Sahabat paling baik dari kebenaran adalah waktu, musuhnya yang paling besar adalah prasangka, dan pengiringnya yang paling setia adalah kerendahan hati.
-Caleb CC-
.
.
.💫💫💫
Shakan dan Raka langsung berbalik ketika tawa pecah di belakang mereka. Tak disangka, terlihat Sakira dan Tania yang berjalan tak sempurna, keduanya menyeret kaki kanan. Mungkin Sakira dan Tania terpeleset karena telihat masing-masing celana yang mereka kenakan basah pada bagian tungkai bawah. Raka menoleh ke arah Shakan yang masih menatap punggung Sakira yang berangsur menghilang, ia seakan mengerti perasaan Shakan sekarang.
"Kayaknya lo kenal banget sama dia," ucap Raka melanjutkan cerita mereka. Shakan mengangguk sambil berkata,
"Dia adik tingkat gue saat SMA."
"Baguslah, berarti lo dijodohin sama orang yang lo kenal."
Shakan terlihat menimbang, benar juga apa yang dikatakan sahabatnya satu ini, setidaknya ia tahu siapa orang yang menjadi pendamping hidupnya nanti. Daripada tidak tahu sama sekali siapa dan asal usul keluarganya bagaimana. Lagi pula, keluarga Sakira termasuk keluarga baik-baik, meski tidak tahu banyak tapi Shakan tahu karena waktu SMA ia pernah singgah ke rumah Sakira, walau sebentar karena cuma menemani temannya---sepupu Sakira---mengambil masakan yang mana kelompok Shakan memutuskan meminta bantuan ibu Sakira untuk memasak menu makanan mereka karena hari itu ada praktek masak di kelas.
"Dia udah tau kalian dijodohin?"
"Iyalah pasti, lo gak liat mukanya pas liat kita lewat tadi." Raka mengangguk membenarkan penuturan Shakan.
"Kapan lo lamaran?"
"Tanggal tiga belas, lima hari lagi," ujar Shakan pelan, ia menarik napas lalu membuangnya kasar. Raka menepuk bahu Shakan, ia berusaha menguatkan Shakan, siapa lagi yang akan memberi semangat untuk Shakan kalau bukan dirinya? Raka memang orang kesekian menjadi sahabat Shakan, tapi Raka merupakan orang satu-satunya jadi tempat curhat Shakan. Raka bangga, ia bangga bisa menjadi orang yang bisa dipercayai oleh orang lain, termasuk sahabatnya.
"Lo ngundang gue gak ke lamaran sama ke pernikahan lo?" tanya Raka tertawa, Shakan terkekeh sambil menghela napas.
"Ngundang, asal jangan jadi mulut ember aja." Shakan tertawa pelan, ada perasaan lega setelah ia cerita tentang pernikahannya kepada Raka, seolah beban hidupnya berkurang berat. Mereka tertawa sambil berjalan perlahan menyusuri koridor panjang.
***
Sakira dan Tania sampai di halaman depan rumah Randi, Sakira menggeser gerbang kedua yang berada di samping pintu utama agar mereka bisa masuk tanpa merepotkan kakak iparnya.
"Tanteeeee!!!!" teriak Diffa setelah mendengar suara pintu samping terbuka, bocah berusia empat tahun itu berlari memeluk Sakira yang sudah siap membentangkan tangannya.
"Kesayangan ante, mbak Diffa apa kabar?" tanya Sakira lembut, ia menyelipkan rambut Diffa yang berantakan ke belakang daun telinga.
"Baik ante, ante ke sini sama siapa?"
"Sama teman ante, namanya ante Tania." Tania melambaikan tangannya ke arah gadis kecil itu sembari tersenyum manis.
"Ante Tania cantik ya, kayak mbak Diffa." Sakira dan Tania tertawa mendengar kepolosannya, mereka berjalan memasuki kamar kakak perempuan Sakira itu sambil menggandeng tangan mungil keponakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ori Dreams [Revisi Setelah Tamat]
RandomPernah aku membaca sebuah buku karya penulis terkenal, di sana tertulis sebuah kalimat yang membuatku ingat sampai sekarang. "Semua di dunia ini tidak ada hal yang serba kebetulan, di sana sudah diatur dengan campur tangan Tuhan." Aku mempercayai ka...