MONSTER

1.4K 100 3
                                    

Jimin membawa Jungkook makan di kedai ramyeon. Dia tahu bahwa anak itu pasti lapar.
"se-la-mat-ma-kan!", ucap Jungkook yang masih terbata-bata. Mulut Jungkook terbuka lebar, mengisyaratkan Jimin untuk menyuapinya.
Jimin tersenyum mendengar kata itu, kosa kata Jungkook bertambah. Dia harus berterimakasih pada rekan-rekannya yang mau mengajari Jungkook.
"Ah!", Jimin teringat sesuatu, dia lupa mengabari Yoongi bahwa Jungkook telah ketemu.
Dan dia baru menyadari bahwa ponselnya tertinggal di rumah itu. Kembali merinding membayangkan dirinya baru saja bersentuhan dengan hantu.
"Papa! Makan! A~", Jungkook menunjuk mulutnya yang menganga.
"Ahahaha.. mian, mian", Jimin menyumpit ramyeon, meniup-niup uap panas agar mulut mungil Jungkook tidak kepanasan saat memakan ramyeon.
Setelah pulang nanti, barulah dia akan mengabari Yoongi. Menceritakan tentang pengalaman mistik yang baru saja dialaminya.
Di apartment.
Jimin sedang berbicara di telepon dengan Yoongi, sementara itu, Jungkook sibuk bermain di kamarnya yang gelap, lebih tepatnya sedang berbaring di kolong ranjang sambil melingkari diri dengan selimut yang tebal.
"Taetae benci orang dewasa! ",
"Taetae?", Jungkook memiringkan kepalanya, tidak mengerti.
"Papa jahat. Taetae benci ",
"Papa?",
"Hn! Papa jahat! Dia orang dewasa yang jahat. Jauhi dia!",
"Papa jahat?",
"Jika dia menggendong Kookie, Kookie harus segera menendangnya. Jika dia menggandeng Kookie, Kookie harus menggigitnya. Dia mencoba merebut Kookie dari Taetae. Semua orang dewasa itu jahat! Kookie mengerti? ",
"Hn?", Jungkook semangin bingung.
"Ya. Kookie harus mengerti ", Taehyung menarik tubuh Jungkook agar merapat dan memeluk bocah itu, "Kookie itu milik Taetae",
Jungkook tertawa geli sambil menggesek-gesekkan kepalanya di dada Taehyung. Taehyung membalasnya dengan mengelitiki perut Jungkook.
"Ahahaha... Geli, Taetae.. Geli...",
"Kookie?", panggil Jimin sambil menekan saklar sehingga kamar menjadi terang.
Jimin terjongkok, mengintip Jungkook di kolong ranjang.
"Kookie sedang apa?", Jimin menarik selimut yang membungkus tubuh Jungkook.
"A!", teriak Jungkook enggan keluar dari kolong ranjang.
"Papa jahat. Papa jahat ", Taehyung terus membisikkan kalimat itu di telinga Jungkook.
Jimin tidak bisa mendengar suara Taehyung. Jimin terus menarik Jungkook untuk keluar dari kolong ranjang.
"A! Aaaa!", Jungkook semakin kuat menjerit, dia marah lalu menggigit tangan kiri Jimin.
"Aw!", tangan Jimin berdarah terkena gigi-gigi Jungkook yang tajam.
"Papa jahat!", teriak Jungkook yang menyeret tubuhnya seperti ulat bulu, menjauhi Jimin.
"Kookie kenapa?", tanya Jimin terkejut dengan ucapan Jungkook. Mengapa Jungkook bisa mengatakan bahwa dirinya jahat?
"Papa jahat! Papa jahat! Papa jahat!", rapal Jungkook berkali-kali, mengikuti ucapan yang dibisikkan Taehyung.
Jimin berhasil menarik paksa Jungkook untuk keluar dari kolong, memeluknya dengan erat, meskipun Jungkook meronta, berteriak dan memukul-mukul wajahnya.
"Papa jahat! Kookie ci! Ci! Ciiiii!",
"Papa sayang Kookie. Kookie anak baik. Papa sayang Kookie. Sayang Kookie. Papa sa...",
BLaaaaM
Ucapan Jimin terpotong oleh suara debaman pintu yang tertutup kuat. Tidak ada angin atau siapapun di sana, lalu apa yang membuat pintu itu menutup kuat?
"Akh!", Jimin menjerit tertahan, Jungkook menggigit bahu kanannya.
"Kookie, ini papa. Kookie kenapa?", Jimin bersikap selembut mungkin, mengusap-usap punggung Jungkook, dia tidak ingin membuat Jungkook takut, "Ini papa. Kookie tidak ingat? Ini papa. Pa-pa",
Jungkook melepaskan gigitannya, beralih memandang wajah Jimin yang tersenyum, senyuman yang sama saat Jimin menemukannya, senyuman yang begitu hangat.
"Papa?",
"Hn. Ini papa", Jimin menyeka darahnya yang menempel di sudut bibir Jungkook.
"Papa~", lirih Jungkook, kemudian dia menyandarkan kepalanya di dada Jimin, "Papa~",
"Papa di sini",
Jimin mengusap-usap punggung Jungkook hingga bocah itu tertidur pulas di pelukannya.
Jimin tidak tahu, mengapa Jungkook tiba-tiba mengasarinya?
"Apa mungkin Jungkook marah karena aku meninggalkannya?", pikir Jimin.
Tengah malamnya, Jimin terbangun karena mendengar isakan Jungkook.
"Kookie, ada apa?", tanya Jimin melihat Jungkook berdiri di samping ranjang, tempatnya berbaring.
"Kookie pol...hiks..hiks...", Jungkook terisak sambil menunjuk tempat kosong di sebelah Jimin, "Pol..Kookie pol..",
"Pol?", Jimin berusaha memahami ucapan Jungkook. Jimin baru menyadari maksud Jungkook setelah dia melihat ranjangnya basah, Jungkook mengompol.
"Ahahaha... Tidak apa-apa, sayang", Jimin memeluk Jungkook, mengecup puncak kepalanya.
"Pol.. Papa.. Kookie pol...",
"Tidak apa-apa. Papa tidak marah. Papa sayang Kookie", Jimin mengecup pipi gempal Jungkook.
Jungkook mengira Jimin sang papa itu akan memukulnya karena telah mengotori ranjang, tapi ternyata Jimin malah tersenyum dan menciumnya dengan lembut. Berbeda dengan perlakuan sang mama, wanita itu memukul dan menyeretnya ke kamar mandi, menyuruhnya untuk tidur di sana. Itulah penyebab mengapa Jungkook selalu pindah tidur di kamar mandi.
TiiiNG TooooNG
Bunyi bell membangunkan Jimin yang terlelap di ranjangnya.
"Hn? Kookie?", panggil Jimin yang tidak menemukan Jungkook di sampingnya.
Dengan cepat dia menuruni ranjang dan keluar dari kamarnya.
"Astaga, Jimin! Kau tidak mengunci pintu rumahmu!", tegur Yoongi.
"Ah! Hai!", sapa Jimin tertawa masam, padahal dia tidak pernah lupa mengunci pintu rumahnya. Mengapa kali ini dia bisa lupa ya?
"Kau baru bangun? Jam berapa sekarang? Dimana Kookie ? Apa Kookie masih tidur?",
Jimin baru menyadari bahwa hari sudah siang, dia ketiduran hingga tak ingat waktu. Dan dia juga menyadari bahwa Jungkook sudah tidak ada di apartmentnya.
"Gawat!", ucap Jimin yang segera berlari keluar.
Yoongi tahu maksud Jimin, diapun ikut keluar mencari Jungkook. Jangan sampai Jungkook hilang lagi!
"Ahahaha!", Jimin dan Yoongi menghentikan langkah mereka ketika mendengar suara tawa riang Jungkook dari arah taman.
Ditelusuri jalan setapak itu dan menemukan Jungkook yang tengah berdiri berayun-ayun di ayunan. Merekapun bernafas lega.
"Papa! hyung!", sapa Jungkook.
"Hai! Kookie !", sapa Yoongi.
Jimin dan Yoongi memutuskan untuk duduk dan memperhatikan Jungkook yang sedang bermain ayunan dari kejauhan.
"Kau terlihat kacau", dengus Yoongi, tidak biasanya Jimin terlihat berantakan seperti ini. Ini sudah siang hari dan Jimin masih mengenakan piyamanya.
"Ahahaha...", Jimin meresponnya dengan tertawa masam lagi.
"Astaga! Tanganmu kenapa? Ah! Bahumu juga!", Yoongi baru menyadari luka gigitan di tangan kiri dan bahu kanan Jimin.
Yoongi menarik tangan kiri Jimin.
"Ini bekas gigitan anak-anak. Apa...", Yoongi langsung melirik ke arah Jungkook.
"Tidak apa-apa. Aku membuat Jungkook marah. Aku mengambil selimutnya, lalu dia marah dan menggigitku. Aku masih kesulitan untuk berkomunikasi dengannya. Aku tidak tahu, kapan dia lapar, mengantuk, ingin pipis ataupun buang air besar? Aku tidak tahu apa makanan kesukaannya, mainan yang diinginkannya? Terkadang dia mengajakku berbicara, tapi aku tidak mengerti apa yang diucapkannya? Aku hanya bisa mengira-ngira", curhat Jimin panjang lebar.
Yoongi mengepuk-puk puncak kepala Jimin.
"Ayo, lebih semangat Jimin! Menjadi orang tua itu tidak mudah. Tapi aku yakin kau pasti bisa menjadi papa yang baik untuk Kookie !",
"Ah~ Yoongi~", Jimin menatap Yoongi dengan terharu-haru.
Mereka berdua terlarut dalam pembicaraan lainnya. Yoongi bilang, ada kasus penculikan dan penjualan anak yang harus mereka tangani. Jimin merasa bimbang, dia harus fokus pada pekerjaannya sebagai seorang polisi, di lain sisi dia ingin meluangkan waktu untuk Jungkook.
BRaaaaK
Terdengar suara sesuatu yang jatuh. Jungkook tiba-tiba melompat turun dari ayunan yang berayun kencang, membuat Jungkook gagal mendarat. Niat Jungkook ingin menghampiri sang papa, tapi Jungkook tidak sadar bagaimana kondisinya saat itu?
"Kookie!",
"Kookie !
Teriak mereka histeris, langsung berlari melihat kondisi Jungkook yang terbaring terlungkup.
Jimin dengan hati-hati membalikkan tubuh Jungkook.
"Papa... A...", lirih Jungkook yang kesakitan menggerakkan tubuhnya.
"Astaga!", teriak Yoongi melihat tulang lengan kiri Jungkook menjulur keluar menembus kulit.
"Papa di sini sayang", bisik Jimin sambil menutup mata Jungkook dengan tangannya, dia tidak ingin Jungkook shock melihat luka mengerikan di lengannya itu.
Mereka segera membawa Jungkook ke rumah sakit.
Di rumah sakit.
Setelah dilakukan operasi perbaikan struktur tulang lengan kiri Jungkook. Dokter bilang, kondisi Jungkook baik-baik saja, tidak ada luka yang serius, selain patah tulang lengan kiri.
"Tidak seharusnya aku membiarkan dia bermain sendirian", sesal Jimin, duduk di samping Jungkook yang sedang terlelap. Sebuah gips membungkus lengan kirinya yang mungil.
"Sebaiknya kau mandi dan ganti pakaian. Kau tidak lihat, suster-suster tadi menertawakanmu?", Yoongi mencoba menghibur Jimin.
Jimin tertawa bodoh menyadari penampilannya. Dia masih mengenakan piyama.
Sesampainya di apartment, Jimin segera mandi. Dia harus bergegas kembali ke rumah sakit.
ZaaaaZ
Air hangat meluncur keluar dari shower, membasahi rambut dan tubuhnya.
Bersampo dan bersabun. Tanpa dia sadari, keran air tiba-tiba berputar ke suhu yang panas.
"Och!", teriak Jimin kepanasan pada wajah dan matanya. Tangannya meraba-raba mencari keran, tapi keran itu tidak bisa mengurangi suhu panas itu. Jimin terpaksa keluar dari bathtube. Tapi sialnya, dia terpleset dan terjatuh dengan posisi terlentang. Kepalanya dengan kuat membentur lantai. Pendengarannya berdengung, pandangannya mulai mengabur. Sebelum kesadarannya menghilang, samar-samar dia melihat siluet anak kecil yang sedang berdiri di bathtube menatapnya dingin dari atas sana. Lalu kegelapan menguasainya.
"Kookie terluka gara-gara dia! Taetae benci orang-orang yang menyakiti Kookie! ",
Tidak tahu berapa lama Jimin pingsan, ketika dia terbangun, lingkungan sekitar tampak gelap, karena hari sudah malam.
Dia mencoba untuk berdiri, menahan nyeri di pinggang, pantat dan kepalanya.
"Ceroboh sekali aku", gumannya.
Dengan tertatih-tatih dia membersihkan sisa sabun di tubuhnya. Jungkook pasti telah menunggunya di rumah sakit.
Dia tidak ingat, bahwa dia baru saja dicelakai oleh sosok tak terlihat.
Di rumah sakit.
"Papa!", seru Jungkook melihat Jimin yang baru saja datang.
Jimin mencoba berjalan biasa-biasa saja, tapi tidak bisa. Pinggang dan pinggulnya ngilu.
"Kau kenapa, Jimin?", Yoongi tahu ada yang tidak beres dengan Jimin.
"Aku terpleset di kamar mandi", bisik Jimin.
"Gah! Ceroboh sekali kau ini!",
"Ahahaha... Maaf~", Jimin tertawa garing.
"Papa! Papa! Buuumbuum!", Jungkook menunjuk mobil-mobilan yang dipegangnya, dia ingin bermain dengan Jimin.
"Teman-teman datang menjenguk. Mereka membawa baaanyak mainan dan makanan manis untuk Jungkook. Dan Jungkook sangat menyukainya"
"Ah~ aku sungguh beruntung punya kalian~", ucap Jimin.
Keesokan harinya, Jungkook sudah diizinkan pulang. Walaupun lengan Jungkook masih dibalut gips. Gips itu masih harus dipasang selama sebulan.
"puyang!", seru Jungkook ketika memasuki apartment. Bocah itu terlihat senang dalam gendongan Jimin.
"selamat datang", sahut Jimin.
"tang!", Jungkook mencoba mengikuti ucapan Jimin.
"se-la-mat-da-tang",
"selamat..tang",
"da-tang",
"da-tang"
"Hn! pulang! selamat datang!",
"puyang! selamat tang!", seru Jungkook.
Jimin tersenyum geli mendengarnya, mengajari Jungkook berbicara rasanya menyenangkan.
Jungkook turun dari gendongan lalu berlari ke kamar, menghiraukan Jimin yang menyuruhnya untuk tidak berlari.
"Taetae! Taetae!",
"Taetae?", Jimin masih belum memahami apa arti dari kata 'Taetae' yang selalu diucapkan Jungkook.
Jimin meletakkan sekantong mainan Jungkook di sofa. Memijit-mijit sejenak pinggang dan pinggulnya yang masih nyeri. Lalu menyusul Jungkook ke kamarnya, Jimin memutuskan untuk bertanya.
"Taetae itu apa, Kookie?",
"Taetae?",
"Hn. Taetae itu apa?",
"Taetae apa?", Jungkook malah balik bertanya.
"Taetae itu makanan? cake?", tebak Jimin.
"Ani!", geleng Jungkook.
Jungkook menarik tangan kanan Jimin, memaksa Jimin untuk menjulurkan jari kelingkingnya.
"Taetae!", Jungkook mengaitkan jari kelingking kanannya ke jari kelingking Jimin yang terjulur, "Taetae!",
"O, Taetae itu persahabatan", Jimin senang memperoleh jawaban dari pertanyaan yang membuatnya penasaran, "Taetae!"
Jungkook tersenyum lebar.
"Taetae!", seru Jungkook sambil menunjuk ke belakang Jimin.
"Eh?", Jimin terbelalak, segera dia menoleh ke belakang, namun tidak ada siapapun di sana.
Jungkook masih menatap ke belakang Jimin sambil tersenyum-senyum.
"O, Kookie mengerjai papa ya. Rasakan ini! RoaaaaR~", Jimin melancarkan serangan kelitikan ke perut Jungkook.
"Ahahaha.. Papa..geli..geli...",
Di belakang Jimin, tampak Taehyung memandang sendu atas keakraban Jimin dengan Jungkook.
"Kookie sudah tidak sayang Taetae lagi ",
Aura kemerahan menyelimuti tubuh Taehyung. Aura itu membuat kaca jendela di dekatnya pecah.
PRaaaaNG!
Jimin menghentikan aksinya mengelitiki perut Jungkook. Menyuruh Jungkook untuk tidak turun dari ranjang, sementara dia memeriksa penyebab kaca jendela pecah.
Tidak ada batu atau sesuatu yang bisa membuat kaca jendela itu pecah terkena lemparan dari luar. Lalu? Apa penyebabnya?
"Mungkin memang sudah harus diganti", guman Jimin mencoba untuk berpikir realistis.
Jimin berbalik dan melihat Jungkook tengah membeku, matanya terbelalak memandangi sesuatu di samping Jimin.
"Kookie, ada apa?", Jimin mulai merinding, dia dapat merasakan hawa mencekam di sampingnya, tapi dia tidak bisa melihatnya, apa Jungkook melihatnya?
Ya, Jungkook bisa melihatnya. Taehyung tercengir padanya, memerkan gigi taringnya yang panjang, bola mata hazel itu telah beubah menjadi merah darah, aura kehangatan dulu juga berubah menjadi aura kemarahan. Wajah Taehyung berubah menjadi monster yang menakutkan.
"Ta...e...",
"Kookie jahat! ", Taehyung mulai mengarahkan cakarnya yang tajam ke arah Jimin.
"ANI! Taetae! ANI!", teriak Jungkook sekuat mungkin.
Jimin berlari memeluk Jungkook yang terus berteriak.
"Ani! Ani!",
"Hn! Papa di sini, sayang. Papa di sini, jangan takut",
Jungkook menarik kemeja Jimin dengan erat, dia tidak ingin Taehyung melukai papanya.
"Taetae..ani..ani..", isak Jungkook ketakutan, tubuhnya dingin dan bergetar, "Papa..Kookie..",
"Hn, papa di sini, Kookie",
Sejak kejadian itu, Jungkook selalu menempel di dekat Jimin. Kemanapun Jimin pergi, dia selalu ikut. Saat tidak menemukan Jimin, dia akan menjerit dan menangis sekuat mungkin hingga sang papa kembali. Dia bahkan menghiraukan panggilan Taehyung yang terus memanggil-manggil namanya.
"Kookie, papa senang jika Kookie dekat dengan papa, tapi papa tidak bisa membiarkan Kookie terus bergantung pada papa, karena masih ada banyak orang yang mau berteman dengan Kookie. Kookie harus tumbuh menjadi anak yang mandiri. Bagaimana jika papa tidak ada lagi? Apa Kookie...", nasihat Jimin pada Jungkook terpotong karena seseorang memukul kepalanya.
"Jangan membuat Kookie keheranan!", ketus Yoongi, sang pelaku.
Yoongi tersenyum dan memberikan setangkai lollipop pada Jungkook.
"hyung! go...wo?", Jungkook mencoba mengingat kata yang tepat.
"gomawo", ucap Yoongi membenarkan.
"gomawo! hyung, gomawo!",
Yoongi mengusap-usap puncak kepala Jungkook, tersenyum geli melihat Jungkook dengan semangat menjilati lollipopnya.
"Untukku tidak ada?", cibir Jimin memcoba terlihat imut di hadapan Yoongi.
Yoongi mengeluarkan sebuah ponsel dari saku roknya. Ponsel itu milik Jimin.
"gomawo, hyung!", Jimin meniru gaya bicara Jungkook.
Sekali lagi, Yoongi menghadiahi kepala Jimin dengan sebuah pukulan.
"Tidak kusangka kau mau mengambilkannya untukku", Jimin mengecek email dan panggilan masuk di ponselnya.
"Aku tahu kau sangat sibuk, jadi aku hanya membantu sedikit",
Dia tidak sibuk, hanya saja dia terlalu fokus pada Jungkook sehingga dia mudah mengabaikan tugas utamanya. Beruntung dia punya partner seperti Yoongi.
"Kau sudah banyak membantuku",
"Tentu! Traktir aku minum!",
"gomawo, hyung!",
"Whatever!", rolling eyes.
"Ah!", Jimin teringat sesuatu, "Kau tidak merasakan hal mistik di rumah itu?",
"Tidak ada",
"O, begitu...",
"Hanya saja, namjoon dan hoseok pernah mencoba menghubungi ponselmu, mereka tidak tahu bahwa ponselmu tertinggal di rumah itul,
"Lalu?",
"Panggilan terjawab, mereka mendengar suara geraman. hoseok takut lalu mematikan ponselnya. Kalau namjoon, dia memarahimu agar berhenti bercanda, dia tidak takut dengan lelucon itu. Saat aku menjelaskan semuanya, barulah mereka tahu bahwa bukan kau yang mengerjai mereka",
Jimin mendadak merinding.
"Ada sesuatu di rumah itu",
"Hn. Mungkin saja itu arwah...", Yoongi melirik ke arah Jungkook yang sibik menjilati lolliponya, Jungkook berhenti menjilat ketika Yoongi dan Jimin menatapnya.
"Hn?", Jungkook memiringkan kepalanya.
"Jangan biarkan Kookie main ke sana lagi", pesan Yoongi.
"Doremipapupupu buuh~", Jungkook meniup busa sabun yang memenuhi bathtube. Sebuah plastik melindungi gips di lengan kirinya agar tidak basah terkena air.
Dari dapur, Jimin tersenyum geli mendengar senandung Jungkook. Jimin sedang membuat makan malam. Sambil menungguh air mendidih, dia memikirkan tentang masa depan Jungkook.
Jika Jungkook sudah bisa beradaptasi, Jimin berencana untuk menyekolahkannya. Di sekolah, Jungkook pasti bisa berteman dengan anak-anak seumurannya. Dan telebih lagi, Jungkook pasti pintar berbicara, Jimin sudah tidak sabar mendengar celotehan Jungkook.
BLaaaaM
Tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup dengan kuat. Membuat Jimin tersentak dari imajinasinya.
"Kookie?",
"PAPA!",

TBC

TaeTaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang