Jimin menemukan Jungkook dalam keadaan tidur meringkuk di balik pintu darurat. Kondisi tubuh yang lecet dan kotor.
"Ommo, apa yang terjadi dengan anakku?",
Yoongi datang menjenguk Jungkook. Karena kaki Jungkook masih sakit dan tidak bisa banyak jalan, Jungkook hanya bisa duduk di ranjang.
Yoongi membawakan boneka beruang untuk Jungkook, tetapi Jungkook menolaknya kasar.
"Ani! Kookie ada Taetae!", tolak Jungkook langsung bersembunyi di dalam selimut.
"Taetae? Ah! Mungkin itu nama boneka kelincinya", pikir Yoongi sotoy.
"Kookie tidak suka Mr. Bearie?", tanya Yoongi sengaja berekspresi cemberut walau Jungkook tidak melihatnya.
"Kookie ada Taetae!",
"Mr. Bearie tidur di samping Kookie untuk menjaga Kookie dan berkumpul bersama Mr. Bunny",
"Bunny?", Jungkook teringat dengan boneka kelincinya yang telah dihanguskan Taehyung.
"Kookie tidak perlu Bunny", bisik Taehyung sambil tersenyum mengusap pipi gempal Jungkook.
"Mr. Bunny? Where are you?", Yoongi mengintip bagian kaki Jungkook yang tertutup selimut. Betapa terkejutnya dia melihat 2 pasang kaki anak kecil di dalam sana. Untuk memastikan bahwa dia salah lihat, Yoongi menarik jauh selimut yang menutupi seluruh tubuh Jungkook. Hanya ada sepasang kaki milik Jungkook.
"Huf~ Rabunku bertambah parah!", Yoongi mengusap-usap matanya.
Jungkook telah tertidur. Jimin menyuruh Yoongi untuk tidak pulang dulu, karena ada sesuatu yang ingin diceritakannya pada Yoongi.
"Ne, Yoongi. Apa kau pernah diusik...hantu?", tanya Jimin ragu-ragu. Dia tidak ingin Yoongi mengejeknya penakut dan menertawakannya.
"Tidak pernah. Selama kita tidak mengusik, mereka juga tidak akan mengusik kita",
"Tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh, mengusikku dan juga Jungkook",
Jimin menceritakan insiden pintu kamar mandi yang tiba-tiba terkunci, Jungkook yang pernah tenggelam, hingga kejadian yang membuat kaki Jungkook cidera.
"Kau membuatku merinding!", Yoongi meninju pelan pundak Jimin, "Apa kau tidak merinding?",
"Saat itu yang kupikirkan adalah Jungkook, tidak ada rasa takut sedikitpun. Tapi setelah menceritakannya padamu, aku jadi merinding",
Yoongi menyarankan agar Jimin ke kuil untuk berdoa minta perlindungan dan juga pembersihan dari pendeta kuil.
Di kuil.
"Ani! Kookie tidak mau ke sana! Ani, papa! Ani!", teriak Jungkook yang menolak untuk masuk ke kuil.
"Tidak apa-apa, Kookie", bujuk Jimin.
"Ani! Taetae tidak suka! Ani!", Jungkook memukul wajah Jimin, membuat orang-orang di sekitar memperhatikannya.
Jimin tersenyum lembut menanggapi pemberontakan Jungkook.
"Jika Kookie mau ke sana, nanti papa belikan permen. Mau?", tawar Jimin.
"Whoo! Permen!", mata Jungkook langsung berbinar-binar.
Jimin tahu bahwa Jungkook sangat menyukai permen, dan Jungkook tidak mungkin menolaknya.
Jungkook tampak berpikir, kepalanya menoleh ke samping kanannya. Ada sesuatu di sampingnya.
"Taetae, Kookie mau permen", bisik Jungkook pelan yang membuat kening Jimin mengerut keheranan. Jungkook sedang berbicara sendiri, dengannya atau dengan...Taetae? Siapa itu Taetae?
Jungkook menggeleng kuat.
"Ani!", tolak Jungkook keras.
"Kookie tidak mau permen?",
"Ani! Papa! Ani! Pulang! Pulang!", Jungkook berniat memukul wajah Jimin lagi. Dengan sigap, Jimin menangkap tangan mungil itu, lalu mencium punggung tangan Jungkook.
"Hn. Baiklah, kita pulang",
Jimin akhirnya mengalah dan membawa pergi Jungkook dari kuil. Dari tingkah Jungkook, Jimin menyadari bahwa ada sesuatu di samping Jungkook.
Taetae.
Sosok yang tidak bisa dilihatnya, tetapi Jungkook bisa.
"Mereka meninggal karena sakit, kecelakaan ataupun dibunuh. Mereka yang belum menyadari atau tidak menerima bahwa mereka telah meninggal, akan menjelma menjadi roh gentayangan. Mereka gentayangan karena ada keinginan yang belum dituntaskan di dunia manusia. Bisa juga karena ada kerabat yang tidak rela melepas kepergian mereka, sehingga muncul keterikatan dan kemelekatan antara yang hidup dengan yang sudah mati. Jika seperti ini, mereka tidak bisa berreinkarnasi",
Di ruang tengah, Jimin sedang membaca artikel tentang dunia mistik dari laptopnya. Sedangkan Jungkook sedang asyik bermain dengan Taetae di kamar. Jimin mengira Jungkook sudah tidur.
"Whuoo! Taetae hebat! Taetae hebat!", seru Jungkook sambil berlompat-lompat di atas ranjang dan bertepuk tangan sekuat mungkin. Jungkook terpukau melihat sebuah selimut putih melayang-layang terbang mengitarinya. Taehyung, sosok di dalam selimut itu tersenyum puas karena telah membahagiakan Jungkook.
Mendengar kegaduhan, Jimin segera berjalan cepat menuju kamar.
"Ahaha... Taetae kejar!",
Jimin mendengar Jungkook menyebut 'Taetae'. Dengan rasa penasaran, Jimin memutar knop pintu kamar dengan pelan dan mulai mengintip kegiatan Jungkook.
Jungkook sedang tertawa sambil berlari-lari membentuk lingkaran, di belakangnya tampak sebuah selimut yang melayang-layang mengejarnya. Itu membuat Jimin terkejut sekaligus merinding.
"Taetae kejar! Kejar Kookie!",
"Apa itu Taetae yang dimaksud? ", pikir Jimin.
Rasa penasaran mengalahkan semua ketakutannya. Jimin mendorong pintu dan langsung berlari memeluk Jungkook, menjauhkan diri dari sosok yang bersembunyi di dalam selimut.
Saat Jimin berbalik, selimut itu telah tergeletak di lantai. Tidak ada tanda seseorang bersembunyi di sana.
"Yang barusan itu apa, Kookie?",
Jungkook melirik ke belakang Jimin, kemudian dia menggeleng. Jimin merasa ada sesuatu di belakangnya.
"Apa itu Taetae?", tembak Jimin.
"Ani!",
"Lalu Kookie bermain dengan siapa barusan?",
"Ani!",
Jimin membelai rambut Jungkook, tersenyum lembut padanya.
"Papa juga ingin berteman dengan Taetae. Kookie tidak ingin mengenalkannya pada papa?",
"Whoo! Papa teman Taetae?", Jungkook salah mengartikan ucapan Jimin.
"Hn. Papa ingin bertemu dengan Taetae",
Jungkook kembali melirik ke belakang Jimin.
"Apa Taetae di belakang papa?",
"Hn!", angguk Jungkook yang membuat Jimin mematung.
Dengan gerakan patah-patah, Jimin menoleh ke belakang.
Tidak ada seorangpun. Apa Jungkook membohonginya?
"Kookie dan papa, teman Taetae!", Jungkook tersenyum memandangi Taehyung yang berdiri di belakang Jimin.
Tingkah Jungkook membuat Jimin ketakutan. Segera dia menggendong Jungkook dan membawanya keluar dari kamar.
Di ruang tengah.
Jimin membaringkan Jungkook di pangkuannya. Mereka terpaksa tidur di sofa, karena Jimin mengira kamarnya berhantu.
"Sejak kapan Kookie berteman dengan Taetae?", tanya Jimin membelai rambut Jungkook.
Jungkook memiringkan kepalanya, dia tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan Jimin.
"OK", Jimin mencari pertanyaan lain.
"Siapa itu Taetae? Mengapa papa tidak bisa melihatnya?",
Jungkook menunjukkan jari kelingking kanannya.
"Taetae! Teman Kookie!", ucapnya sambil tersenyum polos.
"Teman?",
"Hn!",
"Sekarang, Taetae dimana?",
Jungkook bangkit dari pangkuan Jimin, mengedarkan pandangannya di sekitar. Pandangannya tertuju di lorong depan kamar mandi dan kamar.
Di sana tampak Taehyung sedang berdiri, jari telunjuknya menempel di bibir, memberi isyarat pada Jungkook untuk tidak banyak bicara.
"tidak boleh!", Jungkook menutup mulutnya.
Itu membuat Jimin semakin yakin, bahwa Taetae itu benar-benar ada tapi tidak terlihat. Hanya Jungkook yang bisa melihatnya, tetapi Jungkook tidak mau jujur padanya.
Sudah tengah malam, Jungkook sudah tidur, tetapi Jimin masih terjaga. Dia tidak bisa tidur, karena penasaran dengan sosok Taetae bergentayangan di pikirannya.
Saat hendak menuju kamar mandi, dia dikejutkan dengan sosok bocah laki-laki berambut pirang jabrik. Jimin nyaris melompat melihat sosok yang tiba-tiba muncul itu.
"kau, Taetae?",
Sosok itu tertunduk diam.
"Kau Taetae yang dimaksud Kookie?",
Masih diam.
Jimin mencoba untuk berbicara pelan dengannya. Ini pengalaman pertama baginya berbicara dengan hantu. Dia tidak boleh takut, karena menurut artikel yang dibacanya tadi bahwa rasa takut adalah makanan bagi roh gentayangan. Semakin besar rasa takut, semakin kuat keberadaan mereka.
"Ti, tdak seharusnya kau berteman dengan Kookie. Dunia kalian berbeda. Aku akan mendo...",
BLaaaaM
Pintu kamar terbanting kuat.
"Jangan rebut Kookie! ", sosok itu memamerkan bola mata merahnya yang menyeramkan, membuat Jimin teringat dengan mimpi buruknya dulu.
"Papa?", panggil Jungkook terbangun.
Jimin menoleh ke belakang dan melihat Jungkook berdiri sambil mengucek-ngucek matanya. Saat dia menoleh ke depan, sosok bocah menyeramkan itu telah lenyap.
Ini bukan mimpi!
Jimin terpaksa menitipkan Jungkook pada Yoongi, dia akan mencari tahu siapa itu Taetae? Dia sudah bisa membayangkan sosok Taetae.
Penyelidikan dimulai dari bertanya pada warga yang tinggal di sekitar rumah Jungkook. Tidak ada seorangpun yang mengetahui ada bocah laki-laki berambut pirang bernama Taetae di area ini.
Jimin tidak berhenti mencari tahu. Dia mengunjungi rumah kepala kompleks untuk bertanya tentang penghuni rumah sebelum keluarga Jungkook.
Dia menjelaskan bahwa rumah tua yang tidak berpemilik itu memang sering bergonta-ganti penghuni. Mereka tidak betah tinggal, lalu pergi begitu saja. Sejak berita meninggalnya Luhan -mama Jungkook-, desas-desus mulai menyebar, rumah itu berhantu sehingga tidak ada yang berani mendekati ataupun menempatinya lagi.
"Sepertinya aku harus masuk ke sana", Jimin tersenyum getir memandangi rumah angker yang disegel dengan pita kuning polisi.
Jimin telah berada di dalam rumah. Beruntung ini adalah tengah hari, sehingga terik sinar matahari menerangi isi ruangan.
"Mereka tidak akan muncul di cuaca yang terik ini", asumsi Jimin yang salah. Setidaknya asumsi itu bisa menghilangkan rasa takutnya.
KRiiiieeeeT
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
"Itu angin", guman Jimin yang mencoba berpikir realistis.
KRiiiieeeeT
Pintu itu terbuka lebar, seolah-olah menyuruh Jimin untuk masuk.
Jimin merasa janggal dengan kamar mandi itu. Dia menemukan Jungkook di sana. Pengalaman memeluk hantu pertama kalinya juga di sana. Pernah bermimpi tentang kamar mandi itu juga, dan bertemu dengan sosok Taetae.
Jimin memberanikan diri untuk melangkah menuju kamar mandi itu. Kamar mandi ini tidak begitu gelap. Ruangan kosong yang kecil, tidak ada petunjuk.
Saat Jimin hendak keluar dari sana, tiba-tiba muncul sebuah siluet perempuan yang menghalang di pintu keluar. Jimin membeku seketika, kakinya tidak bisa bergerak mundur, mulutnya juga tidak bisa berteriak, bulu kuduknya merinding.
Siluet perempuan itu menunjuk ke arah kaki Jimin. Dengan gerakan patah-patah Jimin menundukkan kepalanya, melihat lantai yang dipijaknya.
"Ada apa dengan lantai ini? ", pikir Jimin keheranan.
Jimin menaikkan kepalanya, tetapi siluet itu telah lenyap.
"Petunjuk?",
Jimin langsung memeriksa lantai itu. Mengetuk-ngetuk lantai. Suara yang dihasilkan berbeda-beda. Ada yang aneh dengan lantai itu. Ada sesuatu terkubur di bawah sana.
Setelah setengah jam lebih menggali, Jimin menemukan tulang-belulang yang dibungkus dengan kain putih yang usang.
"Apa ini Taetae?",
Jimin berniat membawa tulang-belulang itu untuk diselidiki. Tiba-tiba sosok Jungkook muncul menghadangnya.
"Kookie, mengapa ke sini? Dimana Yoongi-hyung?",
Jungkook berlari dan langsung menendang-nendang kaki Jimin.
"Jangan bawa Taetae! Kembalikan! Kembalikan!", teriak Jungkook marah.
Ternyata dugaan Jimin benar, tulang yang dipeluknya itu adalah Taetae.
"AKH!", Jungkook menggigit lengan Jimin.
"Kookie, ini papa",
Jungkook enggan melepaskan gigitannya.
Sambil menahan sakit, Jimin membawa paksa Jungkook keluar dari rumah.
Jungkook melepaskan gigitannya, dia melompat dan menerjang tubuh Jimin hingga terjatuh. Bocah itu menggigit lehernya lagi.
"Kookie, tenanglah. Ini papa!",
"GRrrr", geram Jungkook, bocah itu marah, sangat marah.
Melihat penganiayaan itu, orang-orang sekitar datang membantu.
"Kembalikan! Taetae Kookie! Kembalikan!", teriak Jungkook.
Jimin menghubungi temannya untuk meminta bantuan.
Berdasarkan hasil forensik, tulang-belulang itu adalah milik seorang bocah laki-laki yang bernama Kim Taehyung. Taehyung adalah korban penculikan anak yang terjadi 20 tahun silam.
Pihak kepolisian tidak menindak-lanjuti kasus ini, karena kasus ini telah dinyatakan kadaluarsa. Dan pihak keluarga Kim, telah mengikhlaskan kepergian Taehyung. Mereka tidak ingin mengingat kejadian pahit itu.
Sejak Taehyung dimakamkan, tidak ada kejadian aneh di apartment Jimin, Jungkook juga tidak pernah melihat Taehyung lagi. Meskipun begitu, bocah itu tidak akan pernah melupakan teman pertamanya itu.
"Jangan bawa Taetae...hiks...hiks.. Kembalikan Taetae Kookie", isak Jungkook yang tak kunjung berhenti menangis. Mata Jungkook telah memerah dan membengkak.
Jimin memeluk Jungkook, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena Jungkook terus menangis dan tidak mau makan. Anak itu mulai sakit-sakitan.
"Taetae akan bahagia di sana", Jimin mengecup dahi Jungkook.
"Kookie mau Taetae! Kembalikan Taetae!", Jungkook memberontak lagi, dia mendorong Jimin lalu berlari dan duduk di sudut ruangan.
"Taetae dimana? Hiks..hiks..",
Yoongi datang menjenguk Jungkook, setelah mendengar Jimin stress karena Jungkook masuk rumah sakit. Jimin takut, Jungkook akan pergi meninggalkannya.
"Taraaah! hyung datang bawa permen yang baaanyak untuk Kookie!", Yoongi memamerkan sebungkus plastik berisi permen warna warni berbagai bentuk.
Jungkook diam menatap ke luar jendela, dia tidak tertarik dengan makanan kesukaannya itu.
"Kookie ci...", lirih Jungkook pelan.
"Ci?", Yoongi memiringkan kepalanya.
"Ci...",
"Benci?",
"Jahat...",
"Jahat? Siapa yang jahat? Nanti hyung jewer!",
"Ci...", ulangnya lagi.
"Kookie tidak boleh berkata seperti itu. Kita semua sayang Kookie kok", Yoongi mencubit gemas pipi Jungkook yang tidak segempal dulu.
"Ani...", setetes air mata turun dari sudut mata Jungkook. Dia merasa bahwa perkataan Yoongi adalah kebohongan, tidak ada yang menyayanginya, tidak ada yang mengerti perasaannya. Dia hanya ingin Taetae, bukan yang lain.
"Apa yang harus aku lakukan?", lirih Jimin.
Jimin tidak bisa tidur karena memikirkan Jungkook. Kondisi Jungkook semakin melemah, muntah saat makan, dia tidak menangis lagi, melainkan diam dan melamun. Jimin rindu dengan suara Jungkook yang memanggilnya 'papa', rindu dengan tawa canda Jungkook.
"Maafkan papa", Jimin jadi menyesal telah memisahkan Jungkook dari Taehyung.
Seorang bocah laki-laki berambut coklat menyelinap masuk ke kamar tempat Jungkook dirawat. Dengan cueknya bocah itu mengambil permen yang terletak di meja dan memasukkannya ke saku celananya.
"Permenmu banyak sekali. Kau harus membagiku juga!",
Jungkook menatap lemah pada bocah itu, dia terlalu lemah untuk berbicara.
Bocah itu menyodorkan sebatang lollipop untuk Jungkook.
"Namaku Yugyeom! Ayo kita berteman!",
Bocah bernama Yugyeom itu meraih jari kelingking Jungkook dan mengaitkannya dengan jari kelingkingnya.
"Sekarang, aku temanmu! Kau tidak sendirian lagi", meskipun Yugyeom berbadan lebih besar, tetapi dia bisa tersenyum bersahabat di hadapan Jungkook.
Kejadian ini, sama seperti kejadian pertemanan Jungkook dengan Taehyung. Itu membuat Jungkook tersenyum kembali mengingatnya.
Kehadiran Yugyeom, membuat kondisi Jungkook kian membaik. Jimin sangat bersyukur dan berterima kasih pada teman-temannya, terutama pada Jin, selaku orangtua Yugyeom.
Hanya saja, Jungkook masih tidak mau berbicara dengan Jimin.
"Tenang. Semuanya butuh proses", hibur Yoongi, yang terus memberi dorongan pada Jimin.
Seminggu kemudian.
Jungkook sudah keluar dari rumah sakit.
"Kookie harus makan yang banyak, biar gemuk! Jika Kookie gemuk, papa semakin gemas memelukmu!", Jimin memberi jatah telur mata sapinya untuk Jungkook.
Jungkook menatap telur mata sapi pemberian Jimin.
"A..",
"Ya?",
"Gomawo, papa", ucap Jungkook menunduk.
Jimin tersenyum bahagia, akhirnya Jungkook mau berbicara dengannya.
Keesokan pagi harinya.
"Lho? Kookie mau kemana?", tanya Jimin melihat Jungkook sudah berpakaian rapi dan menggendong tas ransel di punggungnya.
"Piknik!",
"Bersama yugyeom?",
"Piknik!", ulang Jungkook.
"Boleh papa ikut?",
"Ani!", tolak Jungkook.
Jimin memasang wajah cemberut, itu membuat Jungkook tertawa kecil dan langsung melompat memeluk pinggangnya.
"Papa tidak boleh ikut! Kookie pergi sendiri!",
"Hn! Baiklah! Tunggu sebentar ya, papa akan menyiapkan bekal untuk Kookie dan juga Yugyeom",
Jimin melepaskan diri dari pelukan Jungkook, segera dia melenggang ke dapur untuk membuat bekal.
"Ops!", Jimin nyaris terjatuh saat Jungkook tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Kookie sayang papa!",
"Hn! Papa juga sayang Kookie!", Jimin mencium pipi gempal Jungkook, dan Jungkook membalas mencium pipi Jimin.
Jimin merasa hatinya berbunga-bunga. Dia adalah orang tua yang paling bahagia sedunia.
"Kookie, bekalnya sudah siap! Jangan lupa untuk membagikannya pada yugyeom, ya! Makan yang banyak, biar kalian cepat be...", ucapan Jimin terputus saat melihat pintu apartmentnya terbuka kecil. Dia juga tidak menemukan Jungkook di ruang tengah.
"Kookie?", panggil Jimin setengah berteriak.
Tidak ada sahutan, Jimin mencarinya di kamar mandi dan kamar. Tetapi dia tidak menemukan sosok Jungkook. Hanya ada selembar kertas bergambar di atas ranjang.
Sebuah gambar 2 bocah berambut kuning dan hitam yang saling berpegangan tangan, sebuah garis melengkung ke atas-seperti sedang tersenyum- menghiasi wajah mereka, dengan latar berteduh di bawah sebuah pohon yang besar.
"Taetae Kookie piknik ", sebuah kalimat tertera di sana, yang ditulis sendiri oleh Jungkook.
Gambar itu membuat lutut Jimin lemas dan terjatuh.
"Tidak!", teriak Jimin histeris hingga menangis.
3 jam kemudian, Jungkook ditemukan tergeletak tak bernyawa di makam Taehyung. Wajahnya yang pucat tampak tersenyum, seperti sedang bermimpi indah.
Penyebab kematiannya adalah hipotermia.
Ada baiknya yang telah pergi, harus diterima dan diikhlaskan, sehingga tidak menimbulkan keterikatan.
Meskipun Taehyung telah pergi dengan tenang, tetapi Jungkook masih tidak bisa melepas kepergiannya. Jungkook ingin selamanya bersama Taehyung, karena Taehyung adalah orang yang paling berharga bagi Jungkook. Lebih berharga dari sang papa atau siapapun.The End
KAMU SEDANG MEMBACA
TaeTae
FanfictionRe-publish dari Ff karya Gatsuaki ipeh di FFN dengan judul NARU Cast: Park Jimin with Chibi Kookie and Chibi Tae Cerita real milik Kak Gatsuaki Ipeh, hanya cast nya saja yg diganti