Ellen, gadis itu meninggalkan Justin 2 tahun lalu dengan alasan konyol. Hal itu membuat Justin depresi hingga ia berubah menjadi seseorang yang buruk dan menyedihkan. Lalu, mereka bertemu kembali dalam sebuah drama yang mengharuskan keduanya bermain...
***************************************** 'What can i say, it's complicated' ***************************************
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
5 days later...
Aku merasakan Kenny menarikku agar segera duduk di sebuah kursi karena sedari tadi aku berjalan ke sana ke mari. Baiklah aku sedang bingung dan aku sedang berusaha mencari solusinya.
Sesaat kemudian seorang wardrobe menghampiriku, lebih tepatnya menghampiri rambutku. Kenny sama sekali tidak mengerti, aku harus ke bandara sekarang karena sebentar lagi Louis akan segera berangkat ke London. Dan aku belum selesai menyumpah serapah Kevin yang tiba-tiba mengubah jadwal syuting menjadi lebih awal. Jika sudah begini aku tidak akan bisa menemui Louis dan memberikan sebuah kalung untuk Mom. Kalung yang sudah kupesan berminggu-minggu lalu.
Tetapi meskipun begitu, aku harus profesional. Aku yang menginginkan ini dan aku juga harus siap sedia setiap waktu.
"Ken, kau tidak ingin pergi ke bandara?" Tanyaku. Kupikir itu terdengar seperti sebuah tawaran. Dia duduk tepat di depanku, seperti biasa sibuk dengan ponselnya. Kemudian dia melirikku sejenak.
"Untuk apa?" Balasnya acuh.
Aku berdecak, bukannya dia sedang tidak melakukan apa-apa? "Tidak bisakah kau menghantarkan barangku untuk Louis sebentar?"
Kenny mengedikkan bahunya tanpa menatapku. Lihatlah dia, "Aku sibuk, El. Setelah ini aku harus meeting untuk persiapan pemotretanmu dengan Justin"
Mataku lantas menyipit. Dia sama sekali tidak membantu. Aku beralih ke ponselku, mengetik sesuatu di sana. Memberitahu Louis jika aku benar-benar tidak bisa datang. Aku tahu dia kecewa tetapi dia pasti akan mengerti jika saat ini aku harus syuting. Sudahlah, lagipula jika aku memang bisa pergi itu akan percuma. Dia akan menaiki pesawat sekitar 5 menit lagi, sedangkan waktu tempuh ke bandara sekitaran 20 menit.
Aku menyerahkan ponselku pada Kenny setelah mengirim pesan pada Louis dan saat wardrobe itu selesai merapikan rambutku.
Kali ini latar belakang lokasinya berada di kantor milik Kevin sendiri yang di desain sedemikian rupa sehingga mirip seperti di dalam novel itu. Aku berdiri, memasang heelsku lalu berjalan ke dalam salah satu ruangan. Dimana ruangan itu adalah ruang kerja Justin.
"Kau membawa kalungnya?" Tanya Kenny sesaat setelah meletakkan ponselku di dalam tas. Aku menoleh padanya dengan wajah malas. Bukankah aku sudah berencana ke bandara?
"Tentu saja" balasku. Lalu aku kembali berjalan seraya menggenggam naskahku. Setelan kantor ini terlalu ketat dan bagian bawahnya terlalu pendek, jadi aku melilitkan sebuah kain panjang berwarna hitam sebelum syuting benar-benar dimulai.
Saat aku benar-benar berada di dalam ruangan besar ini, aku melihat Justin duduk di kursinya seraya mengobrol dengan seorang perempuan yang saat ini berada tepat di hadapannya. Lebih tepatnya menyandarkan pinggangnya pada meja. Perempuan itu akan menjadi asisten pribadi Justin. Aku baru ingat itu.