CHAPTER 2

6.5K 562 12
                                    

Ma Ri menatap secarik kertas undangan yang terbungkus pita berwarna emas di genggamannya. Undangan ulang tahun Jang Nara. Ada rasa muak, marah dan kesal saat memegang benda itu.

Masih tidak habis pikir kenapa gadis itu masih mencoba menghubungi Jungkook yang jelas-jelas sudah menjadi suaminya.

Ma Ri kembali ke dapur, mendapati Jungkook yang tengah duduk di meja makan. Mulutnya sesekali terlihat mengerucut meniup sup di mangkuknya yang masih terlihat mengepul. Ma Ri meletakkan kertas itu di atas meja, menyodorkannya perlahan ke hadapan suaminya.

"Dari Jang Nara, katanya undangan pesta."

Ma Ri yang tengah dilanda api cemburu memilih untuk pergi ke kamar dan membiarkan suaminya membaca isi undangan itu sendirian.

Jungkook mengamati langkah istrinya yang berlalu pergi. Dalam hati dia tersenyum geli saat melihat ekspresi ngambek Ma Ri yang tergambar jelas melalui raut wajahnya. Baginya itu terlihat sangat lucu.

Ma Ri membanting tubuhnya di atas ranjang dan menutupi seluruh badannya dengan selimut rapat-rapat.

"Apa mungkin Nara dan Jungkook masih saling mencintai satu sama lain?" gumamnya.

Ah, kenapa rasanya sesakit ini? Betapa akan sangat indah jika di kehidupan barunya ini hanya ada dia dan Jungkook saja, tanpa gangguan siapapun. Ma Ri mencoba membuang pikiran negatifnya jauh-jauh dan berharap suaminya tidak akan memenuhi undangan itu. Bagaimanapun, dia sama sekali tak punya keberanian untuk melarang Jungkook pergi.

KREK

Terdengar suara pintu dibuka. Ma Ri cepat-cepat menutup matanya dan memilih untuk pura-pura tertidur lelap.

Jungkook menyibak selimut yang menutupi tubuh Ma Ri dan memastikan apakah istrinya benar-benar telah terlelap atau belum.

"Apa kau marah?" tanya Jungkook. Dia tahu benar istrinya itu hanya berpura-pura tidur demi lari dari perbincangan soal undangan itu.

Jungkook mengamati wajah Ma Ri yang masih tak bergeming. Didekapnya lembut tubuh Ma Ri yang membelakanginya dari belakang, lengannya menggenggam erat jemari Ma Ri.

"Aku tidak akan pergi ke pesta itu kalau kau tidak mau menemaniku," bisik Jungkook pelan tepat di atas pelipis Ma Ri.

Ma Ri tersentak, jantungnya mulai berdegup tak stabil. Dia bisa dengan jelas mendengar suara Jungkook yang berbisik. Namun terlepas dari itu, seluruh tubuhnya seakan dialiri listrik ketika Jungkook memeluknya dalam posisi seperti ini. Nyaman, hangat, dan menenangkan.

Ma Ri membuka perlahan kedua kelopak matanya, genggaman tangan Jungkook pada jemarinya terasa semakin erat. Ma Ri menggeliat merubah posisinya, kini kedua wajah mereka berhadapan. Ma Ri sedikit mendongakkan kepalanya demi bisa menatap wajah Jungkook.

"Apa kau masih menyukai Nara?" tanya Ma Ri.

"Tidak."

"Bisakah dia tidak mengganggumu lagi?"

Jungkook menarik tubuhnya ke bawah agar bisa mensejajarkan wajahnya dengan Ma Ri.

"Kalau dia mengganggu, ya sudah jangan hiraukan. Lagipula itu hanya undangan pesta ulang tahun, kau tidak perlu secemburu ini."

"Justru itu! Kalau saja itu undangan pernikahannya, aku malah akan senang sekali."

"Kalau kau melarangku pergi, aku tidak akan pergi."

"Tidak apa-apa, pergi saja."

"Kalau kau tidak mau menemaniku, aku tidak akan pergi."

Ma Ri menatap kedua bola mata Jungkook, kemudian tersenyum begitu saja tanpa sebab yang pasti. Dia benar merasa wanita paling beruntung di dunia bisa menatapnya sedekat ini.

Don't Touch! He's My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang