Aku meringkuk di balik selimut tebal ku keringat dingin membanjiri badan ku, ini semua karena kejadian tadi.
FLASH BACK ON
"Ma aku ke supermarket bentar yah" pamitku
"Iya hati-hati yah" jawab mama
Aku melangkahkan kaki ku di trotoar sambil bersenandung kecil hari ini rencananya aku akan belanja di supermarket karena persediaan makanan ku di lemari kamar sudah habis di gondol kak Bian. Entah kenapa aku merasa aneh, seperti ada yang mengawasi gerak-gerik ku sampai akhirnya aku mempercepat langkahku. Tiba-tiba empat orang laki-laki langsung menghadangku, aku mulai ketakutan sampai akhirnya dua orang dari mereka langsung memegang tangan ku. Aku mencoba teriak meminta pertolongan tapi jalanan begitu sepi.
" Jadi elo cewek yang dimaksud, hmm lumayanlah" kata salah seorang dari mereka.
Aku hanya bisa menangis saat salah seorang dari mereka memegang pipiku sampai tiba-tiba.... Bughhh. Aku memberanikan diri membuka mata dan yang kulihat orang tadi sudah pingsan didepanku dan cekalan tangan preman di tangaku terlepas . Saat aku berbalik aku melihat Laga berkelahi dengan dua preman itu tapi dalam beberapa menit dua preman itu sudah jatuh tersungkur di tanah sementara preman yang satunya lari entah kemana. Aku hanya bisa diam berdiri dengan air mata yang terus membasahi pipiku.
"Husshh udah jangan nangis ya baby Nefa, tenang aja ada aku kok" ucap Laga sambil mengelus rambutku.
"Ga aku hiks mau hiks pu..pulang"jawabku terbata-bata. Laga mengangguk mengiyakan dan membawaku pulang.
FLASHBACK OFF
Dan sekarang disinilah aku, terkurung dalam kamar. Sejak kejadian tadi aku hanya duduk di balkon kamar, aku benar-benar takut. Kak Bian dari tadi menggedor-gedor pintu kamarku namun tak kuhiraukan, saat ini aku benar-benar butuh sendiri. Bruuuk. Buset suara apa tuh??? Aku balik dan jeng jeng say welcome buat kakak pertama ku kak Fausta. Kak Bian dan Laga berdiri di belakang kak Fausta dengan cengiran tak berdosa.
"Sayang kamu nggak papa kan?? Mana yang sakit??" tanya kak Fausta panik
"Aku nggak papa kok kak, aku cuma shock aja" jawabku sekenanya lalu kembali menatap langit luas. Aku merasakan langkah kaki mendekati ku lalu tiba-tiba sebuah tangan memelukku dari belakang.
"Kamu kalau ada apa-apa bilang yah sama kakak, kalau mau pergi juga bilang sama kakak, kak Bian,Laga, atau siapapun orang yang ada di rumah OK? Jangan bikin kakak khawatir apalagi sekarang mama sama papa lagi nggak ada di rumah" jelas kak Fausta yang kubalas dengan anggukan kecil. Lalu kak Fausta mengacak rambutku sekilas lalu pergi.
"Baby Nefa" sapa Laga dengan suara lirih
"Kenapa Ga?" tanyaku masih tetap betah melihat langit
"Maafin aku ya nggak bisa jagain kamu" ucap Laga sambil jongkok di depanku. Aku menatapnya lalu menangis, Ya Tuhan bahkan dia tidak bersalah sedikit pun. Laga menarikku ke dalam pelukannya menyalurkan kehangatan untukku sampai aku merasa tenang dan tertidur dalam pelukannya.
***
SEMANGAT!!!! Untuk hari ini dan 3 hari kedepan aku akan berjuang dengan soal-soal ujian yang menentukan masa depanku dan aku sudah siap lahir batin untuk maju ke medan perang karena seminggu ini Laga memberiku les kilat, resiko orang genius hehehe.
"Baby Nefa udah siap??"tanya Laga
"Siap dong, aku yakin untuk 4 hari penentuan ini aku bisa ngerjain semua soalnya" jawabku optimis. Laga tersenyum lalu menepuk puncak kepalaku. KRIIIINGGG. Perang dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY
Teen FictionHidup memang sebegitu mudahnya, semudah engkau datang membawa harapan yang membuatku terbang dan lupa pulang. Dan semudah engkau pergi tanpa pesan, tanpa isyarat dan tak kembali...