Princess-Princess!

229K 13.2K 1.4K
                                    


FYI : Novel ini pernah diposting sampai tamat di Wattpad, sudah dibukukan. Tapi Maret 2022, wattpad saya kena scam dan semua storynya dihapus sama scammer-nya. Dibalikin sih dalem kondisi unpublish. Saya posting 1-2 chapter ulang buat nunjukin novel ini pernah ada di akun saya aja. Hehehe

Cowok itu menghela napas berat. Berjalan sempoyongan menaiki tangga rumah hendak menuju kamar. Wajahnya sedikit pucat, putus asa karena lagi-lagi sikap dingin sang pacar -jika tidak disebut tunangan.

Pangeran namanya. Wajah lesunya membuat si adik yang berjalan pas-pasan dengannya di tangga menoleh, menatap punggung setengah melengkung itu ingin tahu walau bisa menebak sebenarnya apa yang sudah terjadi.

"Pasti ditolak lagi. Kenapa Kakak gak bunuh diri aja, sih?" komentar adiknya sinis. Terus saja membujuk kakaknya agar cepat mati bunuh diri. Percuma hidup juga, sering menyusahkannya saja.

Cowok ganteng itu menoleh, menatap adiknya kesal. Dia berkata, "Kalo Kakak lagi sedih, dihibur dong. Jangan terus dibisikin cepet mati mulu. Kamu kayak setan aja."

"Gak berguna, sih." Si adik lagi-lagi nyengir lebar. Lagipula dia yakin, kakaknya pun tahu kalau yang dia sarankan hanya sebuah candaan. Dia menghempas rambut lembut cokelatnya yang tergerai, "makanya mendingan mati aja. Biar warisan Papi buat aku semua."

"Princess ..."

Teguran dengan nada halus itu membuat Princess meluruskan pandangan, menatap Papinya yang sudah rapi hendak pergi ke kantor. Princess bergegas meniti anak tangga, menghampiri Geraldi yang sudah ada di lantai dasar.

"Pagi Papi!" Princess mengecup pipi Papinya. Dia tersenyum lebar. "Papi, Princess mau sekolah."

"Iya." Geraldi mengelus puncak kepala si bungsu. Dia mengukir sunggingan hangat, "kamu jangan bandel di sekolah."

"Okay." Princess merogoh saku celana kain belakang Geraldi, mengambil dompet sang Ayah kemudian mencomot semua isinya lalu menyerahkan kembali dompetnya pada ayahnya. "bye!"

Princess bergegas pergi. Geraldi hanya menghela napas melihat kelakuan si bungsu. Setiap pagi merampoknya padahal sudah diberi uang jajan sendiri. Namun tidak sekali pun dia berani menegur atau mempermasalahkannya. Princess terlalu gampang depresi setiap kali dimarahi.

Cukup dengan kehilangan Mami kandungnya saja yang menoreh luka tidak tersembuhkan sampai detik ini. Sebagai ayahnya, dia akan melakukan apa pun agar putrinya kembali stabil seperti beberapa tahun lalu. Bukan pemberontak layaknya sekarang, bukan cewek berandalan yang sering berbuat onar.

Andai Mandiri High School itu bukan sekolah swasta yang dikelola Geraldi, pasti sejak dua tahun lalu Princess sudah dikeluarkan dari sekolah. Segala tindakan kekerasan, pembulian, intimidasi, sering putrinya lakukan hanya demi mengisi waktu.

Princess terlalu sulit dikendalikan. Sangat-sangat sulit.

"Ngh ..."

Geraldi menoleh ke arah tangga, menatap putra sulungnya yang kini berdiri tegak. Sepertinya dia juga memerhatikan gelagat adiknya. "Ada lima kandidat calon ketua OSIS di MHS, Pi. Aku udah ngasih tau Ketua OSIS sebelumnya, syarat apa yang harus mereka lakuin biar kepilih pas periode ini."

"Emangnya apa?" Geraldi bertanya penasaran. Putra sulungnya masih kuliah Semester 4. Tapi dia seringkali turut serta mengatur tata usaha sekolah yang keluarganya kelola. Walau bagaimana pun, MHS suatu hari nanti memang akan jatuh ke tangan Pangeran.

"Yang kepilih cuma orang yang bisa bikin Princess Geraldi disiplin."

Geraldi hanya bisa menahan napas menggumam dalam hati, 'mustahil'.

Princess - Princess! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang