13. Extra Part

19.3K 1.3K 83
                                    

Rated Part ++

.
.
.

Kalian tau? Hal yang paling nggak bisa gue percaya adalah hubungan gue sama Dika masih berjalan sampai sekarang, sekitar hampir 3 tahunan. Gue kira hubungan ini akan berakhir setelah gue maupun Dika lulus sekolah, ternyata sebaliknya malahan awet banget hingga kita berdua menjadi seorang mahasiswa.

Dan hampir selama 3 tahun berhubungan itu, yang paling menyebalkan dari Dika ternyata banyak banget. Terutama cemburunya yang nggak bisa di rem, bawaannya ngegas mulu kalau udah tau ada yang ngedeketin gue. Padahal mah, harusnya yang lebih cemburu itu gue. Soalnya, entah kenapa Dika itu semakin populer di kalangan kampus. Ya, wajar sih. Dika kan emang cakep mempesona, berprestasi, dan di tambah sifatnya yang sok cool itu malahan membuatnya menarik perhatian para cewek-cewek, --yang tidak menutup  kemungkinan sih menarik para 'cowok-cowok' juga-- yang tanpa di sengajanya alias tanpa tebar pesonanya tersebut.

Huft!

Dika itu emang nyebelin, tapi gue sayang. Gimana dong?

Masa setiap Dika cemburu, dan ngambek --walau nggak bisa ngediemin gue lebih dari 2 jam-- terus harus gue alem-alemin, dan rujukin terus sih? Karena pasti nantinya akan berakhir dengan yang nggak-nggak, maksudnya pasti kita berdua akan melakukan kegiatan panas di atas ranjang...

You know i mean...

Setiap mengingat kejadian 'itu', gue cuma ngelus dada sekaligus bokong gue yang udah pasti bakalan jadi korbannya Dika. Ah, emang sih kita udah melakukannya berkali-kali. Eh tapi nggak setiap hari kok, cuma moment tertentu aja. Tapi kan tetep aja sakit...

Kali ini gue pun mencoba untuk mendatangi Dika ke rumahnya, katanya sih dia langsung pulang begitu aja setelah mendengar kabar gue pulang duluan yang di anter sama Haris. Ya ampun, Haris yang di maksud itu kan adik sepupu jauh gue. Bukan Haris si pangeran kampus yang terkenal saingannya tersebut.

Arghhh!!!

Satu lagi yang paling gue sebel dari Dika tuh yah terkadang itu anak satu langsung menelan bulat-bulat informasi yang dia dapat dari siapapun, untuk urusan konfirmasinya belakang. Kan kzl!

Sabar Vano...

.

..

...

" Iya maaf, " Ucapnya sambil mengelus kepala gue lembut, sementara gue cuma bisa memutarkan bola mata malas.

" Kan tadi gue cuma lagi kesel aja, kenapa gue yang harus di panggil pak Broto? Kan jadinya nggak bisa pulang bareng lo, Vano... " Gue cuma mendengarkan penjelasan dari Dika mengenai latar belakang aksi cemburu sekaligus ngambeknya barusan.

Gue sih cuma manggut-manggut aja, biar Dika seneng...

" Udah gitu giliran gue percepat pertemuan sama pak Broto, eh dengan tiba-tiba aja sampe di kelas gue malahan nggak nemuin lo, udah gitu ada yang bilang kalau lo udah pulang duluan sama orang yang bernama Haris... " Dika masih menerangkan dengan ekspresi lucunya, bahkan sebenarnya gue hampir mau aja ketawa ngakak.

Makanya cek ponsel, dan baca tuh CHAT! Jangan cuma di kantongin doangan sih...

Sebenarnya umur kita berapa sih? Pacaran kaya anak SD begini...

Kekanakan! Puft!

" Gue kesel dong, yang gue tau kan cuma satu Haris. Dan lo pasti tau Haris itu siapa kan? Cowok yang nggak mau di saingin. Padahal gue nggak merasa saingannya dia. Kan gue cuma nggak mau lo jadi bahan mainannya doangan. "

" Itu salah lo karena terlalu frontal bilang gue pacar lo! " Kali ini gue mencubit hidung Dika gemas, " Soalnya dia terus nuduh gue ngerebut Sabrina. Ya kali Sabrina yang ngejar-ngejar gue, yang... "

" Ehem... " Gue pun pura-pura berdehem, bukan cemburu cuma mau meredakan yang sebenarnya tuh rasanya gue beneran mau ketawa. Udah gue bilang kan? Siapa yang lebih populer? Tapi siapa yang lebih cemburu...

" Iya, maaf... "

Cup...

Gue pun mengecup sekilas bibir Dika, karena kalau nggak gitu pasti bakalan panjang lagi. Nanti malahan nggak ada ending-nya. Ya kali di kira maaf-maafan edisi lebaran?

Dan ternyata dugaan gue salah, setelah gue mengecup bibir Dika sekilas malahan Dika mengecup bibir gue dengan sedikit melumatnya. Dika menahan tengkuk gue, mengisap dan terus melumat bibir gue sedikit menuntut. Gue cuma bisa membalas dan berusaha mengimbangi tempo permainan Dika.

" Mmmhh, ahh " Setelah beberapa menit Dika menjajah bibir gue, akhirnya dia melepaskan tautan dan membiarkan gue mengambil napas sebanyak-banyaknya.

Belum gue puas mengambil napas, kan udah aja Dika merebahkan badan gue di atas sofa dan dengan seenak jidatnya nih anak nyebelin menindih badan gue.

Apa-apaan coba? Kalau nanti ada yang ngelihat begimana? Walau pun saat ini kami bukan di ruang tamu, namun bagaimana pun di ruang TV pasti ada kemungkinan kepergok sama adiknya Dika? Kalau masalah ortunya sih aman, soalnya lagi keluar kota karena ada urusan keluarga...

Yaudah, karena gue nggak sempat memikirkan lebih jauh gimana nantinya kegiatan kita kalau ketauan. Jadi saat ini gue cuma bisa menikmati setiap cumbuan Dika, yang entah sejak kapan sudah menjajah area leher gue.

" Jangan engh bu-at tanda di leher hhh, " Ucap gue mengingatkan sambil mendesah dan meremas rambut Dika. Gue yakin Dika nggak akan membuat tanda di leher karena hobinya itu membuat tanda di seluruh tubuh gue. Kurang ajar kan?

Dika terus mengecup dan mengisap leher gue, kemudian mengangkat baju gue dan dengan seenaknya melepasnya lalu membuangnya kesembarang tempat. Dika menghentikan aksinya, lalu menatap gue dan mengelus sudut bibir gue.

" Lo tau kan kalau gue sayang banget sama lo, Revano Pratama... "

Gue pun menganggukan kepala gue,

" Gue juga sayang banget banget banget sama lo, Sandika Bayu... " dan setelah itu Dika kembali mengecup dahi, pipi, hidung serta bibir gue...

.

..

...

Terimakasih banyak untuk yg mampir😘💕. Para pembaca, pemberi vote bahkan peninggal jejak komen. Love you muah!

Maafin kalau extra part ini kurang memuaskan~ ini seharusnya udah di publish minggu kemarin cuma simpen di draft dulu haha🙈.

Happy weekend! [180317]

My Rival Is My Ex [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang