SATU

42 1 0
                                    

"Aku berangkat!"

"Hei, kau tidak sarapan lagi?"

"Aku sudah telat, Bu ..."

"Ah, kau selalu bangun kesiangan dan susah dibangun–!"

Nami segera memakai sneker dan menutup pintu hingga suara ibu hanya terdengar sayup-sayup. Dia lantas menggeser gerbang dan berniat berangkat, tapi langkahnya terhenti saat menoleh ke arah kiri. Dia mengernyit.

Apa rumah kosong di samping rumahnya—ah, maksud Nami itu sebenarnya rumah sahabatnya—akan dihuni orang baru. Sebuah mobil membawa perkakas baru. Mungkin ibu yang mengenakan baju safari di dekat mobil itu yang akan menghuninya. Nami mendesah, mendadak dia rindu sahabat yang justru pergi setelah kelulusan, lalu tinggal di Malaysia.

Nami mengerjap, lalu pandangannya teralih ke bawah dan tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul 07:17. Tidak mungkin! Batin Nami yang langsung berlari.

Sambil ngos-ngosan dan cemas, dia terus berbicara dalam hati, kamu harus beruntung kali ini Nami!

***


Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang