Chapter I

4.5K 377 11
                                    


Waktu itu Sakura baru selesai Wudhu, hendak Sholat Isya saat indra pendengarnya menangkap suara yang amat merdu menyapa telinganya. Setiap ayat yang dilantunkan terasa sangat Fasih, begitu merdu, begitu menentramkan hati. Sakura bahkan lupa jika ia harus segera mengerjakan kewajibannya kepada Tuhan semesta alam, ia terlena oleh lantunan ayat-ayat suci yang amat memanjakan pendengarannya itu.

Sakura jadi bertanya-tanya, siapa kiranya orang yang mengimami sholat Isya dimasjid yang tidak jauh dari rumahnya itu. Pasalnya, suara itu terasa asing di telinganya dan Sakura yakin itu bukan suara ustadz yang biasa mengimami sholat Isya di masjid sebelah.

Pembacaan ayat suci Al-qur'an berganti dengan kalimah dzikrullah, menandakan telah usainya sholat berjama'ah. Saat itu pula Sakura langsung melaksanakan kewajibannya, serta memohon ampunan karna menunda Sholat nya.

---000----

Sakura seperti merasakan yang namanya 'pelet', pasalnya ia selalu ingin mendengar suara imam yang mengimami sholat Isya kemarin malam, lagi dan lagi. Sepertinya Sakura jatuh cinta pada suara pertama, bukan pada pandangan pertama. Sakura penasaran, siapa pemilik suara emas itu. Apa ia harus sholat Istikharah, agar bisa mengetahui siapa pemilik suara merdu 'sang imam kemarin malam'?

Sakura galau dan Ino kesal. Iya kesal, pasalnya sedari tadi Sakura itu melamun terus. Sudah tau mereka sedang mengajar anak-anak mengaji, tapi sahabat berjidat lebarnya itu malah asik melamun. Anak yang tengah setor hapalan pada Sakura pun bingung dibuatnya. Sensei nya ini mendengarkan atau tidak ya? pasalnya ia sudah selesai, tapi guru cantiknya itu malah diam saja.

"Oi, Sakura!"

Suara cempreng Ino membuat Sakura berjengit, ia tidak sadar telah melamun ditengah kegiatan mengajarnya. Putri bungsu Haruno Kizashi itu pun meringis canggung dan minta maaf pada anak didiknya yang cengo dan Ino yang melotot padanya.

Satu jam kemudian, kegiatan mengajar itu selesai. Anak-anak pun dibubarkan setelah membaca doa bersama.

Ino berjalan menghampiri Sakura yang tengah menghapus papan tulis, gadis berkerudung kuning itu mendudukkan dirinya dirinya dimeja guru yang berada tepat disamping papan tulis yang tengah dibersihkan Sakura.

"Lo tadi ngelamunin apa sih, Ra? kayaknya khusyuk bener."

Sakura meringis. Ia merasa gak enak juga sama Ino, sahabatnya itu pasti kesal sekali.

"Maaf deh No, aku khilaf. Namanya juga manusia, gak luput dari kesalahan. Nabi adam aja bisa khilaf."

"Ngeles aja lo, Ra."

Cengiran pun terbit diwajah Sakura. Melihat itu, Ino pun mendengus. Sahabatnya itu udah kayak bajay aja, ngeles mulu. Seakan tersadar sesuatu, wajah judes Ino pun berganti dengan wajah berbinar.

"Ra, tau gak siapa yang jadi imam waktu sholat Isya semalem?"

Mendengar Ino yang menyinggung tentang 'imam kemarin malam', otomatis membuat gerakan tangan Sakura yang tengah menghapus papan tulis pun berhenti seketika. Kepala yang di bungkus kerudung berwarna orange itu menoleh kesamping, memandang Ino dengan binar berlebih diwajahnya.

"Kamu tau?"

Ino mengernyit memandang Sakura yang nampak antusias, gadis bermata biru itu mengasumsikan bahwa sahabatnya itu tidak tau. Seketika seringai pun tercetak di wajah cantik Ino.

"Emang lo gak tau?"

Sakura menggeleng.
"Aku cuma denger suaranya. Bacaan ayatnya merdu banget, No. Sampe sekarang aku masih penasaran, siapa yang ngimamin sholat Isya semalem."

"Jangan-jangan tadi lo ngelamunin imam kemarin malam itu ya."

Sakura salah tingkah dan Ino melebarkan seringainya.

"A-aku cuma kagum sama suaranya, Ino."

"Kagum sama orangnya juga gak papa."

"Apaan sih, No. Kenal aja nggak."

"Oooohhh... jadi kalo kenal, udah pasti kagum dong ya."

"Au ah."

Ino tertawa. Menggoda Sakura memang menyenangkan.

"Tapi serius, Ra. Kalo lo tau siapa 'imam kemarin malam' itu, gue pastiin bukan cuma suaranya yang bikin lo klepek-klepek tapi orangnya juga."

Sakura merotasikan matanya.
"Oh ya? Emang kamu tau siapa orangnya?"

"Tau lah, tapi gak bakal gue kasih tau."

Ino memeletkan lidahnya, membuat Sakura mendengus jengkel.

"Kalo pengen tau, ntar malem sholat Isya di masjid aja ama gue. Heran deh, setiap gue ajak sholat di masjid pasti lo nya gak mau mulu."

Ya. Sakura memang jarang sholat di masjid, ia lebih memilih sholat dirumahnya. Jika Ino meminta alasan, Sakura selalu menjawab...

"Sebaik-baik sholat seorang wanita itu ya di rumahnya, Ino."

Ya, persis seperti itu.

Ino menghela nafas. Ia nyerah deh kalo berdebat ama Sakura, gak kuat.

"Jadi gimana? mau gak?"

Sakura tampak berfikir.

"Demi memuaskan rasa penasaranmu lho, Ra."

Akhirnya karna tergoda dengan hasutan Ino, Sakura pun mengangguk.

"Iya deh."

---0000---


"No, aku gak tau kalo jama'ah perempuannya juga sebanyak ini."

Sakura menyisir setiap sudut masjid dengan pandangannya. Shaf bagian perempuan memang hampir penuh. Sakura merasa ini tidak seperti hendak sholat Isya berjamaah, melainkan sholat IED di hari raya.

"Biasanya gak sebanyak ini, Ra. Mungkin karna imamnya."

Mendengar Ino berkata 'imam', membuat Sakura makin penasaran. Tak lama, adzan pun berkumandang.

Sakura tergugu. Tepat setelah Iqamat diucapkan, seseorang yang ia kenal bangkit dari duduknya dan berdiri di Shaf paling depan untuk mengimami sholat Isya.

"I-itu..."

.
.
.

Bersambung ...

IMAM di Masjid Sebelah [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang