Purple Sky

41 8 5
                                    

     Angin sejuk menerpa wajahku.Pemandangan pantai yang membiarkan ombaknya mengikis pasir secara bergantian menarik perhatianku. Suara burung - burung yang sedang terbang bergerombol untuk pulang ke rumah mereka masing - masing terdengar seiring dengan meredupnya cahaya dari ufuk barat. Langit dengan gradasi merah keunguannya membuat suasana disini menjadi lebih indah. Aku selalu suka purple sky. Purple sky mengingatkanku akan seseorang. Seseorang yang kutemui satu tahun yang lalu, disini, dengan suasana dan pemandangan yang sama. Seseorang yang membuat jantungku berdebar dua kali lipat dibanding biasanya setiap kali aku bersamanya. Seseorang yang membuatku ingin selalu berada didekatnya. Seseorang yang menjalin tali sebuah hubungan denganku yang biasa disebut dengan tali persahabatan.

*Kringg.... Kringg.... Kringg....

     Suara ponselku membangunkanku dari lamunan masa laluku. Aku mengangkat telepon yang ternyata sudah berdering dari tadi tanpa aku sadari.

" Halo? " Sapaku pada orang di seberang sana.

" Halo, Ara?  Lo dimana?  Gue cariin dari tadi juga. "

     Ini dia. Prasetya Nanda Mahardika. Seseorang yang baru saja aku lamunkan. Seseorang yang akhir -akhir ini masuk ke dalam pikiranku. Sshhhh,  sudahlah Ara. Berhenti memikirkannya.

" Huh?  Apaan?  Lo nyariin gue?  Ada apa, Pras? "

" Iya, gue nyariin lo. Cepet pulang gih, gue nungguin lo dari tadi di depan gerbang kayak maling. "

" Iya deh, gue pulang sekarang. "

" Oke. Gue tunggu, cepetan! "

" Iya, bawel. "  Ucapku lalu memutuskan sambungan telepon.

     Huh. Baru juga mau menenangkan pikiran sejenak tapi ada saja yang mengganggu. Akhirnya, aku bangkit dari dudukku dan bergegas untuk pulang.

*****

" Nah, ini dia. Lama banget deh, Ra. " Ucapnya. Bahkan, aku belum memberhentikan motorku di depan gerbang. Ya, aku menggunakan motor pada saat ke pantai karena jarak pantai dan rumahku tidak terlalu jauh.

" Sabar napa. Gue juga baru sampe udah kena semprotan maut lo aja. Masuk gih. "

*****

Setelah masuk ke dalam rumah, aku menyuruhnya untuk duduk di sofa ruang tamu sedangkan aku mengambilkannya minum.

" Nih, minum dulu. Pasti haus kan nunggu di depan gerbang selama 1 jam 20 menit? Hahaha."

" Yekali, alay lo. Gak selama itu juga kali, Ra. "

" Oke, oke. Jadi, ada urusan apa nih sampai - sampai sahabat gue yang satu ini nelpon terus nyuruh gue buat cepet - cepet pulang? "

" Btw, Lo dari mana, Ra? "

" Kepo lo, gausah banyak tanya deh. Cepetan mau ngomongin apa? "

" Gini,Ra. Lo tau kan anak XI IPA 2 yang namanya Sheryl Febby Johanson? " Tanyanya dengan nada yang aku tidak yakin antara itu gugup atau malu.

" Iya, gue tau. Kenapa memangnya? "

" Itu..... anuu..... Itu... Lohhh... Aduhh gimana cara bilangnya ya? "

Let's Dating!! Where stories live. Discover now