1. Kami

32 2 0
                                    

Aku harus terbiasa dengan kepergiannya. Sudah tiga bulan lamanya dan sejak kejadian waktu itu, kevin benar benar tidak pernah kembali lagi padaku.

Walaupun tidak dengan kevin, semua rutinitasku masih berjalan dengan lancar. Dari bangun pagi, mandi, bersiap untuk ke sekolah, sarapan, sekolah, belajar, dan hal hal penting lainnya.

Untungnya aku sudah pindah dari sekolah lamaku. Meninggalkan semua kenangan itu, dan mengubur dalam dalam tentang perasaan ini.

*-*

Disinilah aku sekarang, sedang duduk bersama dengan susu coklat hangat yang baru saja aku beli di kantin. Ditemani seorang lelaki seusiaku yang dari kemarin sudah masuk ke dalam hidupku. Di ruangan ini memang hanya ada kita berdua. Yang lain sedang istirahat di luar. Mungkin, sedang membeli makanan di kantin.

Akan ku kenalkan lelaki yang baru saja aku ceritakan tadi. Meskipun tidak akan begitu detail.
Namanya Dikta. Dikta Cakra. Dia salah satu anggota paskibra di sekolahku. Dia baik, pintar, manis, dan selalu berusaha menghiburku dengan cara sederhananya. Dia adalah orang yang sudah membantuku melupakan kevin selama beberapa bulan terakhir ini.

"Di? " tegur Dikta kepadaku. Dikta selalu memanggilku dengan sebutan Di, sebab menurutnya Diandra terlalu panjang.

" Iya ta? " tanggapku.

" Sebenarnya aku sudah merencanakan ini dari kemarin. Aku sendiri bingung. Entah ini sebuah rasa apa. Yang jelas, sejak pertama aku lihat kamu, aku udah mulai penasaran sama kamu. Rasanya pengen banget masuk ke kehidupan kamu, kenal kamu lebih jauh." Dikta menghela napasnya sebelum akhirnya ia melanjutkan kalimatnya.

"Dan setelah kita sedekat ini, aku jadi semakin bingung. Rasa ini semakin hari semakin aneh. Jika rasa yang aku rasakan ini sebuah naluri mencintai seseorang, berarti Aku telah mencintaimu." tutur Dikta panjang lebar.

"Ta? " aku masih belum mengerti dengan semua yang diucapkannya.

" Aku tau ini terlalu cepat. Tapi aku gak bisa kalau harus menunggu lebih lama lagi. Sikap kamu yang bikin aku yakin kalau ternyata kamu juga memiliki rasa yang sama sepertiku." ucap Dikta mencoba meyakinkanku.

Aku terdiam masih belum mengerti dengan semua yang dibicarakannya.

Dikta pun mengeluarkan setangkai bunga. Ada apa ini? Aku mulai bergelut dengan pikiranku, entah apa yang kini aku rasakan seolah semuanya terlihat berbeda.

"Kamu mau gak jadi pacar aku?" akhirnya kata kata itu keluar dari mulutnya. Kalimat sederhana, namun mampu membuat jantungku berdegup kencang.

Seluruh tubuhku gemetaran, terpaku ditempatnya, lidahku kelu untuk mengatakan sesuatu. Ingin rasanya aku berkata iya, namun aku masih ragu. Sebab, aku sendiri masih bingung dengan perasaanku. Tapi sebagian pikiranku meronta, ada satu hal yang tak bisa aku pungkiri, bahwa sesungguhnya aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Iya.. Aku mau.. Jadi pacar kamu." ucap ku terbata-bata.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang