Ketentraman terasa menenangkan atas keindahan semesta tiada akhir. Enggan beranjak dalam keheningan. Sepoi angin lambaikan kain pelindungku, yang separuh hidupku miliknya.
Perasaan bagaikan angin... Menghembus pelan... dan terkadang menghempas keras bagai badai merobek langit. Seperti halnya kehidupan manusia yang terombang-ambing dalam kepastian yang tak mudah didapatkan.
Kemana harus mengadu? Berkeluh kesah tiada akhir. Mempertanyakan segala hal kemungkinan. Haruskah menunggu hingga badai menerpa?
Seberapa pun berusaha dalam kebaikan. Selalu... terbesit keburukan menghampiri. Melekat dengan perlahan, merujuk manja dalam kalbu. Biarpun kunikmati udara tanpa batas.. tetap terselip tak berasa syukur.
Kain pelindungku, sebagai tameng arahan hidup yang kutuju. Tapi, terkadang kegoyahan menghembus pelan menusuk nurani saat melihat keelokan orang lain? Apa yang salah dengan hal itu?
Mengharapkan kebaikan diri sendiri tapi mengabaikan kebaikan orang lain. Dusta sekali diri ini! Tiada ampun bagiku...
Tuhan... kapan kau kan hentikan duniaku?
Agar ku terlepas dari belenggu kefanaan yang melanda jiwa rapuhku oleh iblis-Mu.
Agar ku bebas dari rantai kekejamanku atas orang lain, yang mencemooh dalam diam.
Agar ku tetap menjadi manusia, makhluk ciptaan-Mu yang sempurna dalam pangkuan-Mu.
Terimalah mohon ampunku! Engkau adalah segalanya...
YOU ARE READING
Zandagi
PoetrySepenggal kata untuk diriku atas kehidupan yang kujalani di dunia fatamorgana ini