ngga tambah panjang juga pertanyaan dari mamanya karna saat ini Dea masih bener bener pusing.
"Yaudah kamu istirahat lagi gih, mama bikinin sop dulu buat makan ya"
"Iya mah"
Dea mulai memejamkan matanya kembali berharap pusingnya akan segera hilang.
Emm sorry lama ngga update, karna sempet fokus ke ujian
See you again :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasured memory
Teen FictionDea tak tau kenapa cowok itu selau menarik tangannya menjauh dari berbagai hal yang membuat Dea merasa sempit. Kenapa cowok itu selalu datang dengan membawa kedinginan? Dingin yang tak diketahui kebenarannya oleh Dea. Dibalik dinginya seorang Revan...