Contrast

12 3 0
                                    

"Fan," tegur seseorang membuyarkan lamunan Fani.

"Lo ngapain?" teman Fani melihat ke arah yang di lihat oleh Fani tadi.

"Lagi liat anak OSIS ospekin anak baru," ucap Fani.

Tak lama kemudian seluruh anak baru diberi waktu untuk beristiraha sholat dan makan.

"Ayo makan, Fan." ajak Sela. Mereka berjalan ke kantin yang ramai dengan makhluk hidup yang sedang mengantri untuk memesan makanan.

Fani menunduk sambil memainkan smartphone karena menunggu antrian.

Bruug

Fani menatap anak laki-laki yang tak sengaja menyenggol bahunya. Anak lelaki itu lebih tinggi dari Fani, Fani hanya sehidung anak lelaki itu. Lelaki itu juga menatapnya sebentar, kemudian melanjutkan jalannya mencari meja kosong.

Tak lama kemudian Sela sudah mendapatkan makanan untuk mereka berdua. Fani dan Sela duduk tidak jauh dengan anak laki-laki yang menabraknya tadi. Anak laki-laki itu memerhatikan Fani yang sedang menyuap sepotong bakso ke dalam mulutnya.

"Sel, lo ngerasa gak dia merhatiin ke arah sini?" Sela spontan langsung melihat anak laki-laki yang kepergok sedang memerhatikan temannya ini.

"Kayanya iya, dia langsung nunduk pas gue liatin." ucap Sela. Bel pun berdenting nyaring tanda pelajaran berikut akan dimulai.

Fani tidak konsen dengan guru yang menjelaskan di depan kelas. Ia malah melamun, percaya atau tidak jika kita cepat tertarik dengan seseorang yang kita jumpai. Sepertinya terjadi pada Fani saat ini. Fani memikirkan anak laki-laki yang menabraknya di kantin tadi.

Wajah teduh dan tawa manis saat anak laki-laki itu bercanda dengan temannya.

"Aw!" Fani merasa kupingnya akan tanggal saat itu juga.

"Bu Teti main jewer aja." ucap Fani dan mendapat lototan tajam daari maata Bu Teti.

"Mau ke wc dulu," ucap Fani ke Sela.

Fani berjalan melewati lapangan yang ramai dengan siswa angkatan baru yang sedang diospek oleh anak OSIS.

"Kak Fani, ehem!" goda Rian anggota OSIS. Fani menatap Rian yang menggodanya dengan tajam kemudian tersenyum.

"Tengil lo!" Rian menarik lengan Fani ke arah barisan siswa baru.

"Siapa tadi yang gue kasih amanah?" tanya Rian kepada siswa baru, dan anak laki-laki yang sepertinya dikenali oleh Fani mengacungkan tangannya.

"Nah, sini! Kasih amanahnya ke kakak ini." ucap Rian kepada anak laki-laki itu yang sedang menuju ke arah Rian dan Fani berdiri.

Anak laki-laki yang menabrak Fani di kantin tadi sekarang berdiri tepat di hadapan Fani. Jantung Fani mulai tidak normal, degupan yang cepat, bibir yang menahan senyuman salah tingkah.

Anak laki-laki itu memulai percakapan dengan perkenalan diri.

"Hai kak, nama gue Yohan. Nama kakak siapa?" tanyanya kepada Fani.

"Fani," jawab Fani singkat.

"Gue dapat amanah dari bang Rian, kakak mau nolong gue gak?" tanya Yohan dengan muka datar.

"Ya boleh," jawabnya lagi.

"Tinggiin badan kakak dong, kami siswa baru susah bedain kakak sama anak SMP." kemudian dia melihat Rian yang menahan tawa.

"Dah ah, gue mau ke wc!" Fani berjalan meninggalkan lapangan menuju wc.

Saat Fani balik dari wc anak laki-laki yang bernama Yohan itu memerhatikannya berjalan, otomatis Fani memunduk karna malu. Setelah dekat dengan pintu kelasnya, Fani pun berlari masuk ke dalam.

Setelah jam terakhir selesai, semua siswa dan siswi pulang ke rumah mereka masing-masing. Masih banyak juga siswa yang ikut kegiatan non-akademi di sekolah setiap sore. Anak basket, anak paskibra dan anak tari.

🍁🍁🍁🍁🍁

Walaupun sudah sekolah beberapa bulan dan banyak kejadian manis-pahit yang di alami siswa/siswi Garuda, senin depan mereka akan mengadakan UTS.

"Gak kerasa udah mau ujian, Sel." keluh Fani.

"Seruangan sama siapa ya ntar gue," ucap Sela.

"Gatau, gue maunya seruangan sama yang gak pelit." pinta Fani.

Fani merebahkan kepalanya di atas meja, sambil mendengarkan arahan dari wali kelas.

Seluruh siswa melakukan gotong royong untuk membersihkan ruangan ujian, Fani kebagian untuk menempelkan nomor ujian di atas meja.

Selesai gotong royong, wali kelas membagikan kartu ujian kepada siswa di dalam kelas. Setelah semua siswa mendapatkan kartu ujian, mereka semua diperbolehkan pulang.

"Pulang langsung gak?" tanya Sela ke Fani.

"Duduk di kedai es krim aja dulu, mumet gue mau ujian." ajak Fani, Sela mengangguk dan mereka berjalan ke kedai es krim yang tak jauh dari sekolah.

Mereka pun duduk di bangku depan jendela besar di debelah pintu masuk kedai ini dan memesan dua mangkuk es krim. Sela sibuk memainkan ponselnya, sedangkan Fani menatap jalanan depan kedai ini. Fani melihat kedai tongkrongan di depan kedai es krim ini, sekilas terlihat seperti Yohan.

Fani memerhatikan laki-laki itu, dan benar itu Yohan, Fani tersenyum melihat Yohan sedang berbicara dengan temannya. Fani merasakan jantungnya memompa lebih cepat. Mata tajam Yohan menemukan mata Fani yang sedari tadi memerhatikannya. Sontak Fani kaget dan menunduk.

Fani merutuki dirinya sendiri sudah kepergok oleh Yohan. Setelah dua jam di kedai es krim, mereka memilih untuk pulang. Fani melihat Yohan yang masih betah duduk di kedai tersebut.

Selang beberapa hari setelah mata mereka bertemu di kedai es krim, kini adalah hari pertama mereka UTS. Yohan dan teman-temannya duduk di tangga dekat ruangan ujiannya, Fani yang baru datang terkejut dan salah tingkah dibuatnya. Fani langsung menunduk dan berlari kecil.

Saat bel berbunyi, semua siswa baris di depan kelas terlebih dahulu. Fani baris di barisan paling kanan, saat ia melihat ke arah kiri ternyata ada Yohan. Mereka berada di ruangan yang sama.

Hampir seminggu UTS berlangsung, Fani tidak sengaja mendapatkan contact Line-nya Yohan. Fani senang jejeritan. Tapi Fani tidak berani untuk mengiriminya pesan terlebih dahulu, setelah apa yang dilakukannya oleh Fani.

Sebelum UTS berlangsung, Fani sudah lama menyukai Yohan yang ntah dari mana perasaan itu tiba. Diam-diam Fani sering mendapatkan foto candid Yohan yang ia ambil sendiri, saat tau Yohan berulang tahun, Fani mengumpulkan semua foto itu dan membuatnya menjadi scrapbook. Tepat di hari ulang tahunnya Yohan, Fani sengaja datang pagi dan meletakkan scrapbook itu di lacinya Yohan dengan setengah otaknya terlihat dari luar.

Saat Fani di hukum dan harus menghadap ke guru Fisika yang sedang mengajar di kelasnya Yohan. Fani di suruh mencatat soal untuk kelas Yohan di papan tulis.

Saat Fani mengambil buku di perpustakaan, Fani melihat Yohan yang sedang tertidur pulas di atas meja.

Waktu pertama kali, Yohan menyapa Fani lewat messanger. Fani senang bukan main, ntah apa yang ada di pikiran Yohan saat itu bisa menyapa Fani dan berterimakasih atas scrapbook yang Fani berikan untuknya.

Terakhir, saat Fani tahu kalau mereka berbeda agama. Sela sudah bilang kalau mereka beda agama, saat ia bertemu Yohan di perpus setiap hari kamis, Yohan sedang belajar agama. Saat itu pula seperti beban berat yang menohok hatinya.

Fani berpikir, kenapa perasaan terus mengalir jika Tuhan saja sudah tidak mempersatukan mereka. Yohan diam, Fani diam. Cinta tumbuh dengan hebatnya. Cinta tidak salah, Tuhan tidak salah. Mereka yang salah, telah membiarkan cinta itu tumbuh di dalam hati.

Meskipun begitu, Fani yang paling sakit. Yohan dengan sikap apatisnya menanggapi perasaan Fani. Cinta mereka urung oleh waktu dan perbedaan.

Rebel's WorkWhere stories live. Discover now