# Why do you love me? #
Rai mengelap keringetnya terus menerus saat panas matahari sudah membakarnya, ia kembali hormat menghadap bendera merah putih yg sudah dikibarkan pagi tadi.
Ia masih merutuki dirinya yang lupa memasang weeker agar ia bisa bangun pagi. Seharusnya jika ia memasangnya weeker, mungkin ia tidak akan terlambat dan kena hukuman seperti ini. Apalagi, ia dihukumnya sendirian saja tanpa ada yg menemani.
Dikejauhan, seorang gerombolan laki laki tengah menatap Rai dari arah lapangan basket, mereka habis berlatih basket untuk tanding yg diadakan dua hari lagi.
"Al, kasian noh ayang beb kepanasan, kasih minum dongg. Elah, gapeka bat," Ledek Theo sambil menyenggol nyenggol lengan Aldrian.
Putra pun ikut ikutan, "iya tuh Al, kasian tuh Rai kena panas kasih minum kek, temenin kek, ntar diduluin Varo baru tau rasa. " godanya yg ikut ikut menyenggol lengan Aldrian.
Aldrian yg sebal digodai sahabat sahabatnya mulai menyentakkan tangan kedua sahabatnya sebal, "Bacot anjing. "
"Uuuu, Abang Al sudah marahhh, takutt sekali. " ledek Putra lagi.
Dimas yg sedari tadi diam, mulai angkat bicara, "Al, kayaknya dikit lagi Rai mau pingsan deh. Liat aja tuh badan nya udh goyang goyang, kayak goyang dumang. "
"Eh iya bener, dia udh kayak make sepatu heels sebelah, kakinya sebelah turun naik turun naik. " timbrung Putra yg ikut melihat Rai.
"Satu. "
Aldrian mulai bangkit tanpa sepengetahuan sahabat sahabat nya yg masih fokus menghitung detik pingsan Rai.
"Dua. "
Dan ia mulai berjalan mendekat.
"Tiga, kok ga pingsan pingsan--"
Rai jatuh pingsan dipelukan Alvaro. Bukan Aldrian.
"Loh kok Alvaro yg dpt? Yah, Aldrian kalah cepet nih. " sungut Theo yg menyaksikan Alvaro mengangkat tubuh Rai menuju UKS. Sedangkan Aldrian menatap keduanya datar, lalu mulai berbalik menuju kelasnya.
Lo kalah cepat kali ini Aldrian.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, itu bertanda bahwa murit murit SMA Budi Pelita sudah diharuskan pulang untuk beristirahat dan kembali pada esok hari.
Namun, berbeda dengan Raisa. Perempuan itu kini masih berbaring lemah tak berdaya di kasur UKS karna memar merah yg diakibatkan alergi sinar matahari.
"Udah jam 4 lebih, aku pengen pulang!" rengeknya pada diri sendiri.
Ia merutuki dirinya karna ponselnya yg lagi lagi mati mendadak. Wajar saja jika ponselnya sering begitu, karna ia sudah menggunakannya kurang lebih 3 tahun.
Tetapi, akhirnya ia berterima kasih kepada Tuhan, karna sudah mengirimkan seseorang yg kini tengah bersandar di pintu UKS.
"Aldrian! "
Ya. Laki-laki itu adalah Aldrian. Laki laki yg mampu membuat Anintya Raisa Berlt jatuh hati padanya selama setahun.
"Akhirnya kamu dateng. Tolong anterin aku pulang ya?!" ucap Rai antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why do you love me?
Non-FictionPemeran utamanya Raisa Anintya Berlt. Lalu, siapa pemeran keduanya yg mencintainya bertahun-tahun? Alvaro atau Aldrian? Atau bisa saja bukan keduanya?