Mungkin kalian pernah merasakan sebuah fenomena di mana kalian tidak bisa tidur, senyum-senyum sendiri, sering melamun, dan suka update status kata-kata yang indah di malam hari. Yup, yakin sekali kalian pasti pernah. Dan itulah saat-saat di mana pikiran kalian hanya tertuju pada satu hal. Satu hal yang bisa membuat kalian mabuk dan melayang hingga lupa daratan. Hal yang tentunya sangat indah yang pernah kalian rasakan. Ya, Jatuh Cinta.
Berbicara tentang Kasmaran atau Jatuh Cinta, aku adalah salah satu dari sekian juta pemuda bujang di negeri ini, yang tengah merasakannya saat ini. Bagaimana tidak, sosok wanita yang sangat manis dan ayu mempesona itu, sudah memikat hatiku jauh hingga ke lubuk yang terdalam. Senyumnya yang indah dan sikapnya yang lembut, selalu terbayang-bayang di otakku setiap waktu. Hari-hariku selalu bagai tak pernah lepas dari bayang dirinya. Ah, Desy! Andai saja aku bisa menyatakan perasanku ini padamu.
Ya, Desy, nama gadis yang baru tinggal di sebuah Kos Putri yang letaknya tak begitu jauh dari rumahku. Awal aku bertemu dengannya yaitu sekitar tiga minggu yang lalu. Waktu itu hujan turun dengan deras, dan aku yang tengah membawa monitor komputer harus segera berteduh dari derasnya hujan yang turun dengan tiba-tiba tersebut. Aku saat itu kebetulan lewat di depan sebuah Rumah Kos, ya, Kos yang ditempati oleh Desy itu. Segera aku berteduh di depan teras Rumah Kos itu dan berdiri di sana dengan sabar menunggu hujan reda. Padahal aku harus segera pulang untuk membawakan monitor itu kepada kakak.
Aku menunggu dan menunggu, sekitar 30 menit aku menunggu di sana. Hingga akhirnya, tak berapa lama keluar seorang gadis dari dalam rumah. Dia gadis termanis yang pernah aku lihat selama ini. Gadis itu tengah memegang payung dan hendak pergi keluar. Ketika dia melihatku, dia sedikit heran. Kemudian dia mendekatiku.
“Mas, ngapain?” Dia bertanya padaku.
“Eh, anu, Mbak. Maaf, saya boleh ya numpang berteduh di sini sebentar. Soalnya saya bawa monitor, takut kena air,” ujarku padanya.
“Oh, gitu. Iya, boleh Mas, silahkan!”
“Makasih, Mbak.”
Gadis itu pun berbalik dan membuka payung yang dia bawa.
“Eh, tapi…” gadis itu menoleh lagi ke arahku. “Mas orang sini ya?”
“I..Iya, Mbak. Saya tinggal gak jauh dari sini. Ada apa ya?”
“Oh gitu! Apa mau saya antar pulang, Mas? Mumpung saya ada payung.”
“Eh?” Aku terkejut ketika mendengar tawarannya. “Duh, gak usah, Mbak. Gak usah repot-repot. Saya nunggu di sini aja. Paling bentar lagi terang kok hujannya, hehe. Makasih.”
“Gak apa-apa, Mas. Saya emang mau jalan-jalan keluar kok. Sekalian pengen tau lingkungan sini. Lagian pasti lama ini hujannya. Mendungnya aja pekat kayak gini.”
“Hmm.. Iya sih. Tapi apa gak ngerepotin nih?”
“Gak kok, aku emang mau jalan-jalan.”
Karena memang aku harus segera pulang dan memberikan monitor yang ku bawa kepada kakak, akhirnya aku pun menerima tawaran gadis tersebut. Kami mulai berjalan se-payung berdua, berjalan perlahan-lahan menyusuri jalanan yang basah, beriringan dalam kedekatan yang membuat jantungku terasa berdebar-debar.
“Kenapa Mbak pengen jalan-jalan di saat hujan deras begini?” tanyaku padanya.
“Ya, gak apa-apa, Mas. Aku emang suka hujan-hujanan kok, yah, dari kecil. Udah hobi. Suka lihat suasana jalanan saat hujan begini,” jawabnya padaku.
“Oh! Ngomong-ngomong, Mbak baru ya di sini?”
“Iya, aku baru kemarin kos di rumah tadi. Nyari Kos di dekat kampusku susah banget sih, pada penuh. Yah, alhamdulillah dapet yang lumayan deket lah.”
“Emang Mbak kuliah di mana?”
“Di Universitas Kartika.”
“Oh! Mbak asalnya dari mana kalau boleh tau?”
“Saya dari Purwokerto, Mas.”
“Oh!”
“Dari tadi Oh Oh mulu, Mas. Emang Mas namanya siapa?”
“Eh, na..nama saya? Nama saya Abil.”
“Hmm..”
“Kenapa?”
“Eh? Gak apa-apa. Namanya bagus. ”
“Kalau nama Mbak siapa?”
“Nama aku Desy.”
“Oh! Nama yang bagus juga.”
“Masa sih?”
“I..Iya. Desy, Pasti lahirnya bulan desember kan?”
“Gak kok, aku lahirnya april.”
“Eh?”
Tak terasa kami berdua sudah sampai di depan rumahku. Hujan yang sempat deras, saat itu sudah mulai agak mereda. Desy mengantarku sampai ke dalam teras rumah.
“Masuk dulu yuk, Des. Aku buatin minuman hangat,” tawarku pada Desy.
“Gak usah repot-repot Mas Abil. Aku baru inget sebentar lagi aku mau ada urusan. Mungkin lain kali aja ya.”
“Oh.. gitu. Ya udah deh. Tapi, makasih banget ya, udah dipayungin sampai rumah begini.”
“Hihi, sama-sama, Mas. Ya udah, aku balik dulu ya?”
“Iya, hati-hati ya.”
Desy pun berlalu pergi kembali ke Kosnya. Aku hanya terdiam sembari menatapnya berlalu ke kejauhan. saat itulah, saat di mana perasaan yang membuat hatiku seakan menggelora muncul. Bagai sebuah candu, hari-hariku mulai selalu dimabuk oleh bayang-bayang wajah dan suara lembutnya saat itu.
*****************************************************************
Malam ini, adalah malam yang sangat mendebarkan bagiku. Karena malam ini aku akan mengajak Desy makan malam di luar. Sekian lama aku memimpikan bisa pergi berdua bersama Desy, dan akhirnya hal itu kesampaian juga saat ini. Sehabis Isya, dengan dandanan yang rapi, aku lekas mengambil motorku di garasi, dan dengan segera ku berangkat menuju ke Kosannya. Aku menunggu Desy di luar kosannya itu, menunggu hingga tak berapa lama dia muncul. Dia keluar dengan penampilan yang sangat cantik, hingga aku terpesona. Ya, terpesona, bagai tak bisa mengalihkan pandanganku padanya.
“Kenapa Mas?” tanyanya padaku yang terpukau menatapnya.
“Eh, emm, gak..gak apa-apa.” Aku tersentak panik setelah sadar.
“Hari ini kita mau makan di mana, Mas?”
“Hmm… Kamu maunya makan apa?”
“Ya terserah Mas Abil, kan Mas Abil yang ngajak aku.”
“Gimana kalau kita makan ikan bakar? Temenku baru aja buka warung makan ikan bakar di dekat taman.”
“Hmm… boleh.”
“ya udah yuk, kita berangkat!”
“Yuk!”
Dengan bahagianya aku berangkat menuju warung makan itu. Aku jalankan motorku dengan perlahan-lahan. Menikmati genggaman Desy di pinggangku. Ah, hari ini aku telah melakukan dosa.
Bersambung