5.) Setitik Rasa Sesak

164K 6.5K 243
                                    

Jangan menilai sesuatu tanpa kita memastikannya terlebih dahulu. Karena belum tentu apa yang terlihat, sama dengan apa yang kita pikirkan.
***

Tubuh tegap Ando masih menegang seusai mendengar dua kata yang diucapkan Alena tadi. Ia tidak menyangka bahwa Alena akan mengatakan hal itu padanya.

"Apa maksudmu Alena?"

Perlahan Ando kembali membalikkan badannya menghadap Alena yang kini tengah menatap kedua matanya lurus.

"Maaf, jika dulu aku memutuskan kontak komunikasi begitu saja denganmu setelah aku menikah dengan Reihan."

"Sudahlah Alena, itu semua masa lalu. Jangan diingat-ingat lagi, lagi pula, aku sudah menikah." akhirnya Ando berhasil merangkai kata-kata untuk membalas perkataan Alena padanya tadi.

Ia tau, tidak seharusnya ia merasa senang mendengar bahwa Alena telah bercerai dengan suaminya. Seharusnya ia mengingat, bahwa kini statusnya bukan lagi duda. Melainkan, kini ia telah menikah.

"Papa, tante itu siapa?" Mika yang sedari tadi hanya diam kini mulai bertanya pada Ando mengenai keberadaan wanita cantik yang sedari tadi berdiri diambang pintu kamar rawat Mika.

"Hai sayang, kamu pasti Mika ya? Perkenalkan, nama tante Alena." Alena segera saja beranjak ke samping ranjang Mika dan memperkenalkan dirinya dengan ramah disertai senyum lembut yang mengembang disudut bibirnya.

"Pa, Mama mana?"

***

Disisi lain Meisya yang baru saja sampai di lobi rumah sakit, segera saja melangkahkan kakinya dengan sedikit tergesa menuju ruang rawat Mika berada. Setibanya di depan ruang rawat Mika, Meisya sedikit mengusap keringat yang mengalir di dahinya karena ia terlalu senang dan terburu-buru datang kesini, karena takut Mika akan rewel dan tidak mau makan kalau bukan Meisya yang menyuapinya.

Dengan gerakan perlahan tanpa menimbulkan suara, Meisya membuka kenop pintu ruang rawat Mika. Ketika pintu tersebut telah terbuka seperempat bagian, saat itulah hati Meisya merasakan sesak seketika.

Dimana pemandangan di dalam ruang rawat Mika adalah, suatu pemandangan layaknya sebuah keluarga yang bahagia dan membuat Meisya menyadarinya.

Disana, Meisya dapat melihat bahwa kini Mika tengah disuapi dengan telaten oleh seorang wanita cantik yang selalu menyunggingkan senyum manisnya saat menyuapi Mika. Sesekali terdengar suara canda tawa dari keduanya. Sementara Ando hanya diam disisi tempat tidur Mika yang lain, sambil sesekali menatap wanita itu dengan tatapan intens. Bahkan, Meisya dapat melihat seulas senyum tipis bersarang disudut bibir Ando yang bahkan tidak pernah diberikan Ando padanya.

Meisya merasa bahwa semua ini salah, tidak seharusnya ia tetap berada disini dan merusak segalanya. Ia tau posisinya kini, tapi ia tidak menyangkal bahwa ada setitik rasa sesak dalam dadanya saat melihat pemandangan di depannya.

Tapi sebisa mungkin Meisya menekan setitik rasa sesak tersebut dalam hatinya, dan berusaha menguraikan senyuman agar tersinggung di bibirnya. Karena pada kenyataannya, tampaknya Mika telah merasa nyaman dengan keberadaan wanita cantik tersebut. Meisya menyadari, bahwa mungkin dia tidak terlalu dibutuhkan untuk saat ini.

Andai saja Mika terlebih dahulu bertemu dengan wanita tersebut. Mungkin Meisya tidak akan pernah berada diposisi seperti ini, menjadi istri dari seorang Alando Xaverius.

Dengan berat hati, Meisya kembali menutup pintu ruang rawat Mika dan memutuskan pergi ke kafetaria untuk sekedar kembali es krim. Entahlah, hanya itu yang Meisya pikirkan disaat pikirannya sedang tidak menentu seperti saat ini.

Married with Single Daddy[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang