Second.

13 3 1
                                    

" Dek, bangun udah pagi nih. " Suara Bang Gilang terdengar dari luar.

" Iyaaaa, udah bangun nih. Lo tunggu dibawah aja, bang. " Setelah aku menjawabnya, aku tidak mendengar suara dari balik pintu kamarku lagi. Dan aku memutuskan untuk mandi.

Setelah selesai dengan semuanya, berganti baju dan memoles sedikit wajahku dengan bedak. Aku turun ke bawah untuk sarapan. Aku sudah melihat mama, papa, dan bang Gilang duduk manis di meja makan.

" Pagi semua. " Sapaku.

" Pagii. " Ucap mama dan papa. Bang Gilang? Entahlah. Dia masih asik dengan rotinya. Aku memutuskan untuk duduk disamping bang Gilang lalu mengambil rotiku sambil mengolesinya dengan selai cokelat.

" Lo udah selesai belum? Gue mau berangkat sekarang. " Ucap bang Gilang yang sudah beranjak dari kursinya.

" Udah, kok. Ayo, berangkat sekarang. " Jawabku.

" Oke. Ma, Pa, kita berangkat dulu ya. " Ucap kami berdua berpamitan.

" Hati - hati ya. Gilang jangan ngebut ngendarain mobilnya. " Beritahu mama.

" Siap, ma. "

*****

" Gue duluan ya, bang. " Ucapku setelah sampai di parkiran sekolah.

" Yoi, gue juga mau nyari temen - temen gue dulu. "

Okay. Mulai darimana kita? Gimana kalo dari sekolah gue?  Gue sekolah di SMA Alfa Centauri. Yap, nama sekolah gue diambil dari nama rasi bintang yang terdapat di rasi Centaurus dan yang terdekat dari matahari. Gue kelas 11. Dan bang Gilang udah jelas kakak kelas gue. Kelas gue 11 IPA 2. Letaknya paling ujung diantara semua kelas yang letaknya diujung. Tapi enak sih, gak terlalu ribut amat kalo jam istirahat. Ya siapa juga yang mau lewat depan kelas gue? Orang buntu gitu, gaada tangga. Kecuali anak kelas 11 IPA 1.

" Araaaaa," Panggil seseorang yang suaranya ternyaring di kelas gue - Raisa.

" Gue baru dateng, Sa. Jangan disiksa, kek. "

" Hehe, udah ngerjain pr biologi belum? " Tanyanya.

" Udah, kenapa?  Mau minjem? "

" Iya. " Jawab Raisa dengan suara yang dibuat seimut mungkin?  Entahlah. Aku mendengarnya seperti kucing yang ekornya tidak sengaja terinjak. Oke, itu berlebihan.

" Tuh, ambil di tas. " Tanpa ba-bi-bu dia langsung mengobrak - abrik isi tas ku hanya untuk mencari buku tulis biologiku. Huh. Memang teman kurang ajar.

Memang ya, tipikal anak SMA banget datang pagi - pagi buta ke sekolah hanya untuk menyalin jawaban punya teman. Satu buku ramai - ramai. Dan pada saat seperti ini kita bisa tahu bahwa yang sering datang telat bisa datang sepagi ini, yang malas mengerjakan pr bisa rajin banget, dan yang nulisnya super lambat bisa ngebut bak pembalap F1.

Tepat setelah mereka selesai menyalin jawaban, bu Dayu- guru biologi kita masuk ke dalam kelas karena berhubung bel sudah bunyi sekitar sepuluh menit yang lalu.

" Maaf ibu sedikit telat. " Ucap beliau sesaat setelah menaruh seluruh benda yang ia bawa diatas meja guru. " Baiklah. Mari kita lanjutkan pelajaran yang kemarin. " Lanjutnya.

" Lho, bu, pr yang kemarin gak dikumpul? " Tanya Hendra-teman sekelasku sekaligus ketua kelas di kelas ini.

" Pr nya bisa kalian kumpulkan dua minggu lagi. Sekarang kita lanjutkan ke materi berikutnya karena minggu depan ibu akan memberikan kalian ulangan harian. "

" Yahh, bu. Kita kan baru ulangan seminggu yang lalu, masak minggu depan ulangan lagi sih? " Ucap Rio. " Iya bu. Otak kita kan juga bisa capek bu, masak disuruh belajar terus sih, bosen kali bu. " Tambah Diana. " Iya, bu. " Dan seluruh keluhan itu saling bersautan sampai membuat kelas ini serasa seperti pasar di pagi hari. Dan tentunya, seluruh keluh kesah mereka itu tidak akan diterima oleh bu Dayu.

*****

" Kantin yuk. " Ajak Shani. " Gue gak laper sih, tapi ikut deh siapa tau sampe kantin perut gue udah minta diisi. " Jawabku yang membuat Shani memutar bola matanya.

" Pak, bakso satu ya. Kayak biasa. " Ucap Shani pada stand bakso kesayangannya sejak kelas sepuluh. " Eh, lo pesen apa? "

" Entar deh. Gue belum laper. " Ucapku.

" Hoi. Ngelamun aja, udah makan belum?  Gue laper nih. " Ucap orang di sebelahku yang baru datang dengan wajah polosnya.

" Entar, gue belum laper." " Masa? " Huh. Sumpah ya, masih aja bercanda. " Iya, serius atuh, abang. " " Yaudah, gue makan kalo lo juga makan. " Ucapnya. " Gila ya, kalo lo laper makan aja, Pras. Gak usah nunggu gue makan. " " Habisnya, lu gak mau makan sih. Jadinya gue juga gak makan biar kalo lo mati, gue juga mati. Jadi, kisah kita kayak Romeo dan Juliet gitu. " " Sok iye lu, cacing kremi. " " Anjir. " Jawabnya sambil tertawa terbahak - bahak.
" Eh, ada Pras? Sudah lama? " Tanya Shani saat melihat Pras sudah ada di meja kita sambil memegang perutnya karena tertawa.

" Iya, lumayan kok. Aduhh, gila temen lo, Shan. " Jawab Pras dengan sisa tawanya. Shani hanya mengerutkan dahinya tanda bingung.

" Aduh, udah deh, Shan. Gak usah dihirauin dia mah. Emang titisan iblis suka gaje. " Ucapku yang selanjutnya diberi pelototan tajam oleh Pras.

" Ayo dong makan, Ra. Udah laper nih. "

" Huuuhhh, yaudah ayok. Gue mesen roti bakar aja. Cokelat keju pake susu putih ya. Lo yang mesen, 'kan lo yang maksa gue buat makan. " Ucapku. " Idih,  iya iya gue yang mesen nih" Jawabnya sambil bersungut - sungut kesal.













Haii part two is posted. I hope u enjoyed it. Dan jangan lupa vote dan comment ya karena vomment dari kalian itu bikin aku jadi semangat nulisnya. Aku juga butuh kritik dan saran jadi, kalo kalian punya bisa kalian tulis di comment aja.

Thanks. All the love, N

Let's Dating!! Where stories live. Discover now