Author's POV
'Suhu hari ini cenderung panas. Pasti anda semua mengharapkan suhu yang lebih dingin, tapi sayangnya musim panas belum berakhir.'
Televisi berukuran 14 inch itu menyala dari sebuah rumah. Menayangkan prakiraan cuaca di salah satu saluran televisi swasta.
'Tekanan udara yang tinggi mengarah dari samudra pasific, sehingga suhu tetap tinggi. Suhu tahun ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Suhu di Seoul 30 derajat. Gwangju 32 derajat. Suhunya akan sangat panas. Tapi minggu depan, suhu dipagi hari...'
Pemandangan di rumah kontrakan berukuran 7x8 meter itu sungguh tidak sedap dilihat. Kaus kaki tergelatak di atas televisi. Cup-cup ramen dan makanan cepat saji lainnya berserakan di atas meja ruang tamu. Baju, tas, sepatu, semuanya tidak berada di tempat yang seharusnya. Bahkan tisu berserakan di lantai. Kalau ada orang luar yang memasuki rumah ini, mungkin dia akan mengira bahwa rumah ini telah ditinggalkan penghuninya.
Blam!
Bunyi itu berasal dari pintu salah satu kamar. Seorang yeoja keluar, lengkap dengan seragam SMA dan tas punggunggnya. Sepotong roti tersumpal di mulutnya. Rambutnya yang tidak disisir rapi hanya diikat sembarangan dengan karet gelang bekas nasi bungkus yang dibelinya tadi malam. Sekilas tidak ada yang aneh dari penampilannya. Jas kuning, kemeja, rok, dan sepatunya terlihat cukup bersih. Wajahnya? Kali ini terlihat sayu dengan kantung di kedua matanya. Tidak jelek, tapi juga tak secantik idol-idol di televisi. Dia memiliki mata yang lebih besar dan bulat daripada orang Korea kebanyakan.
'Demikian liputan Senin pagi. Terima kasih atas perhatiannya. Selamat pagi!'
Yeoja tadi melihat ke televisi yang menayangkan berita pagi ini. Yang mana kedua penyiar berita itu telah menutup acara. Membantu yeoja ini menyadari suatu hal.
"Gosh! Aku telat!"
Dia segera berlari tanpa mematikan televisi. Menutup pintu dengan sembarangan.
Lalu tak lama kemudian, tayangan televisi itu lenyap. Layar yang semula berwarna-warni berubah gelap.
***
School of Performing Art Seoul (SOPA)
"Hei! Pawang hujan!"
Shit! Sohyun menghentikan kakinya yang melangkah sambil mengeritkan giginya. Bencana apalagi kali ini? Belum satu detik Kim Sohyun menapakkan kakinya di kelas 2-1, dua orang namja telah menghadangnya dengan menarik tas punggunggnya.
"APA?!"
Suara lantang Sohyun memang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi murid kelas 2-1, terutama kedua siswa bername tag Kim Hanbin dan Kim Jiwon ini. Mereka dikenal sebagai double B - duo troublemaker. BI julukan Hanbin dan Bobby julukan Jiwon. Sedangkan siswa yang lain hanya melihat ketiganya sekilas, kemudian melanjutkan aktivitas masing-masing. Sebentar lagi pasti akan ada keributan. Tapi mereka tak peduli. Kalaupun ada guru yang mengetahuinya, paling mereka yang akan kena getahnya sendiri. Jadi untuk apa repot-repot melerai?
Kini kepala Sohyun tengah dipiting oleh double B- yang saling menyeringai satu sama lain.
"Mana PR mu?" Tanya BI.
Tuh, kan! Ini hanyalah salah satu masalah yang membuat Sohyun malas berangkat ke sekolah. Susah payah dia belajar, hanya untuk berbagi nilai dengan dua kunyuk ini. Bahkan tak jarang, teman-teman namja yang lain juga ikut-ikutan menyalin PR nya. Tuhan! Apa yang salah menjadi siswa rajin?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must Stop! the Rain
Fanfiction{SELESAI} [Terinspirasi dari Jealousy Incarnation & Goblin] Blurb: "Yak! Kim Sohyun! Sudah ku bilang untuk mengendalikan emosimu kan! Kalau begini, semua pekerjaanku jadi sia-sia! Kau tahu, banyak pemirsa yang protes hari ini!" Dia adalah K...