Prolog

838 40 12
                                    

"Tut, tut, tut, tut."
Bukan bunyi deruan kereta api, melainkan bunyi dari piano yang sedang asyik dimainkan oleh seorang perempuan berambut hitam panjang. Jari lentiknya menekan sekaligus lima tuts, diiringi nyanyian indah dari suara laki-laki disebelahnya yang berumur tak jauh darinya.

Tak lama kemudian, permainan dihentikan. Jari lentiknya berhenti menekan kitkat-kitkat berwarna hitam dan putih tersebut.

"Hebat lo, dek." Puji laki-laki yang sedaritadi menemaninya bermain piano.

Senyumnya melebar seperti joker. Dagunya terangkat dengan matanya yang menyipit. Ekspresi sombongnya ia tunjukkan didepan wajah laki-laki itu.

"Hebat doang, jago belum. Hehehe."

Perasaan menang didalam hati gadis berumur 15 tahun itu menghilang kemudian. Raut wajahnya yang sungguh sombong, kini memudar menjadi ekspresi datar. Gadis itu kini menatap laki-laki yang 2 tahun lebih tua darinya.

"Awalnya memuji, akhirnya menyakiti. Ternyata, cowo emang ga punya hati." Jawab perempuan itu datar, lalu bangkit dan meninggalkan laki-laki yang sedari tadi menemani dirinya bermain piano.

Gadis itu bernama Alexa. Alexa Jasmine, lengkapnya.

'Masih amatir, jadi ga jelas gitu ceritanya hehehe'
Respect? Voments yaa
6 Maret 2017

A.L.E.X.A.X.E.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang