Semua bermula dari sini

1.5K 108 4
                                    


Di Konoha ada sebuah Perpustakaan kota, tempat bagi para penggemar buku berkumpul, semua fasilitas memadai termasuk jaringan internet yang bagi kebanyakan orang sangat penting. Tapi bagi Namikaze Naruto, yang hanya seorang murid beasiswa, sang nerd yang cupu, perpustakaan adalah surga. Ia bisa meminjam buku apa saja, tanpa perlu membayar tentu saja. Itu juga membantu nya dalam menjalani kehidupan sebagai siswi SMA yang, sering terkena bully.

"Menyerah saja, cupu! Konohagakuen tidak membutuhkan murid miskin sepertimu!"

"Haha! Dimana orang tuamu, ha?! Oh, apa mereka sudah mati?! Hahaha!"

Meski begitu Naruto memilih diam, saat meja nya hilang dan ditemukan di halaman belakang sekolah, atau saat bukunya dibuang ke tempat sampah. Dia diam karena tak ingin menyusahkan sang kakak yang rela putus sekolah dan bekerja demi membiayai kehidupan malang adiknya. Tapi, rasa kesal masih ada dalam hati Naruto sekalipun.

Karin sang ketua geng mulai berani menarik kerah kemeja Naruto, senyum meremehkan tercetak pada wajahnya. "Sampah sepertimu lebih baik lenyap, Namikaze!" ia berseru dan menghempaskan Naruto pada tembok dengan kasar, tak menghiraukan rintihan lirih dari yang bersangkutan. Puas membully Naruto, ketiga kawanan tersebut melenggang pergi.

'Sabar, Naru. Ingat, tahun depan si kacamata itu sudah lulus, kau harus menahan emosimu.' tambah Naruto dalam hati, berbenah diri dan melanjutkan perjalanan nya ke kelas, yang sempat terhenti akibat aksi Karin dkk.

.

.

Kakashi Hatake, guru bermasker dengan surai silver, yang juga terkenal akibat kebiasaan terlambatnya yang melebihi batas normal. Selaku wali kelas, menuntut disiplin yang amat sangat, dan tidak mentolerir apa yang namanya terlambat. Bagus, sekarang dia tidak sadar diri.

"Summimasen, saya terlambat, sensei." suara lirih Naruto memecah heningnya kelas 2-3. Kakashi berhenti menulis, ia melirik salah satu murid nya dengan datar, tidak memungkiri Naruto adalah murid kesayangannya. "Maaf, Naruto. Hukuman tetaplah ada. Silahkan merangkum materi kemarin dan hari ini di perpustakaan. Kumpulkan ke mejaku seusai istirahat." Kakasi menyahuti tanpa menatap kearah Naruto sedikitpun.

"Tapi, Naru hanya terlambat lima menit, sensei!" sela Kiba, bermaksud membela sahabat kecilnya. Kakashi menoleh lambat, pandangan matanya menajam seketika.

"Oh? Apa kau juga mau menemaninya, Inuzuka-san?"

Kiba menggeleng takut, melayangkan pandangan merasa bersalah pada Naruto. "Ti-tidak, sensei. Maafkan aku." Kakashi melanjutkan kegiatannya. "Baiklah saya permisi, sensei."

'Ahh, ini makin merepotkan. Kenapa 'dia' tidak turun tangan membantu?' Kakashi membatin lesu, pekerjaan nya menjadi guru memang kadang menyita waktu membaca nya, padahal itu kegiataan favorit nya.

.

.

.

Perpustakaan sedang sepi, hanya ada satu penjaga dan dua murid di sana. Termasuk Naruto tentunya. Gadis itu memilih duduk di pojok ruangan, mengambil beberapa paket Matematika kelas dua SMA dan mulai menulis. Sesekali ia menghela nafas panjang, dan itu membuat sang penjaga yang tak lain adalah Kurenai-sensei menggeleng maklum. Menurut pendapatnya, Naruto ialah murid pandai, reputasi nya baik dan dia juga cukup pendiam. Hanya saja, di Konohagakuen ini, uang dan latar belakang keluarga ialah nomor satu. Naruto tak mendapatkan salah satu dari kategori penting itu.

"Mendapat detensi dari Hatake-sensei, Naru-chan?" ia bertanya ramah, disahuti cengiran canggung dari Naruto. Kadang bila senggang, Kurenai sesekali membicarakan hal-hal mengenai kisah cinta nya dengan Naruto, lalu mereka akan terkikik bersama.

Library is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang