Lo lagi, lo lagi

620 30 17
                                    

"Axel! Axel! Semangat Axel!" Seru para gadis yang menonton pertandingan itu. Salah satunya Alexa.
Ia sangat bersemangat menontoni kakaknya yang sedang bertanding.
"Ayo, Axel! Tim lo harus bawa pulang piala itu!" Teriak Alexa berseru mendukung.

"Sialan. Bisa-bisa tim gua kalah!" Mendengar teriakan para gadis yang meneriakkan nama Axel, membuat telinganya pengang. Dengan teriakkan itu pula, tim Axel pasti akan menyabet juara.
Dalam hatinya merasa kesal dengan Axel yang semakin lama semakin bersemangat mengalahkan timnya.

Axel bersedia untuk mengalahkan tim lawannya, tim Raka, dari SMA Cahaya Putih.
Axel bersiap untuk memasukkan bola nya ke ring. Ia melompat dengan gagah.
Namun, saat akan mendarat, seseorang mencelakakan laki-laki yang baru saja memasukkan bola ke ring basket.

Gedebuk!
Hantaman itu keras sekali. Kepalanya mengenai lapangan tak berubin itu.
Raut wajah penonton berubah histeris. Para gadis berbondong-bondong turun ke lapangan untuk menghampiri pangeran mereka yang kini terbaring tak sadar ditengah lapangan.

Alexa. Nafasnya memburu. Ia sela semua orang yang mengelilingi kakaknya, hingga ia berada diposisi tepat dihadapan laki-laki yang selama hidupnya selalu melengkapi dirinya.

"Axel?" Ia terduduk. Menatap wajah laki-laki itu dengan cemas.
"Kak, lo gapapa?" Suaranya terisak, ia menepuk-nepuk pipi kakaknya.
Laki-laki itu tak menjawab.
Butir-butir air bening membasahi pipi merah gadis itu.
"Kak, lo baik-baik aja kan?"
"Kak, bangun!"
"Kak Axel!"
Perempuan itu memposisikan telunjuk kanannya dibawah lubang hidung Axel. Tak ada udara yang keluar. Tak ada hembusan apapun.
Matanya menatap ke arah depan. Lalu, mengalihkan pandangannya pada Raka. Tatapannya nanar pada laki-laki yang berdiri dengan wajah khawatir didepannya.
"Lo ngebunuh kakak gue." Suaranya parau. Gadis itu menatap Raka dengan tatapan penuh kebencian.

Raka tak berbicara. Matanya sendiri pun juga berkaca-kaca.
"Ya Tuhan. Apa yang udah gua lakukan?" Raka bergumam dalam hati. Menyesal dengan apa yang dia perbuat. Dia pikir, menyelengkat Axel hanya akan membuatnya pingsan sebentar, namun pikirannya salah.
Salah, salah, dan salah. Ia sudah membunuh mantan sahabatnya sendiri. Entah akan ditaruh dimana mukanya nanti.

**Gedebuk!
Lamunannya kembali hangus. Ternyata, sejak tadi ia berlari-lari melewati koridor demi koridor sambil melamun. Kini, dirinya menabrak seseorang bertubuh tinggi. Keduanya pun jatuh.

"Aduh!" Mereka sama-sama mengaduh. Keduanya pun sama-sama tak mengetahui siapa yang ditabrak.

"Ughhh!!" Alexa mendengus. Gadis itu berdiri. Lalu, mengepak-kepakkan rok bagian belakangnya agar debu-debu lantai tak menempel di rok mini-nya.
Begitupun dengan seseorang yang ditabraknya.

Kemudian, mata gadis itu beradu pandang dengan manusia yang menghantam tubuhnya.
Yang baru ia tabrak pula adalah seorang laki-laki.
"Sialan!" Ketus laki-laki tersebut dalam hati.
Mereka saling menatap, tatapan kebencian.

"Lo lagi, lo lagi! Seneng banget ya bikin orang celaka!" Ketus gadis itu dengan galak.
"Enak aja kalo ngomong! Gua ga salah! Udah tau orang lagi jalan malah ditabrak!" Lagi-lagi, pemuda itu membela diri.

"Eits tunggu. Abis nangis ya neng? Gara-gara debat konyol tadi?" Kini, nadanya lebih meledek.

Alexa tak menyadari matanya sembab sedaritadi ia berlari.

"Apaan sih! Dah, minggir! Gue mau lewat!" Alexa kembali berlari meninggalkan laki-laki itu.

Keningnya pun mengerut. "Ngapain ke gedung F? Mau nyari rongsokan?" Teriak laki-laki itu kemudian yang masih memandang punggung Alexa yang sudah lumayan jauh.

Alexa mendengar ocehan laki-laki bawel itu. Tapi, dirinya tak ada niat untuk menjawab remehan sialan itu.
Gadis itu kembali berlari. Tak peduli tak ikut pelajaran. Yang penting ia bisa menenangkan pikiran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A.L.E.X.A.X.E.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang