Dia adalah Sakira

85 29 8
                                    

"Semoga kita terbangun dari ilusi bahwa kita berbeda."

- Thich Nhat Hanh -

.
.
.

💫💫💫


Gerimis, sebuah keadaan yang serba salah, di mana jika menerobos ke dalamnya lama kelamaan pakaian yang dikenakan setiap orang pasti terlihat tak cukup baik. Dan jika tak menyentuh satu pun titik gerimis sementara hanya berdiam diri menunggu hentinya, bisa saja akan menghambat aktivitas yang tengah 'urgency' atau 'b aja' menurut anak zaman sekarang.

Bukan Sakira namanya kalau tak menerobos langsung rintik renai yang berubah 'menjadi sosok hujan, ia tak lagi mempedulikan penampilannya seperti tikus yang tercebur ke dalam got, padahal ia tahu bahwa dirinya tidak bisa terus menerus membaur bersama hujan karena bisa saja penyakit yang diidapnya kambuh seketika.

Sakira termasuk mahasiswa aktif di kampus, ia merupakan salah satu anggota himpunan mahasiswa jurusan. Sakira mengambil jurusan Akuntansi di kampus ini meski pada saat sekolah menengah atas dulu ia adalah siswi jurusan pengetahuan alam, hal itu tak menyurutkan tekadnya untuk mendalami ilmu profesi tersebut.

"Gue gak mau ngecewain orang yang membiayai kuliah gue," ujar gadis delapan belas tahun itu ketika ia malas belajar karena tak terlalu paham apa yang akan dikerjakannya pada mata kuliah yang sama sekali belum dipelajarinya saat jenjang menengah atas.

Ia selalu berpikir akankah dirinya bisa mendapatkan nilai A atau B, sesuai harapan mertua kakak perempuannya. Memang benar, seluruh biaya kuliah Sakira ditanggung oleh beliau, Pak Darman. Beliau berpikir ada bakat yang tertanam dengan semangat yang berkobar pada diri Sakira. Saat itulah beliau memutuskan untuk membiayai kuliah adik dari menantunya, karena pada saat itu kondisi orang tua Sakira tak memungkinkan untuk membayar sepeser pun pengeluaran yang ada, akhirnya Sakira tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang diploma ataupun strata. Tapi akibat semangat dan doanya, ia mendapat celah dengan sesuatu yang sangat berharga.

"Rekomen dari Bapak, kamu ambil jurusan Teknik Kimia atau Akuntansi."

Setelah menimbang ia memutuskan untuk mengambil jurusan Akuntansi, selain beralibi bahwa Kimia terlalu memuakkan karena sering ia pelajari, Akuntansi menurutnya sebuah tantangan, ia tak bisa selalu berada di zona nyaman, mengingat betapa banyak peminat Akuntansi di sekolahnya dulu, maka ia pun harus bisa mendalami Akuntansi yang sama sekali belum dikenalnya.

Tapi, melihat tak begitu besar peluang yang ada di depan mata. Ia seringkali menjadi orang yang pesimis karena tak cukup mampu di jurusannya, tapi inilah keputusannya, keputusan yang teramat benar, ia tak salah, ia harus bisa menaklukan rasa takut dan rasa tak mampu pada dirinya dan di sinilah Sakira sekarang, menjadi mahasiswa di politeknik negeri impian semua orang, salah satu politeknik dengan predikat terbaik se-Indonesia.

Sakira berlarian kecil, suara ketukan high heels miliknya terdengar samar karena bertautan pada aspal yang sedikit digenangi air. Ia mengangkat rok biru dongker yang dikenakannya ke atas mata kaki, orang-orang yang berdiri tegak sambil menunggu redanya hujan memerhatikan Sakira yang melintas di depan mereka.

"Sakira, lo ngapain, bego!" Sakira menoleh, ia mendapati teman sebangkunya tengah berdecak kesal melihat keadaannya, ia hanya menyengir lalu menepi dan menghampiri temannya.

"Gila cuy, buku gue kayaknya basah semua," katanya sambil mengibas sisa air pada tas yang dipeluknya.

"Udah tau basah masih anteng aja jalannya, bego bagi-bagi say."

Ori Dreams [Revisi Setelah Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang