Three.

19 3 0
                                    

Selepas aksi tonjok menonjok antara kaka kelas dan adik kelas, antara Alvaro dan Aldrian. Rai tidak bersemangat dikelas, ia selalu dihantui kejadian tadi yg membawa bawa namanya. Belum lagi, sorakan sorakan dari kaka kelas dan teman seangkatan kelas lain yg meledeki nya pake dukun, kecentilan, dan sok suci.

Ia bahkan tidak tahu permasalahan mereka hingga membawa bawa dirinya. Yg ia tahu, Alvaro menyukainya dan Aldrian tidak menyukainya. Lantas, mengapa bertengkar?

Tidak mungkin mereka mem-prebuti perempuan seperti Rai. Bahkan Rai sendiri sadar bahwa dirinya tidak layak untuk keduanya. Ia merutuki kebodohannya yg menyukai Aldrian dan membiarkan Alvaro tahu siapa yg ia sukai saat ini.

Helaan nafas Rai terdengar lagi. Hal itu membuat Cayla yg berada disampingnya dari tadi menatap Rai dengan pandangan Iba. Ini semua adalah salahnya. Kalo saja tadi ia tidak bilang kepada Abangnya untuk memperjuangkan Rai kalo dia menyukainya, mungkin kejadian tadi tidak terjadi.

"Rai, gue minta maaf. " ucapan Cayla terlihat gugup.

Rai lantas mendongak, menatap Cayla dengan pandangan bingung dan bertanya. Apalagi saat melihat muka sedih milik Cayla. Ia merasa sahabatnya tidak waras saat ini.

"Maaf untuk apa? "

"Coba aja gue ga bilang ke Bang Varo kalo dia suka sama lo ya perjuangin bukan mau dapet enak. Pasti mereka sekarang gaakan berantem kayak tadi. Gue bener bener minta maaf. " sesalnya karna lagi lagi kejadian sebelum berangkat tadi ia sempat berbicara seperti itu pada Alvaro, Abangnya.

Rai tersenyum, "Kamu gak salah La. Aku yg salah, karna udh biarin Kak Alvaro tau kalo aku suka sama Aldri. Apalagi Kak Alvaro rival Aldri. "

"Gue yg salah Rai. "

"Enggak aku yg salah. "

Cayla mengelus punggung Rai, "Udh, gaada yg salah diantara kita. Salah mereka yg kekanakan, hahahaha. "

"Gaada yg salah kata lo? "

Rai memejamkan matanya, ia tau itu suara siapa. Perempuan yg selalu mengatakan dirinya ank pungut itu kini berjalan mendekat kemeja Rai dan Cayla. Tatapannya sinis kearah Rai, hal itu membuat Cayla khawatir jika sahabatnya mau di apa apain sama perempuan itu.

"Lo selalu punya banyak cara untuk cari perhatian satu sekolah. " ucapan nya sangat menohok hati Rai, namun ia tetap memejamkan matanya sampai akhirnya perempuan itu menarik Rai keluar. Mau tak mau, Rai harus ikut dengan nya karna tarikan nya yg cukup kencang.

Cayla melihat itu, tidak tinggal diam. Ia memanggil Ola dan Regia untuk membantu Rai yg akan di bully Vanessa.

Ola mendengar aduan Cayla lantas refleks menggebrak meja. Ia mulai menyuruh satu kelas nya membantu Rai yg akan di bully Vanessa.

Kelas Rai berbondong bondong mengikuti Cayla, Ola, dan Regia menuju lapangan volly dibelakang tempat biasa Vanessa membully Rai.

Sudah diliat dari kejauhan Vanessa yg menyiram tubuh Rai menggunakan air kran yg tadi diambil Bila pembokat Vanessa. Rai tidak membalas, ia menunduk diam.

Ola geram, ia menyaksikan saat Vanessa menertawai Rai dan menyiram air lagi dua kali. Dan Rai sama sekali tidak membalasnya. Banyak yg melihatnya kasian, sedih, bahagia, dan sinis, bahkan ada yg tertawa melihat itu.

Ola mulai berjalan kearah Vanessa dan mulai menarik baju Vanessa. Dengan emosi yg meletup letup, ia menonjok muka Vanessa dengan tangan kosong nya. Semua yg melihat itu menatap Ola kaget dan tak percaya. Bahkan Cayla dan teman sekelasnya melongo.

Nafas Ola naik turun, ia menatap Vanessa yg sudah berlumuran darah di hidung dan bibir penuh benci. Baru saja Ola akan menonjok Vanessa lagi, Rai menahan nya dan memasang tampang memohon. Matanya sudah dibasahi air mata saat melihat Vanessa yg ditonjok oleh Ola.

Why do you love me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang