LATE

56 12 7
                                    

Zahra berlari sekuat yang ia bisa, alasan kenapa ia sampai berlari terburu-buru karena Zahra hanya punya 10 detik lagi jika tak ingin terlambat datang ke Sekolah. Namun kenyataan pahit harus di terima oleh dirinya, gerbang Sekolah sudah tertutup dengan rapi sambil memegang salah satu gagang besi gerbang Zahra tertunduk pasrah.

“Ga usah panik kaya gitu, kita masih bisa masuk kok tenang aja.”

Zahra tersentak mendengar suara itu, tentu saja ia sangat mengenal pemilik suara ini tapi , entah kenapa lehernya menjadi kaku seperti robot yang kehabisan pelumas. Ia benar-benar tidak berani menengok ke belakang.

“Lo Zahra kan? Zahra Azzalfa."

Sang pemilik suara akhirnya mendekat ke arah Zahra yang masih memunggunginya. Zahra tidak punya pilihan lain selain membalikan badan dan menjawab pertanyaan si pemilik suara.

“I-iya gue Zahra.”

“Lo gak inget sama gue?”

“A-arzhanil Adha”

“Ternyata lo masih inget.”

Mana mungkin gue lupa sama orang yang gue cinta

“Lucu ya? Kita 3 tahun bareng waktu SMP, bahkan kita satu kelas tapi baru kali ini gue baru bisa ngerasain ngomong sama lo.”

“….”(senyum)

“Kalin terlambat?”

Baru saja Arzhan ingin melontarkan kalimatnya lagi, tiba-tiba Pak Satpam Sekolah datang dan melempar pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu di jawab karena memang sudah sangat jelas Zahra dan Arzhan terlambat datang.

“Ayo masuk! Kalian akan saya bawa pada guru piket hari ini.”

Rupanya guru piket hari ini adalah Bu Irma yang di kenal ramah dan dekat dengan murid-muridnya.

“Arzhan, Zahra kenapa kalian bisa terlambat seperti ini?”

“Mungkin memang Tuhan yang sudah merencanakannya Bu.”

“Arzhan jangan bercanda ah!”

“Hehe.. maaf Bu.”

Dia memang tidak pernah berubah.

“Baiklah, kalian pasti punya alasan tersendiri tapi apapun alasannya saya tetap harus memberi sanksi pada kalian, kalian harus berdiri di tengah lapangan selama satu jam pelajaran.”

Dan disinilah mereka di tengah lapangan yang luas hanya mereka berdua. Suasana diantara mereka begitu awkward tidak ada yang berani melontarkan satu katapun, apalagi Zahra dari pertama berada di gerbang dia tidak bisa mengontrol ritme jantung yang bisa dikatakan luar biasa kencang saat bersama Arzhan. Ya Zahra memang menyukai sosok Arzhan dari pertama kali melihat saat mauk Sekolah Menengah Pertama, namun ia tidak mengatakan hal ini pada siapapun hingga kini ia sudah menginjak umur 16 tahun Zahra masih belum berani mengatakan kesukaannya pada siapapun bahkan sahabatnya sendiripun tidak mengetahuinya. Dan sejujurnya rasa suka itu kini sudah berubah menjadi cinta.

“Lo kenapa? Keliatannya gugup banget.”

Mati gue! Emang keliatan ya ekspresi kegugupan gue?

“Ah a-anu gue…? Gue takut! Iya gue takut.”

“Takut? Takut kenapa?”

“Gu-ggue takut soalnya…. Pelajaran pertama hari ini Matematika, gue takut ketinggalan materi.”

“Oh, gue kira lo sakit, kalo lo sakit lo pergi aja ke UKS”

“….”

“Tenang aja, lo kan bisa minta temen lo buat jelasin materi yang ketinggalan. Btw lo gak berubah ya.”

“Ma-maksudnya? “

“ Lo masih suka warna pink, keliatan dari tas, sepatu, jam sama blazer lo.”

“….”(senyum kepaksa)

Gue seneng lo inget itu Zhan, meskipun itu cuma hal kecil.

KRIIING!!! Jam pelajaran pertama sudah berakhir….

“Kayanya hukuman kita udah selesai, gue cabut duluan ya Zhan.”

“Eh tunggu ra!”

Arzhan mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya lalu menyodorkan sapu tangan tersebut pada Zahra, Zahra tidak mengerti apa maksud Arzhan ia hanya memberikan tatapan mata pada Arzhan seakan-akan ia mengatakan ‘apa ini?’

"Lo keringetan ra"

"Ta-tapi lo kan juga..."

"Udah ga usah mikirin gue"

Dengan tangan gemetar Zahra menerima sapu tangan dari Arzhan.

"Thanks"

"...."(senyum)

"Kalo gitu gue, gue duluan"

Arzhan terus memperhatikan punggung Zahra yang semakin menjauh.
.
.
.
.
.
Zahra menyeret langkahnya memasuki kelas, untunglah guru di jam kedua belum datang setidaknya Zahra masih bisa bernafas lega.

"Kemana aja lo?!"

Abila Aida, teman sebangku Zahra yang kini tengah menatap Zahra dengan tatapan mencemooh.

"Gue telat! Btw kontrol tuh mata lo liatinnya gitu banget!"

"Canda elah gitu aja sewot!"

Zahra hanya menggelengkan kepalanya, ia lebih memilih tidak menanggapi perkataan sahabatnya yang satu ini.

"Hari ini banyak yang telat ga ra?"

Dinda Aulia, gadis berkacamata yang duduk didepan Zahra dan Abil, ia juga salah satu sahabat Zahra.

"Dua orang doang Din, cuma gue ama...?"

Zahra menjeda kalimatnya, ia lupa bahwa Kanya Larasati sahabat sekaligus teman sebangku Dinda, juga menyimpan perasaan pada Arzhan hanya saja Kanya baru beberapa bulan ini menyukai Arzhan tentu berbeda dengan Zahra yang sudah bertahun-tahun menunggu Arzhan.
Zahra khawtir kalau Kanya mengetahui ia di hukum bersama Arzhan, sahabatnya yang bermuka oval ini akan kecewa.

"Sama siapa ra?"

"Gu-gue tadi telat bareng Arzhan"

"SERIUS LO RA?!!"

Benar saja Kanya yang tadinya sibuk dengan novel dan sama sekali tidak tertarik dengan obrolan Zahra, Dinda dan Abil kini justru ikut menimbrung dengan ketiga sahabatnya karena mendengar nama Arzhan di sebut-sebut.

"Elo Kanya! Kalo denger nama Arzhan aja kaya menang undian sabun colek tau ga? Semangat bener!"

"Berisik lo Bil! Eh ra ceritain dong! Kok lo bisa sih telat bareng Arzhan? Gue kan juga mau"

"Yaa gue mungkin cuma kebetulan aja telat bareng dia"

"Lo beruntung banget sih ra, udah mah dulunya satu SMP, sekarang telat bareng lagi. Ck! Kapan sih Arzhan peka?!"

"Dia bukannya ga peka Kan, tapi kayanya dia emang ga tertarik sama lo!"

"Apaan sih lo Bil?! Sirik lo sama gue?! Lo kan kaga punya doi ganteng kaya gue"

"Najis dah gue sirik sama lo! Apanya yang harus di sirikin? Di notice aja kaga lo sama Arzhan!"

Zahra dan Dinda hanya bisa menghela nafas berat serta menggeleng kepala jika Kanya dan Abil sudah bertengkar seperti ini.

"WOY ADA GURU!!!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc

Cerita pertama:) maaf rada gaje sih tapi mohon suport nya dengan vote&comment guys :))

Sincerely
mocazz_

REPLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang