Hari ini adalah hari pertama MOS dan aku sudah siap dengan segala aksesoris yang benar-benar aneh. Aku berlari menuruni anak tangga dengan semangat. Di meja makan sudah terlihat Papa,Kak Fausta, dan Kak Bian sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing.
"Pagi semua" sapaku. Tapi bukannya membalas mereka malah menertawai ku, dasar nyebelin.
"Ya ampun dek kamu udah kayak badut pancoran tau nggak" ledek kak Fausta
"Iiish kakak apaan sih namanya juga lagi di MOS "belaku
"Iya deh iya... ya udah makan dulu sini"ajak kak Fausta sambil menepuk kursi kosong di sampingnya. Aku langsung duduk dan mencomot roti yang sudah diolesi selai.
"Dek nanti berangkatnya kakak anterin aja yah" usul kak Bian.
"Sekolahnya kakak kan beda arah sama sekolah aku"
"Udah nggak papa lagian hari ini cuma ambil bangku doang paling" ucap kak Bian enteng
"Kalau kak Bian nggak kebagian bangku gimana?"
"Nanti pasti diambilin tempat sama si Fahri tenang aja" jawabnya
"Tapi kalau..."
"Buset cerewet amat dah udah tinggal bilang iya susah amat sih" potong kak Bian
"Ya udah dehh ...yuk berangkat pa...ma..kak Fausta kita berangkat yah Assalamualaikum" pamitku sambil menyalami tangan mereka satu-satu.
Di depan rumah aku kembali diam saat melihat jendela kamar Laga yang tertutup rapat, hatiku bahkan sulit untuk merelakan kepergiannya, bahkan liburan UN aku habiskan dengan les-les agar aku bisa melupakan kejadian itu.Kak Bian menepuk pundakku memberi kode untuk naik ke motor. Kak Bian langsung tancap gas meninggalkan illusiku tentang dirinya yang kembali datang, beberapa menit kemudian aku sampai di sekolah baruku EAGLE INTERNATIONAL SCHOOL.
"Kak duluan yah Assalamualaikum"pamitku
"Waalaikum salam"jawab kak Bian lalu meninggalkan halaman sekolahku.
Aku menelusuri sekolah baruku, keadaan masih sangat sepi karena ini memang masih pagi banget jadi wajar aja nggak ada orang. Aku duduk di salah satu kursi taman sambil mendengarkan lagu dari I-pod pemberian Laga. Lagu sabardari Afgan terputar, lagu yang membuatku mengingat semua tentang dia membuatku kembali menangis mengingat orang yang sudah mengorbankan nyawanya demi aku. Tiba-tiba seseorang memelukku.
"Kamu inget Laga lagi ya Nef?" aku mengangguk mengiyakan
"Jangan sedih lagi ya Nef aku yakin Laga juga sedih kalau lihat kamu sedih"
"Iya Liv, aku cuma sedih aja nginget kejadian itu" jawabku tersenyum miris
"Udahlah biarin itu jadi kenangan life must go on dan kamu haru bisa mencapai mimpi kamu seperti harapan Laga" jelas Livia
"Iya Liv aku harap aku bisa ngabulin permintaan Laga" harapku
"Kamu pasti bisa buktinya kamu yang waktu SMP nggak tau apa-apa sekarang bisa jadi peringkat pertama di tes masuk sekolah" puji Livia yang ku balas dengan senyum. Aku,Livia,dan Mika sekarang tetap satu sekolah,dan Mika sekarang jadi tambah galak kalau ada orang yang macam-macam sama aku. Kriiiiing. Itu tanda kalau kami harus berkumpul padahal kami belum ketemu sama si Mika.
Di lapangan kami disuruh baris sesuai tim dan aku satu tim dengan Mika yeeey akhirnya ketemu juga tuh anak. Aku mencari anggota tim ku lalu kami di bawa ke satu kelas.
Team ku adalah team Singa dan kami didampingi oleh kak Fandi dan Kak Chika, untung aja pendamping team kami pada baik. Aku sibuk bercanda dengan Mika saat tiba-tiba seseorang memukul pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPILY
Teen FictionHidup memang sebegitu mudahnya, semudah engkau datang membawa harapan yang membuatku terbang dan lupa pulang. Dan semudah engkau pergi tanpa pesan, tanpa isyarat dan tak kembali...