Lamunan Kecupan Axel

530 30 5
                                    

Alexa berjalan menuju ruang makan dengan langkah cepat. Ia menggertakkan deretan giginya dengan keras. Keras yang amat keras.

Kemudian, membanting bokongnya dengan kasar diatas kursi berwarna hitam yang tadi pula ia tarik dengan emosinya.

"Loh, bukannya kamu lagi main piano? Kok berhenti? Padahal kan, bunda lagi asik-asik dengerin nyanyian kakakmu itu." Ujar bunda yang sedang menyiapkan sarapan.

"Tuh kan, selalu aja Axel yang dipuji duluan." Ocehnya kemudian, ketus.

"Bunda belum selesai ngomong. Maksud bunda, bunda lagi dengerin nyanyian kakakmu plus alunan piano kamu yang indah itu, loh." Sambung bunda sambil mengangkat-angkat kedua alisnya, untuk menghibur putrinya yang ambekkan tersebut.

Kemudian, seseorang tak diundang datang dengan horrornya. Mengoceh-oceh sendiri. Seakan-akan mendengar pembicaraan Alexa dengan bundanya.

"Jelas, Axel yang terbaik. Axel lahir duluan, ya Axel duluan juga yang melebihi skill Alex." Laki-laki yang tadi Alex tinggalkan didepan piano, kini menyusulnya ke ruang makan. 

**Axel. Axel Kareleo. Satu-satunya, saudara kandung yang Alexa miliki. Irisnya berwarna cokelat terang, melebihi terangnya warna iris Alexa. Itu sebabnya, ia mendapat angket dari gadis-gadis disekolahnya sebagai 'pangeran SMA' yang jatuh dari surga.
Prettt---komen Alexa ketika Axel bercerita tentang ketenarannya sebagai pangeran disekolah. Hoho---

Laki-laki itu dengan santainya menaruh bokongnya tepat disamping kanan kursi yang Alexa duduki.

"Heh, tukang ngambek. Orang cuma canda doang." Ocehnya sambil menyentuh rambut Alexa yang dikepang dua. Ditepisnya langsung tangan Axel dengan segera. Tapi, Axel sama sekali tak memedulikan kekesalan hati adiknya. Bahkan, ia punya ide yang lebih berkualitas untuk menaklukkan Alexa.

Dengan segera, Axel mendekatkan kursinya pada kursi Alexa. Alexa yang merasa risih, langsung menggeser-geserkan kursinya kesamping kiri. Tapi, semakin banyak Lexa bergeser, semakin jadi pula tingkah laku kakaknya. Akhirnya, Lexa memilih untuk diam tak bergerak. Melipat kedua tangannya didepan dada sambil cemberut murut.

Melihat adiknya yang terlihat sudah menyerah, Axel senyum-senyum sendiri. Bukan senyuman manis yang ia ukirkan, melainkan senyuman licik yang akan setara derajatnya dengan kejahilan tangannya. Misi pun dimulai, batinnya.

"Muach." Satu kecupan mendarat dipipi Lexa. Matanya melotot seketika. Hati nya mulai meledak.

"Ih, apaan sih, Axel! Jorok banget pake nyium-nyium segala!" Teriak Alexa sambil mengusap kasar pipi kanannya.

Tawa Axel pecah seketika, sedangkan Alexa yang berada disebelahnya langsung memukulinya habis-habisan.

"Axel.." Bunda menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum haru melihat keakraban kedua anaknya.

"Resek lu, ah." Alexa melemparkan sebuah tamparan dipipi kanan Axel, namun tamparan itu sama sekali tak memberhentikan tawa Axel yang semakin lama semakin keras.

Tak lama kemudian, Axel memeluk erat adiknya. Entah apa sebabnya. Bahkan, bunda saja bingung dengan keanehan putranya. Tak biasanya Axel begini. Apalagi, sampai memeluk adik kandungnya dengan pelukan yang sangat erat.

Refleks, Alexa memukul keras tangan kakaknya yang memeluk erat tubuh gadis itu.

"Bundaaaaaa!" Teriak Alexa sambil terus berusaha melepaskan pelukan Axel yang menyesakkan tubuhnya hingga tak dapat bergerak.

***Tiba-tiba, sebuah bola basket memukul keras kepalanya. Lamunannya terhenti oleh sebuah bola keparat. "Aduh!" Refleks, Alexa memengangi kepalanya.

"Eh, tolong dong bolanya." Seseorang berbicara kemudian, namun Alexa sama sekali tak menggubrisnya. ia malah terus mengerang kesakitan.

"Eh, lo yang disana. Tolong ambilin bola basket itu tuh, yang ada dibelakang lo." Orang itu berbicara lagi dan mendekatkan langkahnya 3 meter didepan Alexa.

'Bukannya minta maaf, batinnya. Raut wajahnya yang daritadi seperti anak kecil yang rewel, kini berubah. Hatinya mendadak kesal. Ia ambil bola basket keparat yang berada dibelakang bangku ia duduk, kemudian ia banting dengan keras didepan laki-laki yang dari tadi memintanya untuk mengambilkan bola basket tersebut.

"Makan tuh bola!" Ketus Alexa nyaring. Laki-laki itu hanya diam mematung, mengerutkan keningnya sambil memandangi raut wajah Alexa yang begitu kesal.

"Apaan sih?!" Tanya laki-laki itu sedikit berteriak.

"Sakit tau ga! Bukannya minta maaf, malah nyuruh ngambilin bola! Ga tau diri banget, sih!" Ketusnya kesal. Amarah gadis itu memuncak. Omelannya menjadi pusat perhatian bagi anak-anak basket dilapangan itu.

Laki-laki itu malah memandanginya dengan tatapan bingung. "Sorry, sih. Lagipula, gue juga udah bilang tolong, kok!" Balas laki-laki itu mengerutkan keningnya.

"Udah? Gitu doang?! Itu ucapan maaf lo? Ga tau diri banget sih jadi cowo!" Gadis itu kembali mengomel.

"Ga terbalik? Lo kali yang ga tau diri! Ngelamun kok di tempat olahraga! Haha!" Tawa laki-laki itu terdengar meremehkan. Bibirnya dimiringkan ke kiri sambil melirik cuek ke samping.

Laki-laki itu tak mau kalah. Ia tak salah, pikirnya. Ia punya harga diri, jadi sepantasnya ia membela diri didepan gadis galak tersebut.

Kini, gadis itu hanya terdiam memandangi wajah laki-laki didepannya dengan ekspresi dendam.

"Kok diem? Tanya laki-laki itu mengangkat kedua alisnya.
"Kehabisan kata-kata, neng?" Sambung laki-laki itu tepat didepan wajah Alexa, lebih tepatnya face-to-face.

Alexa masih memandangi laki-laki itu dengan ekspresi yang sama. Mulutnya bungkam, tak mengucap satu kata pun. Ia menatap jelas mata berwarna cokelat terang yang berada tepat didepan matanya. Hatinya masih saja terbakar mendengar terkaman laki-laki yang kini sedang menatapnya remeh.

"Wey." Laki-laki itu melambaikan telapak tangan kanannya didepan wajah Alexa yang ia pikir sedang melamun, namun nyatanya tidak.

Alexa menghela nafas berat, menatap marah laki-laki dihadapannya. Kemudian, berlari kencang meninggalkan laki-laki yang telah berdebat dengannya.

"Lah, malah kabur." Nada bicaranya meremehkan. Hatinya merasa menang. Disunggingkannya senyuman miring dibibirnya. Tamat sudah perdebatan konyolnya.

A.L.E.X.A.X.E.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang