Kim Sunggyu POV
"Terima kasih!"
"Terima kasih!"
Siaran pagi ini telah berakhir. Seperti biasa, kami saling membungkuk dan mengucapkan terima kasih atas usaha keras masing-masing.
"Kim Sunggyu-ssi!"
Bu Yewon, stylish kami memanggilku. Di kedua tangannya terdapat kemeja dan sepatu milik pembaca berita.
"Kembalikan baju untuk siaran jam 7!" Dia menyerahkan kedua benda itu padaku.
"Ne."
"Ini juga ya!" Bu Hara, make up artist kami juga menyerahkan sekotak alat make up. Kini tanganku sudah penuh. Beratnya! Untung saja tangan ini kuat. Ya, seperti inilah rutinitasku setiap pagi setelah menyiarkan ramalan cuaca. Lebih tepatnya setelah berada ditubuh kakakku, Kim Tan. Aku tidak tahu jika pekerjaannya akan serumit ini. Setiap hari harus bangun pagi, mencari berita ke BMKG, membuat laporan, hingga menjadi pesuruh para staff senior- seperti yang sedang ku lakukan saat ini.
"Jangan injak kabelnya, Kim Sunggyu!" Suara kamerawan Pyo meninggi. Aku tidak sengaja menginjak kabel yang sedang digulungnya.
"Hei!"
"Maaf, maaf." Aku meringis.
"Oke. Kerja bagus semuanya!" PD Oh berseloroh sambil menuruni tangga. "Kita bahas siaran ini sepuluh menit lagi. Siapa yang mau beli kopi? Ah. Soal kopi, pastilah Kim Sunggyu." Matanya berbinar begitu menemukanku. Aku hanya membuang napasku. Oh tidak! Dia meletakkan kartu kredit perusahaan di mulutku karena tanganku tak mungkin menerimanya. Aku hanya tertawa renyah. Manusia-manusia ini bisanya hanya main perintah! AH! Aku ingin segera pulang!
***
"Gosh! Ada apa dengan cuacanya?"
Aku menatap langit yang tiba-tiba gelap. Padahal tadi pagi matahari bersinar sangat cerah. Mungkinkah ini perbuatan Kim Tan oppa? Oh, Andwae! Padahal tadi pagi aku menyiarkan ke penjuru negeri bahwa cuaca hari sangat bagus untuk berkencan. Aku akan dapat masalah lagi jika hujan benar-benar turun.
"Aigo! Membuat frustasi saja. Tidak bagus, kan?" PD Oh entah muncul dari mana. Dia juga terlihat kecewa melihat mendung yang semakin bergumul.
"Ne." Bibirku melengkung ke bawah.
"Oh, ya. Pergilah beli kopi!", katanya sambil mengeluarkan kartu kredit. "Untuk delapan orang."
Mataku memicing. Aku lagi?
"Tapi, pak?" Aku mengangkat kedua tanganku yang membawa dua kotak make up. "Aku harus mengembalikannya ke bagian room dress," keluhku.
"Oh begitu," katanya. "Kalau begitu lakukan dua-duanya!" Dia menaruh kartu kreditnya di mulutku sambil tersenyum menang. Aish! Orang ini. Dia kemudian menepuk lenganku, lalu meninggalkanku yang masih menatapnya kesal. Kalau saja dia bukan atasanku, akan ku kutuk dia menjadi batu. Seperti inikah rasanya menjadi pesuruh? Padahal biasanya aku menjadi penyuruh.
***
Suara petir bergemuruh. Aku yang sedang melamun di kursiku tersentak. "Hujan." Aku buru-buru berlari ke jendela. Kilatan-kilatan cahaya dan angin kencang menyambut wajahku. Ku lihat air berjatuhan dengan keras, seperti seseorang memang sengaja menumpahkannya. Aku menunduk. Awas kau, Kim Tan oppa!
Suara pekikan ban mobil yang menggesek aspal terdengar di parkiran gedung SBC TV. Sebuah mobil berhenti.
Aku bisa melihat orang-orang mulai berlarian untuk menghindari hujan yang semakin deras.
"Oh tidak! Ini gila!" Pekikku. Kedua tanganku menempel di kaca. "Bahkan tidak ada satupun awan di langit."
Tak lama kemudian, aku melihatnya. Gadis cantik itu berlari sambil memegangi roknya yang hampir tersingkap. Napasnya tersengal-sengal. Pakainnya hampir basah kuyup. Ku duga dia berlari dari tempat parkir.
"Oh, Wendy nuna?" Gumamku. Sudah lama aku tak melihatnya sejak bekerja disini. Kemana saja dia? Dia adalah penyiar berita sekaligus putri direktur. Setahuku dia cukup dekat dengan kakakku.
Dia menatapku. Aku hendak menyapanya, tapi dia melewatiku begitu saja. Ada tatapan tidak suka yang dipancarkannya. Ada apa ini? Mungkinkah dia marah karena aku bilang tidak akan turun hujan, namun membuatnya basah kuyup?
"Ini gila! Kim Tan oppa, kau keterlaluan! Aku harusnya berhenti jadi penyiar ramalan cuaca saja dan kita kelaparan." Aku melihat semakin banyak orang yang masuk gedung dengan basah kuyup. Dan mereka menatapku sinis. Sontak membuatku menunduk sambil bergumam maaf. "Aku merasa buruk tiap hal seperti ini terjadi."
Aku ingin kembali ke ruanganku. Tapi niat itu ku urungkan ketika melihat Wendy Nuna masih menunggu lift. Perlahan aku pun menghampirinya.
Aku berdehem. Rasanya cukup canggung. Aku dan kakakku memang tak mudah bersosialisasi. Mungkin orang-orang menganggap kami nerd, introvet, maupun sejenisnya. Makanya aku cukup terkejut, ketika Wendy datang ke rumah kami dan mengaku sebagai temannya Sunggyu.
"Annyeong haseyo, Wendy-ssi." Ku beranikan untuk menyapanya. Tapi dia tetap bergeming. Aku pun hanya bisa menggaruk tengkukku yang tak gatal. Sepertinya memang ada yang terjadi.
Ting!
Lift terbuka. Wendy langsung mesuk ke dalamnya tanpa memberiku kesempatan menyusulnya. Pintu lift tertutup. Aku hanya bisa mendesah. Biarkan sajalah! Toh ini hubungan kakaknya.
Aku bermaksud pergi dengan lift yang lain, namun sebuah suara menghentikanku.
"YAK! KIM SUNGGYU! MAU KEMANA KAU?!"
Mampus! Aku tahu betul pemilik suara tegas itu. Mungkin gajiku bulan ini kembali dipotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must Stop! the Rain
Fanfiction{SELESAI} [Terinspirasi dari Jealousy Incarnation & Goblin] Blurb: "Yak! Kim Sohyun! Sudah ku bilang untuk mengendalikan emosimu kan! Kalau begini, semua pekerjaanku jadi sia-sia! Kau tahu, banyak pemirsa yang protes hari ini!" Dia adalah K...