Tengah malam ini aku keluar sendirian.
"Len, jangan terlalu jauh dari asrama, okey? Banyak mitos tentang hilangnya bintang malam lalu. Kau harus hati2 kalau mau keluar malam." kata teman seasramaku, Shou.
"Shou, aku merasa jiwaku hilang akhir2 ini.. Mungkin karna hilangnya para bintang dan bulan. Aku harus mencari mereka. Paling tidak, aku hanya ingin memastikan" ucapku sembari membuka pintu.
"Memastikan apa?"
"Barangkali aku bisa melihat mereka tengah malam ini"
Dan begitulah aku meninggalkan asrama dan duduk d tepi sungai. Begitu gelap. Aku menidurkan badanku d atas rerumputan. Menunggu munculnya sebuah bintang.
Tapi mereka tak muncul juga. Sambil bermain game, sesekali aku menatap langit.
"Masih belum muncul.." aku frustasi. Aku bangun dan berteriak sekuatku..
"Muncullah kalian, BINTANG!!!" suaraku menggema. Entah kenapa mataku meneteskan air mata. "Are? Aku menangis? Hahaha. Aneh." kulihat lagi langit, dan tak ada tanda munculnya sebuah bintang.
"Terserah.. Aku bisa gila kalau harus menunggumu." kulangkahkan kaki menuju asrama, sambil sesekali melihat langit.
Jam sudah menunjukkan pukul 2. Aku harus segera tidur. Sesampainya d depan gerbang asramaku, kulihat langit sekali lagi.
Sebuah cahaya kecil yg redup muncul d langit. Aku melongo.
"A aku mengigau... Mereka datang..?" aku tak bergerak dan terus menatap bintang itu. Entah kenapa aku sangat ketakutan.
"Aku sudah menunggumu, bintang... Tapi... Kenapa aku malah merinding melihatmu...?"
Dan benar. Nampaknya cahaya itu semakin membesar.. Atau.. Apakah itu meteor?!
"Me meteor? Jangan jatuh kemari... Jangan!!" aku berlari memasuki asrama dan menuju kamar ibu asrama.
"Nyonya Kyou!! Kyonya kyou!!"
Tak ada jawaban. Bagaimana aku bisa mengevakuasi mereka kalau nyonya kyou tak mau bangun...!!
"Oh ya! Bel!! Beel!!!" aku berlari menuju pintu depan. Dan segera menekan bel tamu.
"Bangunlah nyonya kyou.." tanganku berulang2 menekan bel tamu. Kulihat cahaya meteor itu sudah sekitar satu jari.
"Ayolah...!!" tampaknya kali ini tak berhasil. "Oh ya!! Pemadam!"
Aku mengambil pematik dan membakar kertas d ruang makan untuk memicu pemadam apinya. Tapi..
"Aargh!! Ayolah menyala!!" pematik itu tak juga menyala.
"Sial!!!" apa lagi yang aku bisa...?!!" aku berpikir berulang2..
"Telpon! Yah, telpon.. Tapi.. Kalau di reject.. Bodoh! Lakukan saja!!"
Ku telpon nomor nona kyou. Tersambung, tapi d reject.
"Dia sudah bangun!!"
Aku segera berlari menuju kamarnya dan mengetuk pintunya lagi. "NYONYA KYOUUU!!!"
Pintu pun terbuka. "Ada apa.. Kau belum tidur..? Tidak bisakah kau biarkan orang lain istirahat?" dia mengusap matanya dan tertidur d pintu.
"Nyonya kyou! Ini darurat!!" kutarik tangannya dan kutunjuk meteor itu.
"Meteor akan menghantam tempat ini!! Ayo selamatkan yang lain!!" tapi Nyonya kyou bersandar di pundakku dan tertidur.
"Jangan basahi jaket kesayanganku dengan liurmu!! Aaargh!!" ku sandarkan ia ke tembok dan berlari menuju kamarnya, dan ku tekan bel bangun pagi di dindingnya.
Tak satupun juga yg bangun..
Ini sudah rencana terakhirku..
"Haruskan aku lari sendiri... Tidak!! Aku harus membangunkan yg lain." aku berdiri dan masuk ke kamarku. "SHOU!!!!" ku tampar muka shou.
"Bangun!! Cepat, bangun!!"
"Lima menit, Len... Iaa.. 50 menit... Ngantuk..." dia tertidur lagi. Tubuhku mulai lemas.. Aku harus bagaimana...
"Oh ya...!! Bel darurat balai kota!!"
Aku mengambil seutas kawat, dan segera berlari lagi menuju balai kota.
"Aku harus bunyikan bel balai kota.. Aku harus selamatnya kota ini..."
Ketika aku sampai, ku bentuk kawat itu dan ku bobol pintu itu. "Berhasil!!"
Aku mennyalakan lampu dan ku tekan bel-
Suara bel itu dibarengi dengan sebuah kilatan cahaya dari luar pintu.
--DOOOOOR!!!!---
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Soul
Teen FictionKetika para bintang menghilang dan sebuah meteor jatuh ke bumi, aku kehilangan segalanya.