satu

413 32 20
                                    

sore itu, park chanyeol sedang mengendarai sepedanya mengelilingi sungai han. di pegangan sepeda sebelah kirinya terdapat plastik berukuran medium yang tergantung, yang mana merupakan titipan belanja dari park yoora—kakak perempuannya.

sambil mengayuh sepedanya, sesekali ia menghirup napas dalam lalu mengeluarkannya perlahan. udara saat itu benar-benar sejuk, chanyeol yakin siapapun pasti senang berada di sana. sayangnya, ia harus mengantar belanjaannya sesegera mungkin. kakaknya baru saja naik jabatan, jadi acara makan bersama akan dilangsungkan di rumahnya sebagai perayaan kecil.

ketika ponselnya berdering, chanyeol mendengus kesal. pasti sehun, pikirnya. beberapa hari ini teman akrabnya itu sibuk berceloteh tentang game baru yang menarik perhatiannya. tanpa tahu waktu, sehun hampir selalu menghubunginya bahkan hingga tengah malam.

kesal karena sehun tak kunjung berhenti menghubunginya, akhirnya chanyeol merogoh ponselnya di kantung celananya. masih dalam keadaan bersepeda, ia dengan susah payah mengambil ponselnya. entah apa yang merasuki pikirannya untuk tidak berhenti sebentar saat itu. pada akhirnya, keseimbangannya pun goyah.

sial, aku bisa jatuh, pikir chanyeol. tanpa berpikir panjang, ia langsung melompat dari sepedanya. sayangnya, walaupun keadaan dirinya baik-baik saja, sepedanya sempat menabrak pesepeda lain yang sedang melintas.

chanyeol mendadak panik. dengan cepat ia berlari menuju perempuan yang ia tabrak—secara teknis, sepedanya—tadi.

"kau tidak apa-apa? astaga, maafkan aku," ucapnya panik. segera ia singkirkan sepedanya dan sepeda perempuan yang ditabraknya. tidak rusak, hanya terdapat beberapa lecetan yang tidak terlalu kelihatan.

"aku tidak apa-apa," balas perempuan itu. ditatapnya chanyeol, menemukan mata berwarna biru terang tengah menatapnya balik dengan pandangan khawatir.

"um kalau begitu, bisa berdiri?" perempuan itu mengangguk. ia pun berdiri dibantu chanyeol. ditepuknya bagian pakaiannya yang terkena debu.

ponsel chanyeol kembali berdering. mengerang kesal, ia meminta izin untuk mengangkat telepon itu sebentar. dugaannya benar, penelponnya adalah oh sehun.

"apa?! bisakah kau menelponku di waktu kosong?"

"tapi, hyung, ini masih sore. kau hanya melarangku menelpon tengah malam."

kalau saja perkataannya tidak benar, sudah pasti chanyeol menyumpah serapahi sehun tanpa ragu.

"apa ini tentang game lagi?" tanya chanyeol.

"tidak salah lagi. hyung, aku sangat kesal. ada yang memecahkan highscore-ku, padahal aku sudah berusaha mati-matian. bagaimana ini—"

"sehun-ah."

"sialnya lagi, ketika aku lihat profilnya, dia ternyata perempuan! di mana harga diriku?! aku dikalahkan seorang perempuan."

"sehun, bicaranya nanti saja."

"hyung, dengarkan aku."

cukup sampai di sini, chanyeol muak. kekesalannya sampai di puncak. bukan sekali dua kali sehun membuatnya kesal. awalnya ia bisa memakluminya, tapi sekarang tidak lagi.

"fokus saja dengan dance, sialan!"

setelah mengucapkan itu, chanyeol mematikan sambungan. tanpa ragu diblock-nya nomor sehun. ia tidak peduli jika sehun kesal atau marah nantinya, masalah unblock bisa dilakukan kapan saja.

menyadari ia telah menghabiskan beberapa menit dengan hal yang tak berguna, chanyeol mengalihkan pandangannya menatap perempuan itu— yang entah sejak kapan ia kembali dalam posisi terduduk. dalam jarak sedekat ini, chanyeol bisa mendengar rintihan kesakitan yang tak lain dan tak bukan berasal dari perempuan itu.

chanyeol berjongkok. "ada yang sakit? sini kulihat."

perempuan itu menggeleng, tapi rintihan itu masih terdengar oleh chanyeol.

"jujur saja. aku merasa bersalah di sini, jangan sungkan begitu," ucap chanyeol berusaha meyakinkan.

chanyeol baru sadar, perempuan itu mengenakan seragam anak sekolahan biasa. kwon minji, nama itu yang tertera di name tag-nya.

minji kemudian menunjuk jalan raya yang berada tidak jauh dari sana. mata chanyeol mengikuti, dan ia hanya menemukan kendaraan berlalu-lalang. apa maksudnya?

"kenapa di sana?"

"d-di sana ... aku takut." minji menundukkan kepalanya, seakan-akan ada monster yang ingin memangsanya jika ia menatap khalayak ramai. tidak berani sedikit pun ia menoleh ke jalan raya.

memangnya ada apa di sana?

chanyeol kemudian mengganti topik lain karena ia tak dapat menangkap maksud minji. "rumahmu jauh dari sini?" tanyanya.

minji mengangguk.

"biar aku yang mencari taksi, ya? sepedamu kubawa dulu, siapa tahu ada yang rusak. besok kita bertemu di sini lagi, kau bisa?"

lagi-lagi, minji hanya mengangguk.

menelan salivanya gugup, chanyeol segera berdiri. berbicara dengan minji membuat dirinya resah, entah karena apa. "taksinya ada. ayo kuantar."

sepanjang perjalanan singkat menuju taksi, minji tetap menundukkan kepalanya. keheningan juga menyelimuti mereka berdua. bukan, ini bukan keadaan yang canggung. chanyeol sendiri bingung harus menamainya apa.

"ahjussi, tolong antarkan perempuan ini sampai ke tujuannya, ya?"

setelah memberi pesan pada supir taksi, ponsel chanyeol berdering lagi. ia mengumpat dalam hati, siap-siap akan menyumpah serapahi sehun jika benar dialah penelponnya. 

ternyata salah, ini dari park yoora.

"ya, noona. ada apa?"

"kau masih lama? aku butuh bahan-bahannya."

"maaf, tadi ada sedikit kecelakaan. sebentar lagi aku sampai."

"astaga! kau tidak apa-apa? apa kau terluka? di mana kau sekarang? lupakan masakanku, cepat cerita!"

chanyeol tertawa kecil. sifat yoora tidak jauh berbeda darinya, jadi chanyeol bisa memahami kekhawatirannya yang berlebihan.

"tenang saja, noona. sudah ya, aku melanjutkan perjalananku."

"hati-hati, yeollie."

begitu chanyeol telah selesai berbincang dengan kakaknya, pandangannya langsung mengarah ke kursi penumpang taksi. kedua alisnya berkerut heran.

"di mana perempuan tadi?" tanyanya.

"perempuan yang mana? kau ke sini sendirian, nak."

chanyeol masih menemukan sepedanya dan sepeda minji tergeletak tak jauh darinya. ia yakin keberadaan minji benar-benar ada. mungkin ahjussi sedang lelah, pikirnya. ia berpikir bahwa minji pulang ke rumah seorang diri karena takut merepotkannya.

tanpa membuang waktu, chanyeol segera melanjutkan perjalanannya dengan membawa sepeda di kiri dan kanannya. untung saja rumahnya sudah dekat. membawa dua sepeda sekaligus bukanlah hal yang gampang. semoga noona memasakkan sesuatu yang enak.

++

sepertinya ini gaje huhu aku tau

the visit | chanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang